45. Date

4 1 0
                                    

     Asya mencari sesuatu di dalam tasnya tetapi barang yang di carinya tidak ada di dalam tas itu. Ia mencari buku Mapel Fisikanya dan terhenti sejenak mencoba untuk mengingat-ingat dimana ia meletakkan buku itu. Beberapa saat kemudian, matanya terbelalak ketika teringat bahwa Mapel Fisikanya tertinggal di kolom meja.

"Aah, kenapa bisa bukunya tertinggal sih? Jadi balik kan huh," gerutu Asya membalikkan badan menuju ke tempat parkiran sekolah.

  Untungnya ia belum jauh berjalan dari area sekolah jadi bisa berputar arah untuk mengambilnya. Walau begitu rasa malas menyerang Asya karena harus berjalan ke sekolah dan menuju ke kelas yang lumayan jaraknya. Asya mempercepat langkah kakinya dan melihat sekolah yang sudah sepi dari samping ketika ia ingin mencoba menuju gerbang. Gadis itu segera bersembunyi di balik dinding pagar, matanya terbelalak melihat Atma dan Aksara.

"Apa aku gak salah lihat?" tanya Asya pada diri sendiri. Memberanikan diri mengintip dari balik dinding berusaha untuk tidak menunjukkan diri.

Matanya menyipit melihat Aksara yang membonceng Atma. Dalam pikirannya, mengapa Aksara membonceng Atma? Serta mereka mau pergi kemana? Seperti itulah kira-kira pikiran Asya. Arah pandangnya melihat Aksara mulai melajukan sepeda motornya dan segera Asya menempel tubuhnya di dinding seperti cicak. Setelah sepeda motor Aksara pergi menjauh dan mereka berdua tidak menyadari jika sorotan mata Asya, mengintai gerakan mereka. Suara helaan nafas Asya terdengar.

"Ah, syukurlah." katanya memegang dada.

"Ekhm, mengintai seseorang ya?" ucap seseorang membuat Asya menoleh ke sumber suara, terkejut.

"Fian!" pekik Asya sedikit menjauh dari pemuda yang kini tersenyum padanya. Pipi Asya sedikit merona dan segera membuang muka.

"Mengapa kamu ada disini?!" ucap keduanya kompak membuat tatapan mereka sama-sama terkejut. Di rasa, mereka berdua tidak sengaja memiliki pertanyaan yang sama.

"Kamu duluan!" ucap mereka berbarengan lagi membuat Fian Xian Lu menepuk jidatnya.

"Astaga," ucapnya seraya menurunkan tangan dari jidatnya menatap Asya penuh tanda tanya. Sebelum bicara, ia berdehem,"ekhm, kamu ngapain balik ke sini, Asya? Bukannya tadi kamu udah pulang ya?" tanyanya.

Asya menatap Fian sejenak dan mengalihkan pandang ke arah lain. Ia tidak berani berkontak mata dengan Fian Xian Lu sebab sekali menatapnya. Jantung Asya berdebat-debar tidak karuan.

"Aku mau mengambil buku fisika ku. Buku itu tertinggal di bangku jadi aku berencana mengambilnya." jawab Asya lalu mencoba curi pandang ke Fian Xian Lu, berkata,"sedangkan kamu? Ngapain masih ada disini?"

  Fian Xian Lu tersenyum dan berkata kalau ia masih ada urusan di sini. Meski itu tidak penting lalu Fian Xian Lu menawarkan untuk mengantarkan Asya masuk ke sekolah untuk mengambil buku Fisika. Tentu saja, Asya terkejut mendengar tawaran dari pemuda yang ia sukai. Asya sama sekali tidak bisa menahan diri untuk tidak salah tingkah di depannya atau merona di depannya. Bisa dikatakan, ia benar-benar payah.

"Oh tentu, terima kasih." katanya senyum malu.

  Beberapa saat kemudian, setelah berhasil mengambil buku fisika. Asya berterima kasih pada Fian Xian Lu telah menemani mengambilnya. Fian Xian Lu mengangguk mengiyakan lalu Asya melemparkan pertanyaan mengenai Aksara dan Asya. Sebab Asya tiba-tiba khawatir jika nanti Dewa tahu, kalau Aksara membonceng Atma dan pergi entah kemana. Seingat Asya, Atma tadi di jemput oleh mobil hitam yang tak lain adalah Kakak Atma.

  Fian Xian Lu mengangkat kedua bahunya, tidak tahu. "Aku sendiri tidak tau. Mungkin Aksara mengajak Atma ke suatu tempat. Positif thinking aja. Memangnya kenapa?" kata Fian Xian Lu yang menatap wajah Asya ada rasa khawatir.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang