06. Berita Terkini

8 3 6
                                    

  Langit nuansa biru cerah kini teralihkan dengan warna oranye kemerahan, senja. Dimana orang-orang pencinta langit menunggu sore tiba untuk menatap langit yang sebentar lagi akan menjadi gelap dan malam pun tiba. Rambut bergelombang panjang ini ku sisir dari atas sampai ujung rambut.

  Melihat rambut yang sudah mulai memanjang. Biar terlihat rapih serta tidak kusam setelah bersih-bersih badan. Rambutku segera ku kuncir kuda agar lebih ringkas, tidak lupa poni yang sudah memanjang selipkan ke belakang telinga. Setelah selesai, aku segera keluar kamar dan menuju ke ruangan televisi.

   Menikmati piknik tadi sangatlah menyenangkan sekaligus menegangkan. Bagaimana tidak? Ingin bersenang-senang malah bertemu dengan sekelompok perampok. Untungnya saat itu ada aku dan Mas Taiga. Coba kalau kami berdua tidak ada di sana pasti kelima perampok itu berhasil merampok super market itu dan membuat pembeli disana celaka.

    Pemuda berambut pirang sedang duduk di depan televisi melihat berita terkini. Aku langsung mendaratkan pantat di sebelah Mas Taiga membuatnya menoleh ke arahku.

"Sudah bersih-bersihnya?" tanyanya.

"Sudah lah. Penampilan cantik gini masa dibilang belum bersih-bersih." jawabku agak sinis.

"Hahaha, gitu aja ngambek." kata Mas Taiga, ku balas lirik kan tajam.

"Habisnya pertanyaannya tidak berbobot sih! Kan sebal." kataku sebal dan respon Mas Taiga malah tertawa terbahak-bahak.

"Iya, iya." kata Mas Taiga mengakhiri topik yang tidak berbobot ini.

Pandangan kami berdua tertuju ke arah layar televisi disana ada reporter tengah melaporkan berita dari tempat kejadian. Selama menonton acara berita di televisi salah satu kabarnya adalah kejadian dimana aku dan Mas Taiga beraksi. Tentu saja, aku tersenyum lebar mendengar berita menyenangkan ini.

  Hero sudah datang menyelamatkan dunia dari kejahatan walau perampok itu, kelas kakap. Mungkin kalau aku bersama dengan Mas Fajar tadi. Mas Fajar bakal menodongkan pistol ke arah lima perampok itu dan menunjukkan kartu namanya sebagai polisi. Aku sedikit membayangkan kalau Mas Fajar menunjukan kartu namanya kalau ia seorang polisi pada kelima perampok itu. Tanpa sadar, aku tertawa kecil membayangkan Mas Fajar melakukan hal itu membuat Mas Taiga yang ada di sebelahku terheran-terheran sendiri.

"Kenapa kau tertawa sendiri? Apa yang lucu?" tanyanya mengerutkan kening, heran.

Menggelengkan kepala. "Tidak, bukan apa-apa." jawabku tersenyum ke Mas Taiga lalu kembali melihat acara berita.

Ternyata imajinasiku lebih menonjol hal yang konyol daripada hal yang keren bak film Action sesungguhnya, batinku.

  Kemudian, reporter di berita itu melaporkan sebuah kabar yang mengejutkan membuatku dan Mas Taiga terbelalak serta saling beradu tatap, mendengarnya. Di sana tertulis bahwa ada satu wanita tewas mengenaskan di dalam rumahnya. Katanya setiap malam, wanita itu menjerit bahkan menangis sambil menyanyat tangannya sendiri. Seketika dalam pikiranku teringat permintaan tolong Asya.

"OMG!" pekik ku tersadar.

"Ada apa, Atma?" tanya Mas Taiga. Aku segera menggeleng kan kepala kuat.

"Ah tidak apa-apa, aku teringat sesuatu. Ada barangku yang belum aku keluarkan dari dalam tas." kataku cepat dan segera beranjak dari sofa. Langkah kakiku berjalan cepat menuju ke kamar atas.

   Mas Taiga hanya bisa melongo melihat kepergian ku. Suara derap kaki terdengar jelas dan pintu kamar segera ku buka lalu ku tutup kembali. Arah pandang ku melihat seluruh ruangan mencari benda pipih dan ketemu. Tangan ini menyahut benda pipih tersebut dan segera mencari nama Asya di dalam kontrakku. Kedua jari jempol mengetik diatas keyboard ponsel. Bertanya mengenai masalah tetangganya karena berita barusan, aku jadi ingat masalah itu.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang