JENNETHLE 38

230 19 1
                                    

cklek

Dengan jantung yang berdetak kencang. Niko memasuki kamar jennica, menghampiri gadis itu yang tengah menjambak rambutnya sendiri.

Niko merasa haus, jadi memutuskan untuk kedapur dan mengambil air. Tetapi disaat ia melalui kamar adik perempuannya, ia mendengar raungan keras yang berasal dari pintu bercat hitam kemerah merahan tersebut.

Membuka pintu itu dengan perasaan yang campur aduk serta dilanda kepanikan yang melanda hati nya.

"Jenn? Kamu kenapa hey!" Niko merengkuh tubuh mungil gadis itu. Jennica yang mendapatkan pelukan refleks membalas pelukan hangat itu dengan tak kalah erat.

Pelukan ini sangat ia butuhkan sekarang. Tangisnya belum mereda, ia meremat kaos yang dipakai oleh Niko. Tangan lelaki itu juga tak tinggal diam, ia mengelus surai milik gadis tersebut dengan penuh kasih sayang.

Hiks

Hiks

"Kenapa hm?" Lontaran pertanyaan lelaki itu menghampiri telinga jennica.

"Hng...nini sedih abang hik" ia menjawab dengan sesegukan kecil.

Niko melerai pelukan mereka. Niko menatap wajah adiknya lamat, lalu menghapus air mata yang bersisa di pipi bulat gadis itu. "Nini nangis kenapa?" Pertanyaan kembali terdengar, membuat jennica kesal. Ia mengernyit tak suka kepada abang nya itu.

"Ish! Nini kan udah bilang kalo nini lagi sedih. Jadi gausah abang tanyain lagi! Nini jadi pusing tau bang"

Niko terkekeh mendengar nya. Lelaki itu menganguk dengan mulutnya yang terapit seperti tengah menahan tawa.

"Iya iya~ abang ga tanya kamu lagi. Tapi jangan sungkan kalo mau cerita sama abang!" Niko berucap dengan gemas. Ia berusaha menyamai keaadaan, gadis yang berada di pangkuannya ini terlihat sangat menggemaskan. jadi ia harus menyesuaikan bukan? Jika berbicara pada bayi kesayangan nya ini.

Jennica kembali memeluk Niko. "Abang jangan pernah tinggalin nini ya?" Ia berucap pelan dengan kepalanya yang mendongak.

Mimpi Sagara yang meninggal masih menghantuinya. Ia tau, Mimpi hanyalah sebuah bunga tidur, tetapi mengapa terasa sangat nyata baginya.

"Emangnya abang mau kemana?" Tanya Niko lagi membuat jennica melengkungkan bibirnya kebawah.

"Engga tau! Abang bacot banget, tau adek nya lagi sedih...Sagara sih! Ngapain harus mati di mimpi nini" ucap jennica dengan mengembungkan pipinya kesal.

"Cuma mimpi ni ya Allah. Pake nangis segala, lagian kalo Sagara mati ya gapapa. Masih ada abang yang bisa jadi pacar kamu"

"Abang gila! Ck hush hush, nini gajadi sedih. Malah makin pusing dengerin omongan abang yang ga jelas!" Usir jennica. Ia melepaskan pelukannya pada Niko. Seketika lelaki didepannya ini tertawa merdu, jennica tertegun. Keadaan kamar nya yang gelap hanya di sinari sinar bulan yang langsung mengarah pada mereka berdua. Membuat Niko berkali Kali lipat lebih tampan.

Merasa rematan pada pinggang nya, membuat jennica tersadar dari lamunanya.

"E--eh abang kenapa sih?!" Sontak jennica terkaget. Posisi mereka sekarang bisa dikatakan errrr. Dengan posisi jennica yang berada di pangkuan Niko dengan kakinya yang melilit tubuh lelaki itu. Juga jennica baru menyadari jika mereka terlalu dekat.

Ia tersentak disaat Niko mengendus leher nya. Lelaki itu menaruh kepalanya pada ceruk leher jennica, hembusan napas Niko terasa menggelitiki area lehernya.

Sadar, jennica mendorong Niko hingga membuat jarak diantara mereka. Jennica bisa melihat, senyum miring tercetak jelas di bibir lelaki itu. Jennica merinding di buatnya, apalagi terpaan dinginnya suhu AC begitu menyengat kulit polosnya.

PINDAH ALAM?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang