CHAPTER 22.

979 58 0
                                    

"Mungkin ... sulit untuk mengungkapkan cinta dengan kata lisan yang aku punya. Namun, aku tidak akan pernah berbohong jika tentang rasa, dengan hatiku yang selalu berkata ... bahwa aku mencintaimu." -Jeno.

"Aku pikir, perjuanganku selama ini sia-sia, karena matamu bahkan tak pernah menoleh sedikit pun kearahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pikir, perjuanganku selama ini sia-sia, karena matamu bahkan tak pernah menoleh sedikit pun kearahku. Ternyata, semua yang terlintas di dalam pikiranku justru disanggah langsung oleh hatimu, sekarang aku percaya ... bahwa kamu juga mencintaiku." -Jaemin.

______________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________________

Kendaraan yang dinaiki oleh kedua remaja itu berhenti di pinggir jalanan yang di setiap sisinya terdapat lampu remang-remang yang menyinari sekitarnya.

Jeno lepaskan helm di kepalanya, lalu menatap lelaki manis yang berdiri di sebelahnya dengan tangan yang berusaha membuka helm miliknya.

Tersenyum tipis, Jeno lantas membantu Jaemin membuka helm di kepalanya, membuat netra si manis bertabrakan langsung dengan netra tajam milik si lelaki, karena posisi mereka yang saling berhadapan.

"Udah," ucap Jeno setelah meletakkan helm Jaemin ke atas kendaraan.

Jaemin menoleh ke sekitar yang tampak asing, namun ia menyukainya, karena tak bisa dipungkiri betapa indahnya jalanan disekitarnya sekarang.

"Kita mau kemana, Jen?" tanya Jaemin.

"Ke tempat yang bakal kamu suka," jawab Jeno, lalu meraih sebelah tangan si manis dan membawanya pergi dari sana.

Mereka masuk ke dalam sebuah taman yang hanya terdapat tumbuh-tumbuhan hijau di sana, dengan lampu di tepi jalan yang menyinari.

"Ini kita mau kemana, sih?" tanya Jaemin sekali lagi.

"Ikut aja, Na. Aku nggak akan macem-macem, kamu tenang aja." Sahut Jeno.

Lebih berjalan masuk hingga jalanan semakin minim cahaya, membuat Jaemin mengeratkan genggaman tangan Jeno yang berjalan di sebelahnya.

"Jangan takut, Na. Udah mau sampai, kok." Jeno elus lembut punggung tangan si manis.

Saat jalanan sudah semakin gelap, Jaemin melihat sesuatu dari jauh yang semakin dekat semakin bersinar akan terangnya cahaya. Mengerutkan keningnya, lalu menoleh kearah Jeno.

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang