HABROMANIA 2/41: To Built Relationships.

816 57 1
                                    

Ku buka mataku dengan perlahan, saat sinar matahari melintasi mataku, aku menggerakkan kepala dan melihat Ichi yang tertidur di dekapanku. Aku semakin memeluknya, semakin mendekatkannya pada diriku sendiri. Ku peluk ia dengan erat, sampai aku bisa merasakan gerak jantungnya yang begitu tenang dan dadanya yang bergerak naik-turun dengan perlahan.

Sudah 2 minggu berlalu, aku tak bisa menemukan dimana keberadaan Sakatoshi dan itu sesuai dengan informasi dari Tadashi, sementara bait yang kami tahan telah membunuh dirinya sendiri. Selama itu aku terus dihantui oleh bayang-bayang Sakatoshi yang setiap saat mencoba melukai Ichi. Aku menjadi begitu paranoid hingga aku sendiri yang melarang Ichi untuk keluar dari kamarnya, aku selalu bermimpi buruk, aku seakan benar-benar gila. Sudah seminggu aku membuat Ichi serasa terkurung di rumahnya sendiri.

Dan semenjak surat terakhir dari Tadashi, Tuan Masashi berubah. Hari ke hari, dia bersikap dingin dan kejam pada antek-antek Kishi Kaisei. Dia sering berpergian untuk menemui pertemuan kecil, dia mencoba menguatkan pandangan organisasi lain terhadap Sakatoshi, dia semakin menguatkan relasi pada mereka untuk membuatbya yakin diri, kalau tak akan ada kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Dengan begitu semua orang tau, bahwa saat ini organisasi bernama Tsundoku tak akan mendapatkan toleransi dari pria itu.

Ku perhatikan wajah terlelap Ichi yang tampak sangat damai, aku penasaran kenapa heatnya tak kunjung berhenti? Ini sudah 2 minggu, seharusnya dia mulai baikan. Aku terus melihatnya, rasanya aku benar-benar gila. Kenapa aku jadi seperti ini? Takut akan sesuatu yang tak akan terjadi? Aku hanya begitu takut jika Ichi sampai kenapa-kenapa. Tunggu, dia ini masih heat atau apa...

"Mhh! Mhhkk! Mmhuekk...!"

Tiba-tiba Ichi terbangun dan mual-mual, aku yang terkejut pun langsung menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan, dan mencegatnya yang hendak beranjak dari kasur untuk ke kamar mandi.

"Jangan turun, kau hanya akan pusing. Muntahkan di tanganku!" Dengan tangan yang lainnya ku dekatkan ke mulut Ichi dan berharap dia akan memuntahkan apapun itu di tanganku.

"Huekk..."

Dia hanya memuntahkan sedikit air, dan sisanya hanyalah angin. Aku terus menepuk punggungnya agar dengan lancar angin itu keluar dari tubuhnya. Setelah ia mulai membaik, aku membantunya untuk kembali berbaring dan pergi ke kamar mandi untuk membilas tanganku. Lalu, dengan cepat aku balik ke kasur, memakaikannya pihayama dan selimut agar dia merasa hangat.

"Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan, Ichi?!"

"Jangan panaik begitu... Hah... Tiba-tiba aku merasa tak enak badan saja... Oh.. Lihat, kita lupa menutup pintu balkon..."

Aku menoleh dan melihat kenyataannya, sial sekali, kami lupa lagi menutup pintu balkon, pantas saja Ichi masuk angin dan ini sudah ketiga kalinya minggu ini ia mual-mual, terlebih dia memang tak bisa sedikit saja terkena angin malam. Setelah ku tutup pintu balkon, aku hendak keluar mengambil air putih hangat untuk Ichiro, namun dia meraih tanganku.

"Jangan pergi... Tetaplah di sini..." Pintanya, akupun hanya menurutinya dan menyuruh Genta untuk mengambilkan air hangat segera.

Ku dudukkan diriku di pinggir kasur dan melihat wajah mengantuk Ichi, "Kau suka sekali membuatku kepikiran, pertama kau sakit, terus kau masih heat, dan sekarang kau masuk angin lagi, ini bahksan sudah 3 kali minggu ini. Selanjutnya apa lagi yang kau berikan untuk mengejutkanku?"

Ichi tersenyum dengan menyipitkan kedua matanya, "Kejutan ya... Hehe~"

"Jangan terkekeh, aku ini sedang serius" aku menghela nafas panjang dan melihat ke arah lain. Apa mungkin... Ichi jadi seperti ini karena terus di rumah? Tapi, membawanya keluar rumah hanya akan membahayakan dirinya sendiri. Tidak, aku tak mau membahayakan Ichi meskipun itu untuk membuatnya senang.

Habromania (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang