Seorang pemuda manis tengah berlari sekuat tenaga, melihat gerbang sekolah yang akan segera ditutup. Ia terus berlari, namun nihil, pagar itu sudah di gembok oleh satpam yang berjaga di sana. Jaemin mendengus, ia terlambat lagi.
Tadi, Jaemin sedang menunggu bus di halte tetapi sepertinya bus itu sudah berangkat terlebih dahulu, alhasil ia langsung berlari kencang menuju ke sekolahnya.
Ia teringat akan sesuatu dan langsung berlari ke halaman belakang sekolah, ia akan masuk lewat sana pikirnya.
Setelah bersusah payah memanjat tebing belakang sekolah yang lumayan tinggi, Jaemin akhirnya bisa masuk ke halaman belakang sekolah. Kini, Jaemin tengah mengendap endap agar tidak ada yang melihat keberadaannya. Tanpa ia sadari, ada sosok pemuda tampan yang sedari tadi memperhatikan gerak geriknya.
"Ngapain?" tanya pemuda tersebut dengan nada dingin.
Jaemin tersentak lalu menoleh ke arah sumber suara. "Eh? H-hai, Jeno. Kamu ... kenapa bisa ada di sini?" tanyanya gugup.
Ya, pemuda itu ialah Jung Jeno, lelaki tampan yang disukai oleh Jaemin semenjak mereka berada di kelas sepuluh. Saat itu, keduanya tidak sengaja bertemu di Perpustakaan sekolah dan pada saat itu pula ... Jaemin mulai menaruh hati kepada pemuda tampan bermarga Jung ini.
Jeno mengernyitkan dahinya heran, bukankah ia yang bertanya terlebih dahulu? Bukannya menjawab malah bertanya kembali. Jaemin mendekat dan berdiri dihadapan Jeno.
"Jeno, kamu telat juga?" tanya Jaemin saat merasa pertanyaannya tidak digubris sama sekali oleh Jeno.
"Atau ... kamu mau bolos, ya? Hayoo ngaku! Kamu mau bolos, 'kan?" Jaemin menunjuk tepat di depan wajah lelaki tampan tersebut.
Jeno mengkerutkan dahinya, terlalu malas menanggapi sosok manis di depannya. Lantas, Jeno hanya diam dan berlalu dari hadapan Jaemin yang masih menatapnya polos.
Jaemin yang merasa diabaikan segera berlari menyusul Jeno, ia berdiri dihadapan Jeno, berniat menghadang lelaki tersebut.
"Ini udah telat, Jen. Emang boleh masuk kelas? Nanti dimarahin, loh."
"Bukan urusan lo." Jeno hanya menunjukkan ekspresi datar seperti biasanya.
"Yaudah, kita bareng aja ke kelasnya." Jaemin menarik lengan Jeno agar mau berjalan bersamanya.
Jeno yang tidak suka ditarik sembarangan langsung menepis kasar tangan Jaemin yang menariknya.
"Apaan sih lo?! Kita nggak satu kelas kalau lo lupa." Sungut Jeno.
Mereka memang tidak berada di kelas yang sama. Jeno berada di kelas XII IPA 1, sementara Jaemin yang berada di kelas XII IPS 3.
Jaemin memang tidak sepintar Jeno yang selalu mendapatkan peringkat satu umum. Tetapi, yang namanya Jaemin tidak akan menyerah begitu saja, ia suka menghampiri Jeno ke kelas pemuda itu setiap jam istirahat dan akan memaksa pergi ke kantin bersama. Namun, Jeno terus menolak karena ia tidak suka dengan cara Jaemin yang selalu memaksa.
Setelah melayangkan kata-kata tersebut, Jeno langsung berjalan melewati Jaemin yang masih terdiam.
Jaemin yang sadar kalau Jeno sudah tidak berada di hadapannya pun, lantas berlari menyusul Jeno, saat berhasil meraih bahu lebar Jeno dan membalik tubuh itu agar menghadap ke arahnya, Jaemin malah tersandung kakinya sendiri dan berakhir terjatuh menimpa badan kekar Jeno.
Mereka berdua terjatuh di Koridor dekat halaman belakang sekolah, dengan Jaemin berada di atas tubuh Jeno yang untungnya lebih besar. Saat mereka terjatuh, terjadi kejadian yang sangat memalukan bagi Jaemin.
.
.
.
Cup.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||
Teen FictionKisah seorang pemuda manis yang selalu ceria dan selalu menunjukkan kebahagiaannya kepada semua orang. Namun, dibalik wajah ceria tersebut ternyata menyimpan banyak luka dan penderitaan yang selalu ia rasakan. Ayahnya yang selalu membeda bedakan dir...