19. R⚡

4.9K 280 1
                                    

Jenny dan Erin sudah berada di kamar Reina, keduanya merasa aman jika bergabung dengan mereka, terlihat wajah Jenny murung tidak seceria biasanya, tentu hal itu menimbulkan tanya di benak yang lain, "kenapa ? Ada masalah ?, cerita saja Jen", ujar ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jenny dan Erin sudah berada di kamar Reina, keduanya merasa aman jika bergabung dengan mereka, terlihat wajah Jenny murung tidak seceria biasanya, tentu hal itu menimbulkan tanya di benak yang lain, "kenapa ? Ada masalah ?, cerita saja Jen", ujar Windy meyakinkan gadis itu, tatapan Jenny berubah berkaca-kaca.

"Gue takut, besok gue harus menemui pak Asuma lagi, kali ini gue ngak tahu tentang masalah apa, sekarang giliran gue yang mungkin akan menghilang kali ini", ujarnya sudah ngaco begitu kalut setelah salah satu teman kelasnya meminta dia ke ruangan direktur utama besok pagi sebelum pembelajaran di mulai.

"Hm gue punya ide, gimana kalau lo minta salah satu dari keempat cowok di sebelah nemenin lo ke ruangan pak Asuma, aura mereka kuat kalau ada apa-apa mungkin mereka bisa menghalau, bukannya kerjaan mereka mengusir hantu ya", celetuk Erin mengeluarkan pendapat spontan.

Reina menganggukan kepala menyetujui, "sana minta tolong sama mereka saja", ujarnya meminta Jenny ke kamar sebelah untuk meminta tolong salah satu dari mereka.

"Temenin gue dong, malu ke kamar cowok sendirian", ujar Jenny, ketiganya langsung beranjak keluar kamar tidak lupa mengunci melangkah mendekati kamar Felix dkk, mengetuk pintu, hanya beberapa detik menunggu, Vito membuka pintu menautkan alis dengan kedatangan keempat gadis itu.

"Ada apa ?", tanyanya mempersilahkan keempat gadis itu masuk sebelum menutup pintu kamar.

"Hm Jenny mau minta tolong sama salah satu di antara kalian", ujar Reina membuat keempat cowok itu menoleh dengan alis terangkat tinggi.

"Mau minta tolong apa ?", tanya Felix

Jenny menghembuskan nafas, "besok gue di panggil masuk keruangan pak Asuma, gue takut sekarang mungkin giliran gue yang akan menghilang secara misterius seperi yang di alami Fitri waktu itu, jadi gue mau minta tolong salah satu dari kalian temenin gue masuk besok ke ruangan pak Asuma", pinta gadia itu lirih.

Tidak ada jawaban dari keemoat cowok itu membuat Jenny menunduk pasrah, "biar besok gue yang temenin", ucapan itu tentu membuat Jenny tersenyum cerah, Reina melirik tersenyum tipis melirik Felix yang mengucapkan kalimat itu, entah ada rasa sakit di dalam hati melihat perhatian cowok itu pada Jenny, namun Reina harus apa.

"Makasih", ujar Jenny sudah terlihat ceria lagi.

Felix mengangguk melirik sejenak kearah Reina sebelum memalingkan pandangan ke arah lain, "lo jarus hati-hati Lix, gue rasa ada yang tidak beres di dalam ruangan pak Asuma", ujar Arez tiba-tiba memecah keheningan.

"Tunggu, bukannya pak Asuma jarang di tempat ya, kebanyakan beliau ada di asrama", celetuk Nicko membuat yang lain menautkan alis bingung.

"Ngacok lo Nick, bukannya pak Asuma selalu di ruangannya", ujar Vito menggeplak punggung cowok itu.

Nicko mencibir pelan kembali memasang wajah serius, "astaga gue serius anj__ dua hari yang lalu gue ngak sengaja dengar obrolan senior, lo tahu sendiri jadwal gue sekarang kebanyakan di lab gabung sama senior-senior, gue dengar salah satu dari mereka bilang pak Asuma sakit dan hanya tidur di asrama saja, sehari sesudah menyambut kita di lapangan waktu itu besoknya pak Asuma jatuh sakit".

Deg

Jantung mereka terasa berhenti mendengar ucapan Nicko, "kok lo baru ngasih tahu, jadi yang ketemu Fitri itu siapa ?", tanya Arez gemas sendiri.

Nicko mengangkat bahu acuh, "mungkin itu pak Asuma memaksa untuk masuk kalau ada keperluan mendesak seperti yang akan di lakukan besok pagi", ujarnya juga merasa bingung entah mana yang benar.

"Mungkin benar pak Asuma sakit tapi mungkin pula pak Asuma masuk setiap ada keperluan jadi berhenti menerka-nerka, biar gue besok yang nemenin Jenny menghadap, semua akan baik-baik saja", ujar Felix tegas.

Reina mengulum bibir menyendu begitu saja melihat gimana perhatian dari cowok itu pada Jenny, Reina mengatur nafas mencoba menenangkan hati yang tiba-tiba terasa retak, "Re turun ke bawah yuk ambil cemilan", ajak Windy tiba-tiba menarik tangan Reina meremas, Reina melirik paham jika gadis itu tahu suasana hatinya.

"Kalian berdua di sini saja nanti kalau kita sudah kembali dari bawah baru kalian ke kamar, biar gue sekalian ambilkan cemilan dan minuman untuk kalian", ujar Windy menatap Jenny dan Erin yang di jawab anggukan kedua gadis itu.

Reina keluar bersama Windy, Felix menatap punggung kedua gadis itu sudah menghilang setelah Windy menutup kembali pintu kamar merasa ada yang aneh Felix mengangkat bahu acuh tidak peduli mengambil buku di meja membuka larut kedalam cerita di sana.

Erin dan Jenny hanya diam duduk di karpet bulu di kamar para cowok, "jadi kalian sekarang sering nginap di kamar sebelah ?", tanya Nicko memecah keheningan.

"Hm kita merasa aman saat gabung sama mereka", ujar Erin santai.

Nicko menganggukan kepala mengerti ikut duduk di karpet di ikuti Vito larut di dalam obrolan bersama kedua gadis cantik itu.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang