CHAPTER 16.

1.4K 105 9
                                    

Jaemin keluar dari toilet dengan gelisah, memikirkan kemana kembarannya itu pergi setelah melampiaskan amarah padanya.

Berjalan menuju ruang tengah tempat ia duduk bersama Jeno tadi, tetapi belum sempat Jaemin melangkah ke sana, seorang gadis tiba-tiba saja menghalangi jalannya.

Gadis itu berdiri di hadapan Jaemin dengan membawa satu minuman jus di tangannya, menatap Jaemin dari ujung kaki hingga ujung kepala, ia tersenyum sinis.

"Tambah cakep aja lo," ujarnya dengan nada menyindir.

Jaemin menghela napas pelan, berusaha tidak memperdulikan gadis itu. Ia lantas abai dan melangkah maju untuk melewati gadis itu sebelum tubuhnya dihalangi agar ia tidak bisa pergi.

"Etss... banci mau kemana, sih?"

Jaemin memutar kedua bola matanya malas, lalu beralih menatap gadis itu. "Mau lo apa, Lia?" tanyanya.

Julia terkekeh pelan, ia lantas menepuk pelan pundak Jaemin, namun langsung ditepis oleh sang empu. "Aduh, aduh... banci kok sensi banget, sih? Ngobrol dulu lah sama sepupu kesayangan lo ini."

Mendengus pelan, Jaemin menatap sinis ke arah Julia. "Nggak usah basa basi, mau lo apa sampe halangin jalan gue kayak gini?"

"Nggak ada, sih, gue cuma mau nyapa sepupu kesayangan gue? Nggak salah, kan?"

"Salah. Lo udah ganggu ketenangan gue, jadi, gue minta sama lo pergi sekarang dan jangan ganggu gue sampe acara selesai." Jawab Jaemin ketus.

Julia menatap nyalang ke arah Jaemin. "Berani banget lo ngomong gitu ke gue? Udah gede aja nyali lo sekarang. Gue cucu kesayangan Nenek sama Kakek kalau lo lupa."

"Gue nggak lupa dan gue nggak peduli, toh gue kesini cuma mau menghormati Nenek sama Kakek yang notabene nya orang tua dari Ayah gue."

"Songong juga lo sekarang, nggak kapok lo dulu pernah gue bikin hampir mati tenggelam di kolam?" Julia lantas terkekeh setelah mengatakan itu.

"Gue nggak akan pernah lupa sama kelicikan lo itu." Jaemin lantas kembali melangkah untuk menghindari gadis itu.

Julia menarik lengan Jaemin agar kembali menghadapnya, lalu ia tarik rambut lelaki manis itu dengan kuat hingga membuat kepala Jaemin mendongak ke atas.

"Lia! Lepasin rambut gue!" Jaemin berusaha menyingkirkan tangan Julia yang mencengkram kuat rambutnya.

Julia menampilkan seringai liciknya. "Oh... minta dilepasin, ya? Tapi gue belum puas, gimana dong?"

"Lo bilang gue licik, kan? Mau gue liatin permainan lucu nggak? Mau dong, lo kan suka sama yang lucu-lucu."

Tiba-tiba, rambut Jaemin dilepas kuat oleh gadis itu, ia mendekat ke arah Jaemin, masih menampilkan seringai liciknya.

"Mau ngapain lo? Lia!" Jaemin berjalan mundur beriringan dengan langkah Julia yang mendekat ke arahnya.

"Nikmatin permainannya, banci."

Setelah mengatakan itu, Julia dengan sengaja menyiram tubuhnya dengan minuman dingin di tangannya, ia terjatuh dan dengan sengaja membenturkan punggungnya ke meja yang terletak didekat mereka.

Jaemin yang melihat itu lantas membulatkan matanya, bingung dengan apa yang dilakukan oleh Julia saat ini, apalagi gadis itu kini menangis dengan menunjuk ke arahnya.

"Jaemin, gue salah apa sama lo... hiks... kok lo tega banget sama gue..." tangisnya pilu dengan suara yang sengaja dikeraskan.

Tak lama dari itu, semua para tamu menoleh ke arah mereka berdua, bersamaan dengan seorang pria paruh baya yang berjalan ke arah mereka dengan tatapan murka.

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang