Reina sudah berada di perpustakaan bersama Windy menatap ke arah Amel yang terlihat mengidik ngeri melihat boneka di dalam tas Reina, wanita itu mengeluarkan memasukan ke dalam tasnya agar bisa di bawa ke asrama khusus dosen, "Reina, kamu harus hati-hati sebentar lagi giliran kamu yang di jadikan tumbal oleh orang itu", ujar Amel menatap serius
"Pak Asuma mengatakan pada tante, jika darah beliau yang pelaku gunakan dalam perjanjian dengan mahluk itu, yang harus kita lakukan adalah memutuskan kontrak antara pelaku dengan mahluk itu, untuk itu kita harus menemukan siapa pelaku terlebih dahulu untuk mengambil darah pelaku", ujar Amel.
Windy unjuk tangan menghentikan Amel yang ingin melanjutkan penjelasan, "kenapa kita harus mengambil darah korban, bukannya semuanya sudah selesai jika kita memutuskan kontrak antara pelaku dan makhluk itu", ujarnya bingung campur penasaran.
Amel tersenyum tipis, "jika kita memutuskan kotrak nyawa pak Asuma yang akan melayang, untuk itu kita membutuhkan darah pelaku agar setelah kita memutuskan kontrak yang mahluk itu kejar adalah pelaku, mahluk itu akan sangat marah jika kita memutus kontrak yang sudah disepakati dengan pelaku seumur hidup", jelas Amel membuat kedua gadis itu merinding.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?", tanya Reina memijit pelipis capek sendiri dengan masalah di kampus.
Amel menghembuskan nafas, "kita butuh bantuan yang lainnya, jadi tante akan menjelaskan pada kalian berdua, kita akan membagi tugas, tente dan Ben akan menghancurkan taman mawar hitam di belakang asrama kampus, Reina cari tempat untuk ritual penumbalan hancurkan dan sergap pelaku di sana, jangan lupa ambil darahnya, Windy stanby di depan gerbang area terlarang untuk membuka gerbang setelah mendapat intruksi dari Reina", perintahnya tegas.
Reina dan Windy saling pandang, "gimana cara berkomunikasi?", tanya Windy terlihat sangat bingung.
Amel terkekeh mengeluarkan kotak segi empat kecil di dalam tas, ada banyak di sana alat komunikasi yang di desain kecil yang sudah di atur satu saluran, "bawa ini bagikan pada yang lainnya, tante masih ada banyak di kamar", ujarnya.
Reina menganggukan kepala meraih kotak di sana memasukan kedalam tas,"kalau boleh tahu kapan kita lakukan rencana ini ?", tanya Reina.
Amel tersenyum, "besok pagi tepat hari kamis, kamu harus mencari tempat ritual terlebih dahulu, mungkin sulit untuk menemukanya butuh waktu lama di kampus seluas ini", ujarnya, Reina melongo meringis menghembuskan nafas menganggukan kepala.
Reina dan Windy pamit menuju kelas masing-masing
***
Di ruangan satpam yang terlihat sunyi seorang pria masuk kedalam, tanpa fikir panjang membuka pintu kamar bagian tengah membeku melihat mahluk yang menjadi penjaga barang berharganya terlihat marah menatap, mata merah semakin menyala membuat pria itu merinding bergegas mendekat, mahluk itu menatap laci miliknya, mengerti kode dari mahluk, pria itu membuka laci membelalak melihat boneka di dalam sana sudah menghilang.
Brakkk
Pria itu menutup laci keras melampiaskan emosi yang muncul begitu saja melihat boneka yang selalu di jaga menghilang begitu saja, kepalan tangan pria itu menguat, menyadari sesuatu pria itu bergegas keluar dengan langkah tergesah-gesah menuju ruangan direktur utama.
Di depan ruangan direktur utama pria itu menoleh kesana kemari membuka pintu bergegas masuk kembali menutup pintu membelalak kaget melihat amarah orang yang duduk di singga sana milik pak Asuma, "maaf, aku ngak sengaja menghilangkannya", ujarnya bersimpuh di lantai ketakutan.
"Cari sampai dapat, Asuma bisa selamat jika boneka itu hilang apalagi kalau boneka itu di bakar", ujar tegas orang yang duduk di kursi.
"Baik aku akan mencarinya", ujarnya bergegas berlalu.
"Tunggu"
Pria itu kembali menoleh menatap dengan alis terangkat tinggi, "pake orang lain untuk mencarinya, kamu bisa di curigai kalau turun langsung mencarinya, paham!!", perintah orang itu tidak mau di bantah.
Pria itu menganggukan kepala keluar dari ruangan melalui pintu belakang agar tidak di curigai oleh orang yang melihatnya, sampai di pos satpam pria itu mendekati pak Mamat yang tengah menyeduh kopi, "eh bikin kaget saja kamu", ujarnya mengusap dada.
"Pak Mamat boleh minta tolong, barang di laci saya hilang, bisa pak Mamat coba menggeledah kamar anak tingkat satu, tadi malam mereka ada di sini nongkrong bersama pak Mamat, itu barang berharga milik saya pak", ujarnya memperlihatkan wajah sesedih mungkin.
"Yaudah nanti kita geledah kamar anak yang nongkrong semalam di sini", ujarnya menenangkan seringai muncul di wajah pria itu setelah pak Mamat berlalu, pria itu masuk kedalam kamar menatap mahluk pelindung yang kini tidak menampilkan amarah.
"Kalau ada yang mencoba mendekati laci ini langsung bunuh saja", perintahnya, mahluk itu menganggukan kepala menyeringai menakutkan.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
HorrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...