CHAPTER 19.

1.2K 71 1
                                    

Jaemin turun dari mobil Haechan saat mobil itu sudah terparkir tepat diparkiran sekolah. Haechan menyusul turun lalu mereka segera pergi menuju di mana kelas mereka berada.

Alangkah terkejutnya Jaemin ketika kakinya sudah ingin menapak ke dalam kelas, tarikan halus dari seseorang di belakangnya begitu memaksa ia untuk berbalik.

"Na ... kamu kemana aja?" pelukan hangat diberikan oleh seorang lelaki bertubuh jangkung di hadapannya.

Jaemin mengerjap pelan, memproses semua kejadian yang teramat membuatnya bungkam.

"Na, kangen..." Jeno, dipeluknya erat tubuh yang lebih kecil, menyalurkan kerinduan yang teramat dalam sejak satu minggu lamanya.

"J-Jen ... aku juga kangen sama kamu, tapi bisa dilepas dulu nggak? Aku malu, semua orang lagi liatin kita sekarang." Cicit si manis pelan, membuat Jeno dengan lekas melonggarkan pelukan mereka dan menatap wajah memerah Jaemin.

Terkekeh pelan, Jeno memundurkan diri. "Maaf, ya?"

Si kecil tersenyum malu dengan debaran jantung yang berpacu begitu cepat. "Iya, nggak apa-apa kok, Jen."

Jeno usak gemas surai legam milik Jaemin, membuat semburat merah semakin jelas terlihat di wajah cantik itu.

"Kamu gemes banget." Elusan lembut Jeno berikan di pipi si manis, membuat Jaemin menunduk malu.

"Udah ah, Jen. Aku maluuu." Jaemin tutupi wajah memerahnya dengan kedua tangan mungilnya, membuat Jeno semakin gemas dengan tingkah Jaemin.

"Jangan gemes-gemes, Na." Jeno tarik pelan kedua tangan Jaemin yang menutupi wajahnya.

"Emang kenapa?" tanya yang lebih kecil.

"Nanti aku suka."

"Emang sekarang belum suka?"

"Udah belum, ya..." sahut Jeno dengan nada jahil.

"Ck! Ke kelas kamu sana, udah mau bel masuk." Alih Jaemin lalu membalik tubuh tegap Jeno agar berbalik menuju kelasnya.

"Kenapa? Kamu nggak mau aku di sini? Emang nggak kangen?" tanya Jeno, sudah kembali membalikkan tubuhnya menghadap Jaemin.

"Nggak mau ih, Jennn!"

Senyuman Jeno kembali terukir kala mendengar nada rengekan dari Jaemin, membuat lelaki manis itu semakin terlihat menggemaskan di mata Jeno.

"Aku masih mau di sini sama kamu, Na."

"Ish! Kamu kok sekarang jadi ngeselin gini, sih? Balik cuek lagi nggak?! Jangan kayak gini, Jen ... aku nggak mau salting tiap hari." Bibir si kecil melengkung sedih.

Jeno terkekeh pelan. "Iya, gemes. Aku ke kelas dulu, ya? Nanti mau ke kantin bareng?"

"Tumben banget ngajak duluan? Dulu aja harus aku paksa dulu baru mau." Sahut Jaemin dengan nada mengejek.

"Na ... maafin aku, ya?" Jeno memandang teduh lelaki manis di hadapannya, membuat Jaemin mengantup bibirnya rapat karena merasa salah bicara.

"Eh? Enggak, Jen. Aku nggak bermaksud bahas yang itu, don't apologize to me. Lagian itu udah lama banget, aku udah lupain semuanya kok."

Jeno menghela napas pelan, ia tahu jika sikapnya yang dahulu tak akan pernah bisa dilupakan oleh Jaemin, karena jika ia ingat lagi, terlalu banyak kejadian di mana si manis harus merasakan sakit hati karena perbuatannya.

"Yaudah, ihh! Ke kelas sana, nanti abis istirahat ketemu di kantin aja, Jen." Jaemin berusaha menghindari tatapan teduh Jeno yang begitu membuat hatinya berkecamuk seakan ingin menjerit saat itu juga.

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang