HABROMANIA 3/51: Side Story 3.

360 18 0
                                    

Mempunyai anak kembar adalah impianku, namun, bisakah kau mengerti perasaan dikesampingkan yang aku rasakan akhir-akhir ini? Bagaimana tidak, Sudah sebulan lebih Hansuke seperti tidak memperhatikanku. Dia mulai acuh, dan lebih sibuk mengurusi 3 anak kembar yang selalu menangis setiap saat itu.

Aku jadi kasihan padanya, aku yakin sebenarnya dia juga ingin 'bermain' denganku, tapi dia harus mengurusi 3 anak itu. Setiap kali aku pulang ke rumah, aku hanya bisa melihat Hansuke di atas kasur yang sibuk mengurusi anak-anaknya. Kapan kesempatanku datang?

"Oh, Aki? Kau sudah pulang?"

Lamunanku buyar ketika Hansuke memanggil namaku, begitu saja aku pun melangkah masuk dan duduk di sampingnya. Ku lihat dia sedang menyusui anak terakhirnya agar tertidur seperti yang lain. Ah, aku kan juga mau susu itu.

"Aki? Kenapa kau diam saja? Apa kau memikirkan tentang pekerjaan?"

Aku menggeleng pelan, "Tidak, hanya saja aku penasaran, apa rasanya asimu itu sampai 3 bocah itu tak henti-hentinya menangis untuk meminumnya?"

Aku bisa melihat wajah Hansuke yang mulai memerah, "M-mereka tidak hanya menangis untuk minum susu!"

"Iya aku tau, Hans, tapi kebanyakan mereka ingin susumu. Jadi aku mulai penasaran, kapan aku dapat giliran?"

Hansuke melotot kan matanya, dia menggeleng dengan cepat, "Tidak boleh! Nanti asiku habis tak bersisa, kasihan mereka!"

Apakah itu mungkin? Apakah mungkin asi bisa habis? Ku rasa Hansuke hanya mengada-ada, tidak mungkin asi bisa habis begitu saja kan?

"Sedikit saja, ku mohon? Aku sangat penasaran bagaimana rasanya, Hans."

Hansuke menghela nafasnya, dia hanya diam dan fokus menyusui anaknya. Setelah cukup lama dia tak memberiku jawaban, dia pun menyudahi dan menidurkan anak terakhirnya di dalam box mereka. Kemudian, dia kembali duduk bersandar.

"Ya sudah, cepat tiduran di pangkuanku" ucapnya.

Aku tak percaya, akhirnya aku dapat giliran! Cepat-cepat ku lepaskan sepatu dan mencampakkan jasku ke atas kasur dengan sembarang. Aku pun m menidurkan kepalaku ke atas paha Hansuke. Terkejut sedikit saat Hansuke mengangkat kepalaku seperti yang dia lakukan kepada 3 anaknya saat hendak diberi susu. Kemudian, dia mengangkat sweater biru mudanya, dan di sanalah aku bisa melihat dua gundukan merah muda yang sedikit berisi dan penuh dengan air liur. Aku yakin, isinya cukup banyak untukku.

"Ingat, jangan pakai gigimu!" Lihat itu, wajahnya yang memerah karena malu. Padahal dia tak pernah seperti itu saat anak-anaknya yang meminum susunya.

"Jadi bagaimana aku melakukannya?" Tanyaku yang siap sedia.

"K-kau seperti tidak pernah menghisap putingku saja!"

Oh, jadi benar-benar seperti biasanya? Aku pun mengangguk sambil tersenyum, kemudian Hansuke sedikit menunduk, dan begitu saja lidahku menyentuh puting bengkak Hansuke.

"Ahh~ Kenapa denganmu rasanya sangat aneh, Aki?"

Awalnya aku tidak merasakan apa-apa, tapi dengan sendirian mataku tertutup seperti bayi-bayi itu ketika mulai menghisap payudara milik Hansuke.

Keluar, sesuatu keluar dari putingnya! Susu itu terasa hangat, namun memang hambar meski ada sedikit kesan manis jika di cermati dengan baik-baik. Jadi begini rasa susumu, Hans? Kenapa kau tak pernah memberitauku?

Namun, ujung-ujungnya bukan asi itu yang membuatku lebih tenang dan ingin berlama-lama menghisap payudaranya. Tetapi, sensasi empuk dan lembut itulah yang menjadi dominan.

"Ahh~ Aki- Mhhh~ Bisakah kau tidak memainkan lidahmu!"

Aku terkekeh, "Rasanya menyenangkan..."

"J-jangan bicara dengan mulut penuh! Lihat, susunya tumpah semua!" Hansuke mengusap pipiku yang basah karena aku bicara hingga susu yabg tadinya di dalam mulutku harus sedikit keluar.

Ahh, aku suka sekali ini. Andai saja, aku bukan seorang pria dewasa, aku bisa menikmati ini sepuas yang aku mau. Sedikit lagi, tolong, sedikit lama lagi, aku ingin terus menghisap puting Hansuke.

"Ekhem! Bijaklah kita untuk menutup pintu dan sebagai orang dewasa untuk tidak merampas sesuatu yang bukan milik kita!"

Mendengar itu, aku pun membuka mata, ku lihat ke arah pintu sambil masih menghisap payudara Hansuke. Di sana, Di pintu yang lupa ku tutup itu, Oda yang berdiri dan tidak melihat kearah kami hanya menutup pintu dengan pelan.

"A-aki! Sudahlah!"

PWOP!

Hansuke mencabut payudara dari mulutku hingga membuat bunyi aneh yang menggelikkan, "Alah! Kenapa hanya sebentar??" Rengekku, aneh juga kenapa aku tiba-tiba bertingkah kekanak-kanakan?

"Kau bahkan tak menutup pintu! Kau membuatku malu Aki!" Hansuke menurunkan sweaternya.

Aku pula bangun dan melihat wajahnya yang marah malu-malu, "Kan sekarang sudah tertutup? Jadi, ayolah, sekali lagi, ya?"

"T-tidak! Apakah kau tak mendengar perkataan Tomomako tadi?! Ini bukan milikmu, Aki! Ini milik Hazuki, Hyouka dan Hinata!"

Hansuke pun bangun dan beranjak dari kasur, dia keluar kamar mungkin untuk mengambil udara segar. Aku hanya bisa menghela nafas, dan berjalan ke arah keranjang bayi.

Ku lihat ketiga anak bayi itu yang tertidur dengan pulas, "Susu itu punya kalian, katanya? Hey, ibu kalian itu juga punya ku!"

Kenapa aku jadi bertengkar dengan 3 bayi yang tertidur? Ah sial, padahal lagi enak-enaknya!

Oda sialan!!!












THE END
support.

Habromania (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang