CHAPTER 14.

1.4K 104 1
                                    

°Budayakan vote sebelum membaca °

- - -

~ Happy Reading ~

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

"Mengapa penantian ini hanya aku yang merasakannya?" -Jung Jeno.

Ingatan itu hilang, bersama beribu kenangan di dalamnya. Digantikan dengan cinta orang dewasa, tanpa mengenal asal usulnya
________________________________________

Duduk termenung di balkon kamarnya, Jaemin memandang langit-langit malam yang memancarkan sinar rembulan bersama gemerlap bintang yang memantulkan cahayanya ke dalam manik indah penuh binar.

Manik indah itu mengerjap pelan, cahaya rembulan malam masuk begitu saja dengan silaunya yang terpancar di dalam netra cantiknya.

Matanya berpindah mentap ke arah benda cantik yang menghiasi lehernya, meraih benda itu dengan sesekali mengusap pelan.

"Gue nemuin kalung ini dikotak yang waktu itu gue temuin di dalam lemari, tapi... kenapa pas gue pakai kalung ini, gue ngerasa ada banyak kenangan di dalamnya." Gumamnya dengan memandangi kalung itu lamat-lamat.

"Apa... kalung ini pemberian Oma sama Opa? Tapi kalau di mimpi itu, gue lihat ada dua anak laki-laki yang mau pisah terus salah satunya ngasih kalung yang persis kayak gini... gue pun nggak tau mereka siapa..."

Kembali ia tengadahkan kepalanya, menghela napas pelan seraya memejamkan kedua mata cantik dengan buku mata lentik itu erat.

Pemandangan malam begitu cantik saat dilihat dari atas balkon, kembali menatap rembulan malam yang kini membentuk bulan sabit, begitu indah saat berpantulan dengan mata bulat yang kini tampak berbinar.

Senyuman manis terpatri di wajah cantik itu. "Indah banget... gue ngerasa lagi liatin Jeno dari atas sini."

"Bulannya cantik, persis kayak mata Jeno kalau lagi senyum, walaupun... gue nggak pernah liat dia senyumin gue." Si manis terkekeh pelan saat wajah datar yang selalu disematkan pemuda tampan bermarga Jung itu terlintas dalam pikirannya.

Dinginnya angin malam menerpa wajah cantiknya, kembali menghela napas pelan, Jaemin menundukkan kepala. "Aku nggak akan nyerah sampai kamu mau buka hati kamu buat aku, Jeno."

Setelah kalimat itu terucap yakin dari bibirnya, ia lantas beranjak dari sana karena hari sudah semakin malam dan cuaca pun berubah menjadi sangat dingin.

• • •

"Besok ulang tahun pernikahan Kakek dan Nenek, semua rekan bisnis perusahaan beserta keluarga mereka akan datang ke acara besok, jadi... Ayah minta untuk kalian semua datang dan jangan mempermalukan Ayah di depan semua orang. Paham?"

Yuta membuka suara saat acara makan malam mereka selesai, memandangi wajah anaknya satu persatu. Dibalas anggukan oleh keempat anaknya, Yuta lantas menaruh eksistensi penuh ke arah anak ketiganya, Jaemin.

"Jaemin, saya memperingatkan kamu untuk tidak membuat ulah dan jangan mempermalukan saya saat di acara nanti. Jika itu terjadi, maka terimalah hukuman mu."

Mengangguk pelan, Jaemin lantas beranjak dari duduknya untuk pergi menuju kamar, sebelum suara sang ayah kembali terdengar dan pergerakan tubuhnya lantas terhenti.

𝗖𝗼𝘃𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗻𝗱 || ɴᴏᴍɪɴ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang