CHAPTER 7.

1K 66 2
                                    

"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚? 𝐀𝐩𝐚 𝐢𝐭𝐮? 𝐀𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐤𝐮."-𝘕𝘢 𝘑𝘢𝘦𝘮𝘪𝘯.

• • •

Di ruang rawat Jaemin kini sudah ada sahabat satu satunya, Haechan. Dia datang bersama Mark, dan tanpa Jaemin duga ternyata Jeno juga datang bersama dengan seorang laki-laki cantik yang ia tebak adalah orang tua dari Jeno.

Hari ini, dimana pertama kalinya seorang Jung Jeno mau melihat keadaan Jaemin. Sebenarnya Jaemin tidak ingin berpikir terlalu jauh, ia yakin bahwa Jeno mau menjenguknya karena sang ibu yang sekarang juga berada disini.

"Kenapa lo bisa sampe kayak gini sih, Na? Kenapa bisa sampe dirawat? Kok lo nggak ngabarin gue? Ada yang sakit nggak? Gue sahabat lo bukan sih, Na?" Pertanyaan bertubi-tubi diberikan Haechan yang duduk disamping brankar Jaemin.

Jaemin memandang sahabatnya malas, sungguh Haechan sangat cerewet, Jaemin bingung harus menjawab apa.

"Kalau nanya tuh satu-satu, Haechan..." ucap Jaemin yang sudah sangat pusing mendengar ocehan Haechan.

"Gue nggak apa-apa. Sorry, ya? Gue nggak sempat ngabarin lo, nggak ada yang sakit kok, cuma pusing aja karena dengerin omelan lo yang panjang kali lebar itu." Jawab Jaemin diiringi kekehan pelan.

"Gue serius, ya, Na! Lo tuh bener-bener, ya! Pengen gue gedeg deh rasanya, tapi nanti aja deh tunggu lo sembuh dulu." Sungut Haechan.

Semua yang berada di ruangan tertawa mendengar percakapan dua sahabat itu, terkecuali Jeno yang hanya diam duduk di sofa pojok ruangan dengan tatapan datar mengarah ke layar ponsel.

"Nana... tadi pagi kamu makan nggak, Nak?" Tanya Taeyong yang berada di sebelah kiri Jaemin, sedangkan Haechan di sebelah kanan.

Jaemin mengangguk. "Nana makan kok, Aunty. Dibeliin bubur sama Taro," jawab Jaemin seraya tersenyum manis.

"Kalau sekarang, Nana udah makan belum?" Tanya Taeyong lagi.

Jaemin terdiam sebentar dan setelahnya menggeleng. "Belum, Aunty. Kemarin Bunda bilang mau bawain makanan buat Nana, jadi Nana tunggu Bunda dateng aja."

"Bunda kamu bilangnya mau dateng kapan?"

Jaemin kembali terdiam lalu menjawab. "Seharusnya tadi pagi, sih... tapi udah Nana tungguin, Bunda nggak dateng, jadi Nana pikir Bunda datengnya agak siangan."

Taeyong mengangguk paham mendengar jawaban Jaemin. Setelahnya ia menoleh ke arah Jeno yang masih duduk manis seraya memainkan ponselnya.

"Jeno..." panggil Taeyong kepada sang anak.

Jeno mendongak, menatap ke arah sang ibu. "Hm? Kenapa Bubu?" Jawabnya.

Jaemin menatap Jeno dengan mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tidak pernah mendengar suara Jeno selembut itu saat berbicara kepada seseorang, bahkan kepada dirinya pun tidak, hanya selalu nada dingin dan ketus yang sering dia keluarkan.

"Kamu beliin Nana makan siang dulu gih, kasian dia belum makan." Suruh Taeyong kepada sang anak.

Jeno mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa Jen—"

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang