HABROMANIA 2/34: The Intruder.

931 79 5
                                    

Di sisi lain, semua orang yang sedang berendam di onsen tak tau kalau sedang mati lampu, sebab seluruh pencahayaan di tempat itu berasal dari lilin dan lentera yang di pajang di setiap dinding. Akihito dan yang lainnya sedang bercengkrama bersama di dalam kolam, kecuali Tuan Rinamoto yang duduk di sebuah kursi di pinggir kolam onsen.

Sementara di dalam rumah, Oda meninggalkan keinginannya untuk ikut ke onsen. Dia lebih memilih terus mengelilingi rumah, memeriksa setiap sudut dan ruangan. Dia telah memerintahkan Enagawa si butler untuk menyalakan lilin agar setidaknya ada sedikit pencahayaan, mulailah seluruh pelayan menyebar ke seisi mansion yang besar itu untuk menyalakan lilin.

Oda akhirnya berjalan ke bagian lorong kiri di lantai bawah, lorong itu berhubungan dengan ruangan yang luas, digunakan sebagai ruangan koleksi. Di sana ada beberapa alat musik, rak-rak tinggi yang tersusuh koleksi-koleksi Akihito, bahkan ada sudut baca dimana dindingnya dipenuhi oleh lemari besar berisikan banyak buku dan sofa yang sering digunakan sebagai spot membaca.

Dia tak menemukan ada yang janggal di sana, jadi Oda berbalik pergi dari lorong itu. Lalu, dia berjalan lurus ke lorong bagian kanan, yang menghubungkan dengan ruang data. Dia mengecek pintunya masih terkunci, sebab ruangan itu penuh dengan pendataan keluarga Masashi dan Kishi Kaisei, bahkan jarang sekali di buka.

"Siapapun yang tak di undang itu, dia pasti bukan mengincar data-data Tuan Masashi" gumam Oda. Lalu ketika dia hendak berbalik, dia mendengar suara kerincingan yang terdengar jauh. Kepalanya bergerak ke sebuah pintu di lorong yang sama, itu adalah pintu untuk ke basemen, dimana penjara, gudang dan ruang kendali berada.

Oda mengeluarkan handphonenya dan menyalakan senter, dia membuka pintu basemen dan melihat tangga ke bawah yang benar-benar gelap.

"Hantu itu tidak ada, yang ada adalah penjahat sepertiku" gumamnya ketika ia sadar bahwa ruangan di bawah sana benar-benar gelap, tanpa ada pencahayaan sama sekali.

Pria bermarga Tomomako itu menghirup nafas panjang, dan melangkah masuk ke dalam. Awalnya dia tak menutup pintu, lalu tiba-tiba ia berasakan angin yang kuat berhembusan dari bawah sana dan membuat pintu di belakangnya tertutup tiba-tiba.

BAM!

"Aaaa!" Kagetnya, pintu itu agak terbanting karena angin yang kuat. Dia mengelus dadanya, kemudian kembali menerangkan tangga tanpa ubin di bawahnya. Oda mulai menuruni satu persatu anak tangga yang besar-besar itu.

Setelahnya Oda sampai di ruangan pertama. Ruangan itu sempit, berisikan beberapa meja dan loker yang isinya barang-barang tak penting. Oda lanjut berjalan ke lorong kecil hingga tiba di persimpangan. Dia mengarahkan senter handphonenya ke arah kanan, di sana ia melihat lorong penjara yang kosong, hanya menyisakan debu-debu yang berterbangan.

Tiba-tiba angin sepoi-sepoi melewati telinganya. Dengan reflek, Oda melakukan gerakan tinju ke arah kirinya, namun setelah ia membuka mata, dia tak menemukan siapapun.

"Tuan Masashi tak pernah menghabisi nyawa musuh-musuhnya di sini, tapi kenapa aku jadi paranoid begini?" Tanyanya pada diri sendiri, ketika ia memegangi dadanya yang berdegup sangat cepat. Dia bahkan sedikit merasa sakit karena gerakan jantungnya yang besar, sampai nyaris didengar olehnya.

Oda menarik nafasnya sebelum kembali berjalan ke arah gudang di bagian kiri. Dia melihat semua barang-barang tersusun dengan rapi, tak satupun dari barang-barang itu membuatnya curiga. Jadi, ia lanjut ke ruangan lainnya, seketika angin itu semakin kencang.

Dia terheran ketika melihat pintu kayu yang ada di atas tangga untuk ke luar basemen tak sepenuhnya tertutup, satu papannya terbuka. Saat itu ia sadar, kalau suara kerincingan itu tercipta dari gantungan kerang laut yang ada di dekat pintu kayu, di gantung pada kayu di langit-langit.

Habromania (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang