Chapter 9 ; Selangkah lagi

711 99 10
                                    


Hope For a Happy Ending

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





🎉

Minji terbangun dari tidurnya, Ia merasakan sakit di kepala dan wajahnya akibat kejadian kemarin yang saling memukul satu sama lain.

Bunda dan kakak nya kawatir atas kejadian itu, tapi Bunda nya tidak marah ia tau betul apa yang Minji rasakan.

"Anak bunda yang paling cakep ini jagoan, mukanya lebam di tonjok sama cowo tapi ga nangis" bundanya kemarin berkata demikian sambil tersenyum berusaha menghibur anaknya.

Minji berdiri dari tempat tidurnya lalu berkaca di meja rias, kemudian melihat wajah sendiri yang sedikit babak belur, ia malah tersenyum tipis.

"Lo makin cakep kalo brutal gini" batinnya memuji dirinya sendiri.

Gawat Minji sudah mengakui dirinya cakep. Iya lo emang cakep Jii - Author

Pikiran nya terlintas kejadian kemarin saat Hanni menampar dirinya. Apalagi dengan penuh penekanan gadis berponi itu mengatakan tak ingin bertemu kembali dengan nya.

"Apa yang lo harapkan dari Pano, Hanni?" tanya nya di pantulan cermin.

Lalu melihat bingkai foto dua orang anak SD yang tengah berpose mengacungkan jari tengah nya....

Ehh engga dong. Maksudnya kedua jari membentuk ✌. Mereka sangat dekat.


---


Bosan dirumah, Minji pergi keluar untuk mencari udara segar. Sengaja mengelilingi komplek dengan sepedah kesayangan nya.

Perjalanan Minji semakin jauh, ia ingin bersepedah lebih ke tengah kota untuk menikmati masa skorsing nya itu.

Jangan tanyakan Pano, ia tidak diberi hukuman apapun, padahal dirinya juga turut serta membalas pukulan Minji. Apa karena anak dari Kepala sekolah membuat dirinya bebas tanpa hukuman?.

Sampai ditaman kota yang sedikit sepi, dikarenakan orang-orang tengah sibuk dengan dunianya masing-masing.

Minji merebahkan dirinya ditengah rumput sintetis menyimpan kedua tangan menumpu kepala belakang dan memandang langit biru yang sangat indah ditemani oleh sang awan.

Di waktu yang sama tepatnya di sekolah, Hanni berdiri di pelataran kelasnya menonton ke arah lapangan saat orang sedang berolahraga,

Hanni melamun mengingat kejadian kemarin, tiba-tiba merasa bersalah telah menampar Minji, apalagi Minji juga dipukul oleh kekasihnya sendiri.

Hope For a Happy Ending | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang