33. VI⚡

4.3K 261 1
                                    

Kondisi Amel dan Ben juga tidak kalah kacau, mahluk penjaga taman sama sekali tidak membiarkan keduanya mendekat kearah sana, jam sudah menunjukan pukul 05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kondisi Amel dan Ben juga tidak kalah kacau, mahluk penjaga taman sama sekali tidak membiarkan keduanya mendekat kearah sana, jam sudah menunjukan pukul 05.00 membuat mereka semakin panik sebentar lagi ritual akan di laksanakan namun mereka belum bisa menembus sama sekali, Reina mencoba berdiri merasakan sakit di sekujur tubuh, Felix dan yang lain masih berusaha untuk menggerakan tubuh mereka.

"Aaaaaaaaa"

Tubuh Reina kembali terangkat tinggi ke atas.

Brakkk

"Aaaauuuhhhh".

Felix mengepalkan tangan emosi tiba-tiba memuncak melihat gadis itu di siksa tepat di depan matanya, dengan kekuatan penuh cowok itu menggerakan tubuh, sedikit demi sedikit tubuhnya sudah bisa di gerakan melihat usaha cowok itu yang lain juga mengerahkan kekuatan untuk bisa bergerak.

Srekkkkk

Kaki Reina tertarik tiba-tiba, "aaaa lepass", teriaknya ketakutan

"REINAAAAA", teriakan melengking dari Jenny dan Erin berusaha memberontak agar tubuh mereka bisa di gerakan, keduanya sudah menangis.

Brughh

Bughhh

"Sstt auhhh", jerit Reina, penampilannya sudah kacau, terlihat lebam mulai muncul di banting kesana kemari, tubuhnya terasa patah sekarang, Windy di kantin sudah menangis sesenggukan mendengar jeritan dari Reina.

Felix berhasil menggerakan tubuh sepenuhnya, melihat tubuh Reina sedikit terangkat, cowok itu lebih dulu menerjang menahan, "tahan Re", lirih Felix mendekap tubuh Reina berusaha melawan serangan mahluk di dalam sana, Arez dan Vito juga berhasil menggerakan tubuh membantu Jenny dan Erin.

Bertepatan keadaan mereka yang kacau, seorang pria berjalan santai di koridor menuju ruangan direktur utama melakukan ritual yang akan dia lakukan tepat di jam 05.50, pria itu melewati jalur biasanya melewati pintu belakang sebelum sampai di depan pintu seseorang tiba-tiba datang menerjang membuat pria itu pingsan.

"AAAAAARRRRRGGHHHHH".

Reina menutup mata mendengar raungan mahluk di dalam sana, yang lain bahkan mendengar jelas, amarah mahluk di dalam sana semakin kuat.

BRAKKKKKK

"AUHHHH", teriak mereka terhempas, mahluk di dalam sana sudah bisa menghempaskan para cowok yang mempunyai aura kuat karena amarah yang sudah memuncak ada yang menganggu kesenangannya.

Reina memejamkan mata ingatan tertuju pada para tumbal yang tidak bersalah, Reina membuka mata mengingat buku yang di berikan pak Mamat, gadis itu sempat membaca buku itu sebelum tidur setelah menerima dari pak Mamat, sekarang Reina ingat bagaimana cara melawan mahluk di dalam sana, benar hanya orang yang melihat mereka yang mampu menghentikan semuanya.

Pak Mamat berjalan cepat di koridor membawa bensin menuju asrama khusus dosen, naik ke atap, sekuat tenaga pria itu mengangkat satu jergen besar menuju atap, pria itu terbelalak kaget seseorang datang membantu mengangkat, "pak cepat biar saya bantu", ujarnya membantu mengangkat.

"Makasih pak Ari", ujar pak Mamat.

Keduanya naik ke atap tertatih-tatih peluh keringat sudah keluar tidak mereka hiraukan satu tujuan mereka atap asrama agar bisa membakar taman belakang dari atap, pria yang tadi pingsan diikat begitu kencang, tanpa perasaan pria yang membuat pelaku pingsan mengiris sedikit ujung jari telunjuk mengambil wadah di dalam saku seragam membiarkan darah menetes di sana.

Reina berdiri, rasa sakit di sekujur tubuhnya tidak dia hiraukan lagi, "sekarang lawan gue mahluk sialan", ujarnya menantang mengambil sesuatu yang ada di dalam tas sengaja dia siapkan dari pagi untuk jaga-jaga seperti apa yang di katakan di dalam buku milik pak Mamat.

Mahluk itu benar mendekat.

"REINA JANGAN MACAM-MACAM", teriakan kompak dari yang lain bergegas berlari mendekati Reina.

Srekkkk

"ARRRRRGGGHHHHHHH"

srekkkkk

"AAAAARRRGGGHHHH".

Semuanya berhenti tepat di belakang Reina mendengar raungan kesakitan mahluk yang hanya mampu di lihat oleh Reina seorang, begitu bingung menatap sebungkus garam kasar di tangan gadis itu "Nicko, Windy sekarang", perintahnya tegas.

Nicko dan Windy yang mendapat perintah bergegas berlari menuju area terlarang, sampai di sana Nicko langsung menghancurkan gembok, Windy membantu cowok itu menarik rantai yang mengikat di sana.

Pak Ari dan pak Mamat berhasil sampai di atas atap, membuka penutup jergen membuang ke bawah tepat kearah taman, mendengar suara dari atap Amel dan Ben menjauh sudah kehabisan tenaga, namun rencana mereka berhasil mengalihkan mahluk itu agar tidak menyadari apa yang di lakukan pak Mamat dan pak Ari.

Ddddduuuuaaaarrrrrr

Api menyala di bagian belakang asrama khusus dosen untung tidak sampai mengenai asrama karena ada dinding lagi yang membatasi, Amel mengeluarkan boneka yang sedari tadi dia bawa melempar kedalam kobaran api.

"AAAARRRRRRGGGGHHHHH"

"Mbak Reina ini darah pelaku", ujar seorang pria datang mendekat.

Reina tersenyum tipis mengambil, "Felix bantu gue, mohon maaf Vito dekap tubuh Jenny, begitupun dengan lo Arez dekap tubuh Erin, jangan lepaskan apapun yang terjadi kita masuk pemutusan kontrak", ujarnya memerintah.

Vito dan Arez langsung melakukan perintah gadis itu mendekap para gadis itu untuk melindungi.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang