Jaemin turun dari mobil kakak sulungnya, menatap sekeliling gedung hotel yang sudah tampak ramai dengan kedatangan orang-orang berada. Rasanya ia bingung harus apa sekarang, lantaran sang ayah dan bundanya sudah berjalan lebih dulu untuk menyapa para tamu.
Jaemin berjalan di belakang keluarganya, mengikuti tiap langkah mereka yang kini sudah memasuki bagian tengah tempat acara digelar, sedangkan ia masih terdiam di pintu masuk.
Ketiga putra Nakamoto sudah berada di dekapan sang kakek dan nenek, serta sang ayah yang dengan bangganya memperkenalkan ketiga anaknya kepada semua orang.
Jaemin terdiam lantaran hanya dirinya yang dibiarkan sendiri dengan tatapan bertanya semua orang. Mengapa hanya ketiga saudaranya yang dikenal? Mengapa dirinya hanya seperti orang asing yang seakan tersesat ke jejeran orang-orang terpandang.
"Nana!"
Si empu nama tersentak saat rasakan sentuhan tangan seseorang menepuk pelan pundaknya. Ia menoleh dan mendapatkan Haechan yang kini tersenyum lebar ke arahnya.
"Haechan? Lo sama siapa ke sini?" tanya Jaemin.
"Sama keluarga gue, itu mereka." Jawab Haechan seraya menunjuk ke arah pintu masuk.
Jaemin menarik senyuman lebar saat melihat tiga orang lelaki berjalan ke arah mereka. Satu lelaki bertubuh tinggi dengan lelaki cantik di sampingnya, serta satu lelaki tampan yang berjalan di belakang keduanya.
Saat mereka telah tiba di depan kedua lelaki manis itu, Jaemin tersenyum saat menerima dekapan lembut dari lelaki cantik yang diketahui ialah ibu dari sahabatnya.
"Anak Mae manis banget malam ini." Ten, mengendurkan pelukan mereka dan mengusap lembut helai rambut si manis.
Jaemin yang mendapatkan pujian pun hanya membalas dengan senyuman malu. "Mae juga cantik banget."
"Bisa aja kamu tuh." Ten terkekeh pelan.
"Ayah kamu di mana, Nak?" tanya Johnny, ayah dari Haechan.
Jaemin menoleh. "Ayah sama Bunda lagi nyapa tamu, Om."
Johnny mengangguk paham lalu menoleh ke arah anak bungsunya. "Pacar kamu nggak ke sini, dek?" tanyanya.
Haechan tampak menengok ke sana kemari, mencari keberadaan seseorang yang dipertanyakan oleh sang ayah.
"Belum dateng kayaknya, Dad." Jawabnya.
"Dad, aku masuk duluan, ya? Mau cari Dejun." Suara Hendery membuat atensi mereka lantas tertuju padanya.
"Na, kakak kamu ada di dalem, kan?" tanyanya pada Jaemin.
"Bucin mulu, bang." Haechan menatap jahil sang kakak.
"Biarin, lah? Orang gue punya bucinan." Sahut Hendery sengit.
Haechan melemparkan tatapan sinis ke arah Hendery. "Dih? Gue juga punya kali."
"Diem lu, bocil." Hendery kembali menoleh ke arah Jaemin. "Na, kakak kamu ada, kan?"
"Ada kok, bang. Masuk aja, mungkin Kak Dejun lagi nyapa para tamu." Jawabnya.
Lantas setelah mendapat jawaban dari Jaemin, Hendery segera masuk terlebih dahulu setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Duduk dulu, yuk, Mae, Om, Haechan." Ajak Jaemin dan disetujui oleh ketiganya.
Mereka duduk disalah satu meja yang telah ditata rapi sedemikian rupa, dengan hiasan di berbagai sisi yang sama persis seperti meja-meja lainnya.
"Banyak juga, ya, tamunya? Ayah kamu undang berapa perusahaan, Na?" tanya Johnny.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||
Teen FictionKisah seorang pemuda manis yang selalu ceria dan selalu menunjukkan kebahagiaannya kepada semua orang. Namun, dibalik wajah ceria tersebut ternyata menyimpan banyak luka dan penderitaan yang selalu ia rasakan. Ayahnya yang selalu membeda bedakan dir...