Setelah satu bulan lamanya berdiam di kediaman Jung, kini Jaemin kembali. Kembali menapaki rumah yang sempat ia tinggali, namun bukannya memperoleh kebahagiaan, ia justru mendapatkan siksaan di sana.
Tekatnya sudah bulat, ia akan kembali ke rumah ini, ia akan membuktikan bahwa ia pantas menjadi anak dari keluarga Nakamoto.
Jika keluarga Seo dan juga Jung sudah melarangnya untuk kembali, maka Jaemin tak akan pernah berhenti. Ia akan terus berjuang, setidaknya satu langkah lagi, ia hanya ingin mendapatkan hati sang ayah yang sedari dulu tak pernah ingin mengakuinya.
"Ayo masuk, Na." Ajak Renjun yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Nggak apa-apa, Njun?" tanya Jaemin, takut.
"Ini juga rumah lo kalau lo lupa, ayo masuk."
Jaemin mengangguk pelan lalu mulai berjalan membuntuti kembarannya, ia takut jika sang ayah akan kembali melemparkan bentakan keras padanya.
"Nana ... udah dateng, nak? Sini, Bunda udah masakin makanan kesukaan kamu." Ujar Winwin yang dengan cepat menyambut kedatangan sang putra.
"Iya, Bunda." Jaemin berjalan pelan kearah sang ibu, menatap ayahnya yang sedari tadi hanya diam di meja makan.
"Ayo. Nggak usah sungkan, ini rumah kamu, sayang." Ucap Winwin.
Dengan hati-hati Jaemin semakin mendekat, duduk perlahan di kursi yang sudah disediakan di meja makan.
"Welcome back home, Kak." Shotaro tersenyum, membuat Jaemin dengan kaku membalas senyuman sang adik.
"Thanks, Taro." Jawabnya.
Xiaojun dan juga Renjun saling pandang, saling melempar senyuman tipis karena kini keadaan di rumah mereka sudah menjadi terang kembali karena kedatangan adik mereka yang bak seperti mentari.
"Ayo makan, sayang. Bunda udah buatin makanan kesukaan kamu." Jaemin tersenyum senang, sebab ia tak pernah berpikir akan berada didetik ini dimana sang ibu sudah kembali bersikap seperti enam tahun silam kepadanya.
"Makasih, Bunda."
Waktu dua puluh menit mereka habiskan untuk makan malam ditemani keheningan, karena sedari tadi, kepala keluarga Nakamoto tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Aku udah selesai," ucap Renjun.
"Aku juga udah selesai," ujar Xiaojun.
"Nana, kalau udah selesai makannya kamu langsung istirahat ya, nak. Udah malem, besok 'kan mau sekolah. Kata Renjun juga satu minggu lagi mau ujian kelulusan, ya? Kamu yang semangat ya, sayang." Ucap Winwin, membuat Jaemin tersenyum getir saat mengingat jika ujian akan semakin dekat.
"Iya, Bunda."
"Nanti kita belajar bareng deh, Na. Gue ajarin kalau ada yang nggak lo paham." Sahut Renjun.
"Iya. Makasih, Renjun."
"Santai."
Setelahnya, ketiga keturunan Nakamoto itu pergi menuju kamar mereka, terkecuali Jaemin yang masih asik berbincang dengan Winwin.
"Kalau gitu, Nana mau ke kamar dulu ya, Bunda, A-ayah ..." Jaemin sedikit takut kala bibirnya kembali mengucapkan panggilan itu.
"Iya, sayang. Langsung istirahat, ya." Jaemin mengangguki perintah Winwin, lalu hendak beranjak menuju kamarnya.
Namun, satu suara yang sedari tadi hanya bisu kini mulai angkat bicara, menginterupsi Jaemin agar berhenti melangkah detik itu juga.
"Tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||
Teen FictionKisah seorang pemuda manis yang selalu ceria dan selalu menunjukkan kebahagiaannya kepada semua orang. Namun, dibalik wajah ceria tersebut ternyata menyimpan banyak luka dan penderitaan yang selalu ia rasakan. Ayahnya yang selalu membeda bedakan dir...