(Beberapa bulan lalu – Rega Damasatya)
•••
"Yang?" panggilku, sedikit menyentak bahu Marwah karena khawatir.
Mata Marwah terbuka. Posisi tidurnya meringkuk seperti bayi sambil meremas perut. Wajahnya berkeringat. Bibirnya juga memucat. Pagi tadi dia hanya mengeluh kurang enak badan dan meminta izin untuk tidur sebentar. Namun, begitu aku kembali ke kamar setelah selesai joging, keadaanya justru begini.
"Perut kamu sakit?"
"Kram."
"Bukannya masa menstruasi kamu sudah lewat?"
Marwah mendesis. Badannya semakin mengkerut, hampir bisa mencium lutut. "Aduh ... Shhh."
"Ke rumah sakit saja, ya? Takut ada yang serius. Mau, ya?"
Aku kira, Marwah akan menolak seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ternyata dia langsung menganggukkan kepala. Agaknya kali ini memang bukan kram biasa.
"Tolong ambilin aku baju ganti sama kerudung," katanya, lirih.
Mengerti, aku menyiapkan semuanya. Kemudian memapah Marwah sampai ke mobil.
Perjalanan memakan waktu setengah jam yang rasanya seperti seumur hidup karena Marwah terus merintih kesakitan. Lalu saat pemeriksaan, aku diminta menunggu di kursi depan meja dokter. Sementara, Marwah ada di bilik yang dikelilingi tirai hijau tua.
Selama itu, tanpa sadar kakiku terus menghentak kecil, resah bukan main. Dan begitu tirai menyingsing, aku refleks berdiri. Marwah nampak sudah baik-baik saja. Namun entah ada apa dengan raut wajahnya.
Sayangnya sebelum aku sempat bertanya, dokter sudah lebih dulu meminta kita duduk.
"Selamat ya, Pak," katanya, tersenyum.
Aku yang bingung pun menautkan alis, menoleh ke arah Marwah bermaksud mencari kejelasan. Marwah menggenggam tanganku, menggeleng samar. Mau tidak mau aku kembali ke depan.
"Usia kandungan Bu Marwah sudah memasuki minggu ke delapan."
***
Flek di awal kehamilan pada dasarnya adalah hal normal dan tidak berbahaya. Kondisi ini umumnya berlangsung selama 3-5 hari. Flek bisa disertai dengan kram perut seperti pada saat menstruasi. Namun kram saat implantasi cukup ringan dan hanya sebentar. Kram itu sendiri terjadi akibat pelebaran rahim, otot dan ligamen atau jaringan ikat. Bisa juga disebabkan stres atau kelelahan ....
"Ih, kamu ngapain si baca artikel gituan?"
Aku meletakan ponsel ke meja dengan posisi terbalik, lalu menoleh dan tersenyum. Tadi pagi dokter memang sudah menjelaskan panjang lebar. Hanya saja, aku masih merasa harus mencari informasi lebih dalam. Aku tidak mau kecolongan untuk kali ke dua. Jika Marwah terlalu cuek untuk sekadar sadar, maka aku yang harus lebih peduli dan perhatian.
"Kamu sekalian mandi?"
Dia mengangguk. Melipir ke kursi seberang sambil berkata, "Mau enggak mandi, tapi udah kadung basah setengah badan. Ya udah, sekalian."
"Mochi-nya kebanyakan kamu kasih makan. Jadi pas digelitiki muntah karena kekenyangan." Aku bangkit, bergerak ke arah pantri dan mengambil gelas di rak. "Lain kali kasih makannya dijadwal."
"Bukan karena kekenyangan tahu, Mas. Tapi karena stres enggak punya temen."
"Stres enggak punya temen, apa stres karena diuyel-uyel sama kamu?"
"Ih, enggak ya. Apaan."
Membuka kardus susu, aku memasukan isinya ke gelas sesuai takaran. Lantas menuangkan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Tiga Muanaqah. (Sekuel BSP)
Storie d'amore#Romance_islami (JANGAN NYARI ADEGAN PETOK-PETOK DI SINI) Kamu adalah titik tiga muanaqoh yang aku pilih untuk berhenti, Mar. Aku tahu kamu akan menyebutku lebay. Atau berkata, "ih, geli!" Namun, percayalah, aku tak sedikitpun memiliki niat untuk me...