CHAPTER 18.

1.1K 76 6
                                    

"the prettiest smile disappeared, when I realized how beautiful he looked when smiled." —Jung Jeno.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Jeno memandang kosong langit malam dari atas balkon kamarnya. Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian di gedung acara, ia tak pernah lagi mendapati sosok manis yang baru-baru ini begitu jelas tersemat di dalam hidupnya.

Begitu merindukan sosoknya, merindukan candaannya, merindukan senyum manisnya, merindukan tawanya, merindukan suara lembutnya, bahkan Jeno begitu merindukan sosok itu ketika sedang mengganggunya.

Ia hembuskan nafas panjang, sebelum mengambil ponsel yang terletak di saku celana, menekan-nekan keyboard untuk mengetikkan sesuatu kepada sosok yang amat ia rindukan.

Dirematnya ponsel genggam itu kuat saat lagi-lagi pesan itu hanya menunjukkan ceklis satu, sungguh, satu minggu ini ia tidak pernah tenang, takut terjadi sesuatu kepada si manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirematnya ponsel genggam itu kuat saat lagi-lagi pesan itu hanya menunjukkan ceklis satu, sungguh, satu minggu ini ia tidak pernah tenang, takut terjadi sesuatu kepada si manis.

"ARGHH!" teriaknya frustasi, mengacak surainya kasar dengan rahang yang mengeras.

Jeno sudah mengunjungi rumah si manis dengan keberaniannya, ia hanya ingin tahu keadaannya. Tetapi... saat ia mengunjungi rumah itu, hasilnya nihil, mereka berkata bahwa Jaemin bukan lagi bagian dari mereka.

Jeno seakan dibuat tak percaya, mengapa keluarga Jaemin sendiri begitu kejam kepada lelaki manisnya, mengapa mereka seakan tidak menganggap adanya sosok itu dalam hidup mereka, Jeno benar-benar tidak percaya.

Haechan. Jeno sudah bersusah payah untuk bertanya kepada lelaki itu, namun... lagi-lagi ia tidak diberitahu, Haechan selalu mengira jika Jeno akan menyakiti sahabatnya juga.

Jeno sadar, ia sangat sadar akan sikapnya dulu, sebelum mengetahui fakta yang selama ini ia tunggu, ia sudah sangat jahat kepada kesayangannya sendiri. Wajar jika Haechan takut jika ia akan menyakiti sahabatnya lagi.

Tapi, Jeno sudah berjanji pada diri sendiri, tidak akan lagi menyakiti, tidak akan lagi membuat Jaemin nya sakit hati, tidak akan lagi tidak menghargai. Jeno sudah berjanji, dan ia yakin akan menepati.

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang