Jaemin sangat senang karena saat ini ia sudah bisa kembali ke rumah setelah satu minggu dirawat di rumah sakit.
Sekarang, Jaemin sudah berada di dalam kamarnya, sungguh ia sangat merindukan suasana kamar ini, ia lelah ketika bangun setiap pagi harus disuguhkan pemandangan serba putih. Dan sekarang, Jaemin sudah bisa merasakan suasana kamarnya lagi.
Saat sedang asik merebahkan diri diranjang empuknya, tiba-tiba Jaemin mendengar suara ketukan pintu yang membuatnya segera menoleh.
Tok... Tok... Tok...
"Nana...? Lo didalem?"
Ternyata itu suara kakak sulungnya. "Kak Dejun...? Masuk aja, Kak." Jaemin mendudukkan dirinya kembali setelah mempersilahkan sang kakak untuk masuk.
Suara decitan pintu dibuka mulai terdengar, menampilkan Xiaojun yang tengah menatap Jaemin dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Lelaki itu lantas mendekat dan mendudukkan diri tepat di sebelah Jaemin.
"Kenapa, Kak?" Tanya Jaemin membuka pembicaraan.
"Lo... nggak apa-apa, 'kan?"
Jaemin tersenyum mendengar pertanyaan sang kakak. "Nana udah nggak apa-apa, kok. Udah sehat."
Xiaojun menghembuskan napas lega, ia kemudian menatap lamat-lamat manik indah milik si manis, membawa tangannya untuk menggenggam tangan yang lebih muda. Jaemin tentu saja terkejut dengan perlakuan kakaknya, ia hanya diam menatap Xiaojun dengan tatapan bertanya-tanya.
"Kakak... mau minta maaf sama Nana..." ucap Xiaojun lirih.
"Maafin Kakak yang udah benci sama kamu, padahal kamu nggak pernah salah." Xiaojun menundukkan kepalanya dalam, sungguh ia sangat menyesali perbuatannya terhadap adik manisnya ini.
Jaemin masih terdiam, ia bingung harus merespon bagaimana sekarang. Jika ditanya apakah Jaemin senang sekarang, tentu saja ia akan menjawab bahwa ia sangat senang.
"Kakak beneran minta maaf sama kamu... selama ini Kakak selalu bilang kalau Kakak benci sama kamu, tapi nyatanya... hati Kakak nggak pernah setuju sama ucapan itu."
"Kakak sayang sama kamu, tapi Kakak selalu denial soal itu, Kakak selalu bersikap seolah olah nggak peduli sama kamu... tapi sekarang Kakak udah sadar, Kakak nggak bisa liat kamu disiksa Ayah terus, Kakak nggak bisa liat kamu dikucilin terus, padahal kamu nggak pernah salah."
"Mau maafin Kakak atau enggak, itu terserah kamu, jawabannya ada di kamu, Na. Kakak nggak maksa, yang pasti, mulai sekarang Kakak janji bakalan terus jagain kamu... Maaf banget, Na... Kakak bener-bener minta maaf."
"Kakak tau, maaf aja nggak cukup buat bales rasa sakit kamu selama ini... tapi Kakak beneran nyesel, Kakak nggak bisa jagain kamu dari tangan kotor Ayah, ini penyesalan terbesar dalem hidup Kakak... Maaf—"
"Kak, udah!"
Jaemin tanpa sadar sudah meneteskan air matanya, ia sangat tersentuh setiap kali kakaknya mengeluarkan kata-kata.
"Nana udah maafin Kakak. Jauh sebelum permintaan maaf itu keluar dari mulut Kakak."
"Nana juga nggak tau, Kak. Sebenernya salah Nana apa, ya? Sampai Ayah sebenci itu sama Nana... padahal Nana sayang banget sama kalian."
"Karena mau gimana pun sikap kalian ke Nana, Nana nggak akan pernah bisa kalau harus ngebenci kalian."
Tangisan Xiaojun pecah saat mendengar penuturan sang adik, perasaan bersalah semakin menjalar dihatinya. Xiaojun lantas membawa Jaemin ke dalam dekapannya, memberi usapan lembut dipunggung sempitnya.
"Justru Nana yang harusnya minta maaf sama kalian... maaf... maaf Nana udah lahir dikeluarga ini, maaf karena Nana terlahir sebagai orang bodoh, maaf karena sering iri sama kalian yang selalu dapet perhatian lebih dari Ayah sama Bunda... Nana sadar kalau Nana nggak akan pernah bisa kayak kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||
Teen FictionKisah seorang pemuda manis yang selalu ceria dan selalu menunjukkan kebahagiaannya kepada semua orang. Namun, dibalik wajah ceria tersebut ternyata menyimpan banyak luka dan penderitaan yang selalu ia rasakan. Ayahnya yang selalu membeda bedakan dir...