CHAPTER 3.

1.3K 89 1
                                    

"Jeno pulang..." Jeno memasuki mansion kediaman keluarga Jung.

"Baru pulang lo, Jen?" tanya Mark yang sedang menonton TV diruang utama.

"Hm," jawab Jeno singkat.

Mark hanya mengangguk dan kembali fokus menonton TV.

"Bubu di mana, Bang?" tanya Jeno kepada Kakak sekaligus kembarannya.

"Di dapur kali." Mark menjawab tetapi matanya masih fokus melihat film di depannya.

Tanpa basa basi, Jeno pergi menuju dapur untuk menemui sang Ibu tercinta. Saat sudah berada di dapur, Jeno melihat Ibu nya yang sedang berkutik dengan bahan-bahan masakan, sepertinya untuk hidangan makan malam, pikirnya.

"Bubu..." panggil Jeno.

"Eh? Anak ganteng Bubu, kapan pulang?" tanya Taeyong kepada anak keduanya.

Jeno mendekat dan mengecup pipi sebelah kiri sang Ibu. "Baru aja, Bu. Tadi Jeno mampir ke minimarket dulu."

Taeyong mengangguk mengerti lalu kembali fokus dengan masakannya.

Jeno yang tidak tahu ingin melakukan apa lantas memeluk sang Ibu dari belakang, Taeyong terkejut karena anaknya tiba-tiba saja bersikap manja seperti ini.

"Daddy mana, Bu? Kok nggak keliatan?" Jeno bertanya karena sedari tadi ia tidak menemukan keberadaan sang Ayah.

"Lagi di ruang kerja kali, kamu kenapa? Kok jadi manja gini, hm?" tanya Taeyong lembut kepada sang anak.

"Nggak apa-apa. Jeno lagi pengen peluk Bubu aja," jawabnya.

Taeyong terkekeh mendengarnya, ia lantas mematikan kompornya lalu berbalik untuk melihat wajah sang anak.

"Anak Bubu kenapa? Lagi ada masalah, ya? Cerita sini sama Bubu." Taeyong mengelus surai legam milik Jeno.

"Nggak tau, Bubu... Jeno bingung," ungkapnya.

"Kenapa? Kok bingung?"

"Jeno... bingung, kenapa Jeno nggak bisa buka hati buat dia..."

"Dia, siapa? Yang kamu pernah cerita selalu ngejar-ngejar kamu itu? Yang namanya... Nana itu, ya?" tanya Taeyong yang dibalas anggukan kepala oleh Jeno.

"Memangnya apa yang bikin Jeno nggak bisa buka hati buat dia? Dia jelek, ya? Atau... ada alasan lain?" tanya Taeyong lagi.

"Nggak gitu, Bubu. Dia... manis. Tapi, Jeno masih berharap banget sama teman masa kecil Jeno dulu, dia cinta pertama Jeno. Jeno akan terus usaha buat cari dia, sampai ketemu," jelasnya yang membuat Taeyong memandang sendu sang anak.

"Nak... kamu masih belum bisa ngelupain dia?"

Jeno menggelengkan kepalanya. "Nggak akan pernah bisa. Dan... dia nggak mungkin ngelupain Jeno kan, Bu? Dia dulu udah Janji bakalan balik buat ketemu sama Jeno, dia nggak mungkin ingkar janji kan, Bu?"

Taeyong menghela napas pelan mendengar ucapan Jeno, ia tersenyum lalu membawa tubuh Jeno untuk di dekap erat. Ia usap-usap lembut belakang kepala sang anak.

"Tapi... itu udah sepuluh tahun yang lalu, sayang... Jeno yakin mau terus cari dia? Bubu takut, nanti pas Jeno udah ketemu sama dia, dia nya malah nggak inget lagi sama Jeno..." lirih Taeyong.

"Nggak apa-apa, Bubu. Kalau pun dia nggak inget sama Jeno... setidaknya, dia inget sama nama panggilan masa kecil kami..."

Taeyong melepaskan pelukannya, ia memegang kedua pundak Jeno yang tampak lesu. "Maaf ya, Nak? Bubu nggak bisa bantu kamu cari dia, Bubu juga nggak tau sekarang keluarganya tinggal dimana."

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang