7. G⚡

5.9K 350 8
                                    

Pagi harinya asrama sudah riuh dengan mahasiswa yang melakukan aktifitas membersihkan kamar masing-masing sebelum masuk kampus, begitupun dengan Reina yang sedang menyapu di dalam kamar membiarkan Windy untuk mandi terlebih dahulu, Reina menunduk ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya asrama sudah riuh dengan mahasiswa yang melakukan aktifitas membersihkan kamar masing-masing sebelum masuk kampus, begitupun dengan Reina yang sedang menyapu di dalam kamar membiarkan Windy untuk mandi terlebih dahulu, Reina menunduk membersihkan bagian bawah tempat tidur menautkan alis melihat sebuah buku kecil muncul bersama debu.

Reina meraih buku itu membersihkan sampul, "Serly".


Wwwuuuuussshhhh

Brugh


Buku di tangan kanan Reina jatuh ke lantai, gadis itu terlihat ketakutan melihat ke arah pintu kamar, tiba-tiba sosok mengerikan muncul di sana, bola mata yang hampir keluar, darah yang mengalir, Reina menutup mata kuat, pegangan di sapu menguat.


"Tolonggg"

"Sakit"

Reina perlahan membuka mata melihat kedepan.

Tak

"Aaaaaaaaaaaaaaa"


Jerit Reina melompat keatas tempat tidur melihat kali ini bukan bola mata yang jatuh tapi leher sosok itu tiba-tiba patah, "REINA", teriakan Windy keluar dari kamar mandi terlihat panik dan pucat, Reina melirik kearah pintu menghembuskan nafas luruh di atas tempat tidur menyadari sosok tadi sudah menghilang.

"Dia datang lagi ya", ujar Windy terlihat ketakutan.

Reina menganggukan kepala menatap ke arah Windy membelalak kaget melihat terlihat masih banyak sampo di atas kepala gadis itu, "lo belum selesai mandi ?", tanyanya menahan tawa.

Windy mendengus menganggukan kepala, "ck ngeselin bangat, gue sudah mau bilas rambut tapi gue rasain aura berbeda, gue ketakutan yaudah gue langsung ambil handuk keluar dari kamar mandi", ujarnya jujur.

Reina terkekeh menyuruh gadis itu melanjutkan aktifitas mandinya, setelah Windy masuk kedalam kamar mandi gadis itu meraih buku tadi melanjutkan membersihkan kamar, setelah selesai Reina duduk di kursi meja belajar menatap lekat buku di tangannya perlahan membuka.

"Serly itu namaku, hari ini pertama aku tinggal di asrama kampus, senang bangat sudah jadi mahasisiwi"


"Lah cuma ini", ujar Reina merasa aneh membuka lembaran-lembaran lainnya yang kosong.

Windy keluar dari kamar mandi sudah menggunakan pakain rapi, "sana mandi Rei, gue sudah selesai, oh iya gue duluan ya, ada kuliah pagi", pamitnya mengambil tas di atas meja belajar miliknya, Reina menganggukan kepala tersenyum tipis meninggalkan buku di atas meja belajar masuk kedalam kamar mandi.

Buku itu perlahan terbuka sendiri memperlihatkan tulisan-tulisan makian berwarnah merah darah di setiap lembaran.

"Windy"

Windy menoleh menghembuskan nafas melihat Nicko berjalan mendekat, "ada apa ?", tanyanya singkat dengan wajah datar

Nicko meringis, "gue minta maaf Win, lo harus dengar penjelasan gue dulu soal__", Windy mengangkat tangan memberi isyarat untuk berhenti bicara membuat cowok itu mengatupkan bibir.

"Gue sudah maafin Nic, lupakan saja, itu cuma masa lalu, gue duluan", ujar Windy tersenyum tipis beranjak pergi meninggalkan Nicko yang terlihat menyendu.

"Sabar, kejar terus", ujar kompak dari Vito dan Arez yang tiba-tiba muncul menepuk pundak cowok itu.

Felix hanya diam tidak menanggapi, Nicko tersenyum menganggukan kepala, semalam setelah kedua gadis itu kembali ke kamar, Nicko menceritakan masa lalu yang membuat cowok itu merasa bersalah sampai sekarang pada gadis itu, satu yang pasti gadis itu salah paham padanya, apa yang gadis itu tahu tidak seperti dengan cerita yang sebenarnya.

Reina keluar dari kamar, tidak lupa mengunci pintu berjalan santai di koridor asrama, bulu kuduk gadis itu meremang merasa di ikuti dari belakang, gadis itu menoleh namun koridor kosong, Reina kembali berjalan, memperlaju langkah ketakutan, sampai di luar Reina menghembuskan nafas.

"Bau mawar hitam lagi", gumamnya kembali merasakan wangi yang menyeruak kedalam indra penciuman, karena penasaran gadis itu berjalan mengikuti arah bau semerbak itu.

Langkah Reina berhenti tepat di depan bangunan yang di tutup rapat dengan rantai tertulis di sana 'area terlarang', "perasaan gue saja kali, tapi wanginya semakin terasa di sini", gumamnya mengangkat bahu acuk berbalik hendak pergi menjauhi area terlarang itu.

"Tolongggggg"

Bughhhh

Bughh

Bughh

"Tolonggggg"

"Sakittttt"

"Lepassss"

"Hikssss"

"Huhuhuhuhu"

"Tolongggggggg"

"Sakitt"

"Lepassss"


Langkah Reina berhenti menoleh menatap pintu dengan tatapan memicing, gadis itu mendengar jelas jeritan-jeritan kesakitan dari dalam area terlarang disana, perlahan Reina kembali mendekat.

"Kamu ngapain di sini ?".

Reina membelalak kaget mengusap dada melihat pak Mamat tiba-tiba muncul di sana, salah satu satpam di kampus, "ngak ada pak, aku tadi kesasar pak, kalau gitu aku permisi", ujarnya bergegas menjauh dari tempat itu, pak Mamat menatap punggung Reina dengan pandangan sulit di artikan.

"Gadis pilihan", gumamnya.

Seringai muncul di wajah pria itu bergegas menjauh setelah melirik sejenak area terlarang di sana.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang