CHAPTER 31.

639 49 16
                                    

Kedua sepasang ayah dan anak itu tengah duduk diam di teras belakang rumah, sedari kejadian Jeno yang tak sengaja mendengar ayahnya menyebut nama temannya, membuat Jeno penasaran seketika.

Jeno bingung harus memulai dari mana, apakah ia harus bertanya? Tetapi, bukankah ayahnya yang seharusnya menjelaskan kepadanya terlebih dahulu.

"Daddy memang sedang berbicara dengan Guanlin ditelpon tadi." Jaehyun membuka suara, menatap lurus ke hamparan taman belakang rumah yang penuh dengan bunga-bunga yang ditanam sendiri oleh Taeyong.

Jeno menoleh, menatap bingung kepada sang ayah. "Alasannya apa?"

Jaehyun menghela napas panjang lalu mengalihkan pandangan menjadi menatap anak keduanya. "Daddy nggak bisa ngasih tau alasannya ke kamu sekarang."

Mengerutkan keningnya tajam, Jeno lantas melontarkan tanya. "Daddy ... punya hubungan ya sama Guanlin?"

Jaehyun membelalakkan matanya, menatap Jeno tak percaya karena ucapan anaknya. "Sembarangan kamu! Sudah, pokoknya Daddy nggak bisa ngasih tau kamu sekarang."

Menggelengkan kepalanya heran, Jaehyun lantas beranjak dari sana lalu pergi ke ruang kerjanya.

Jeno memperhatikan ayahnya sedari beranjak hingga menghilang dibalik pintu kerja. "Daddy beneran ada hubungan sama Guanlin?"

Kening tebal lelaki itu lantas mengkerut. "Berarti Daddy selingkuh dong?"

• • •

Pagi yang begitu cerah harus luntur tatkala mata menangkap keberadaan dua sejoli yang tengah terkekeh ringan di sepanjang koridor.

Renjun menyeringai tipis dengan kekehan yang keluar dari bibirnya, namun wajahnya terlihat akan sorot kecewa. "Bohong lagi?"

Sial, Renjun tak pernah menyangka jika jatuh cinta bisa se menyakitkan ini. Guanlin, lelaki yang ia cinta kini sudah terlihat berjalan cepat di depannya, berusaha mengimbangi seseorang, kembarannya sendiri, Jaemin.

Tangannya terkepal, ia lelah berpura-pura bodoh, ia juga lelah berpura-pura tidak mengetahui pasal Guanlin yang mengantarkan Jaemin pulang tadi malam.

Malam itu, Renjun yang datang ke apartemen milik Guanlin, harus pulang karena Guanlin tak menampakkan wujudnya di apartemen itu.

Dan yang lebih membuatnya merasa dibodohi, ialah saat kesekian kali ia melihat Guanlin terus memperhatikan kembarannya. Renjun merasa dibohongi.

"Guan!" dengan keyakinan penuh, Renjun memanggil kekasihnya.

Kedua sejoli yang tengah berjalan di depan itu kini sudah menoleh secara bersamaan kearah Renjun. "Renjun?" gumam Guanlin pelan.

"Guan, gue duluan, ya? Udah ditungguin Jeno di kantin soalnya, dia mau sarapan bareng." Guanlin mengangguk tanda menyetujui Jaemin yang tengah berpamitan.

Setelah Jaemin berjalan lebih dulu, Guanlin kini sudah berjalan ke belakang, menghampiri lelaki mungil yang beberapa bulan ini memiliki status sebagai kekasihnya.

"Kenapa, sayang?" tanya Guanlin saat sudah berhadapan dengan Renjun.

Renjun merotasikan bola matanya malas, lalu beralih menatap Guanlin. "Jadi, kamu bohongin aku lagi, Lin?"

Guanlin yang tak paham akan maksud Renjun lantas mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

Renjun berbalik, meninggalkan tempat itu dengan maksud menuntun Guanlin untuk mencari tempat yang lebih tertutup, agar percakapan keduanya tak didengar oleh siapapun.

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang