Sudah satu minggu berlalu semenjak Jaemin mendapatkan mimpi itu. Sejak hari itu pula mimpi yang sama ia dapatkan dan terus berulang setiap matanya terpejam mencari ketenangan dari hari-hari yang melelahkan.
Masih berpikir apakah itu hanya sekedar mimpi biasa? Ataukah memang benar terjadi di dunia nyata? Jika itu hanyalah mimpi biasa mengapa terus berulang dengan menampilkan sosok yang sama bahkan kata-kata yang sama? Ia menjadi bingung akan kebenarannya.
Kini, Jaemin dengan senyuman manis yang terpatri di wajah cantiknya sedang berjalan menuju kelas sang pujaan hati, sudah lama sekali ia tak bertemu sapa dengan pemuda tampan itu.
Saat sudah berada di depan kelas Jeno, ia lantas bertanya kepada salah satu murid yang berada di depan kelas. "Permisi... Jeno ada di kelas nggak, ya?"
Yang ditanya pun segera menjawab. "Baru aja pergi."
Jaemin mengernyit bingung. "Lo tau nggak dia pergi ke mana?"
Pemuda itu menggeleng. "Nggak tau. Coba tanya sama Mark." Seraya menunjuk ke dalam kelas di mana Mark dan teman-temannya berada.
Jaemin mengangguk setuju seraya tersenyum. "Oke. Makasih, ya?" dibalas anggukan pelan sebelum yang ditanya melenggang pergi dari sana.
Bertepatan saat Jaemin hendak masuk ke dalam kelas itu, Mark beserta teman-temannya sudah lebih dulu melenggang keluar kelas. Mereka sedikit terkejut melihat keberadaan Jaemin disana.
"Na? Ngapain ke sini?" tanya Mark.
"Gue mau cari Jeno, Mark. Lo liat dia nggak?"
"Oh, Jeno? Tadi pamit, katanya mau ke Perpus." Jawab Mark.
Dibalas Jaemin dengan anggukan paham lalu ia segera berpamitan untuk pergi dari sana. "Yaudah. Kalau gitu gue duluan, ya? Makasih udah ngasih tau, Mark."
Mereka bertiga menatap heran punggung Jaemin yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangan.
"Jadi dia ke sini cuma mau nanyain Jeno?" ucap Lucas masih keheranan.
"Ya biasanya juga gitu, kan? Kayak nggak tau Nana aja lo." Sahut Guanlin.
"Yang bikin gue heran tuh, dia udah semingguan ini nggak nyamperin Jeno ke kelas dan sekarang? Tiba-tiba nyariin tuh begimane maksudnya, dodol!" seru Lucas.
Guanlin tampak berpikir. "Iya juga, ya?" ujarnya ikut heran.
Mark merotasikan bola matanya malas. "Udah, lah. Nggak perlu dibahas lagi, ayok dah gaskeun ke kantin!"
• • •
"Hai, Jeno!" panggil Jaemin ketika bokongnya sudah terduduk manis di samping Jeno.
Jeno yang tengah membaca itu lantas melirik sekilas kepada si pemanggil. "Diem. Ini Perpustakaan."
Satu cengiran lolos dari bibir mungil si manis, ia letakkan kedua tangannya di atas dagu dengan mata yang tertuju ke arah Jeno.
Mengamati wajah tegas itu dengan seksama, mulai dari rambutnya yang teracak berantakan, alisnya yang tebal, mata tajam yang kini sudah dilapisi oleh kacamata, hidung mancung bak prosotan, bibir tipis yang berkomat kamit membaca kata demi kata, serta rahang tegas yang semakin menambah kesan tampan pada pemuda itu. Jaemin benar-benar terpesona akan pemuda yang ia kagumi sedari lama ini.
Jeno yang merasa diperhatikan lantas menutup bukunya dan menoleh ke arah samping. Menatap Jaemin dengan kerutan samar.
"Kenapa?" tanya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||
Teen FictionKisah seorang pemuda manis yang selalu ceria dan selalu menunjukkan kebahagiaannya kepada semua orang. Namun, dibalik wajah ceria tersebut ternyata menyimpan banyak luka dan penderitaan yang selalu ia rasakan. Ayahnya yang selalu membeda bedakan dir...