40. Game Over

3 1 0
                                    

  Setelah angin kencang tersebut berhenti. Semuanya menghela nafas lega. Fian menatap serius Bima dan bilang untuk mengakhiri permainan ini. Namun, Bima malah tertawa jahat menganggapi ucapan Fian. Aku menatap Bima tatapan tajam, ia sama sekali tidak pernah mendengar ucapan yang terlontar dari Fian.

"Yang dikatakan Fian memang benar. Kau harus mengakhiri permainan ini jika tidak kau akan mendapatkan masalah besar, Bima." kataku serius.

  Bima berhenti tertawa melihat ku penuh kesombongan dan meremehkan. Ia berkata kalau kami payah dalam permainan ini, Jesse yang mendengar itu tidak terima dan ingin sekali menghajar Bima dengan kepalan tangan api dengan sigap Haku, menghalangi Jesse dan menggeleng. Mata iris ungu Haku menatap lekat ke Bima.

"Jika itu maumu kemenangan. Kau menang Bima." katanya.

   Fian turun dan menurunkan Asya. Gadis itu berterima kasih pada Fian, pipinya merah merona. Lalu semua mata tertuju pada Bima. Aksara tersenyum berkata,"tidak seru kalau kalian bilang menyerah gitu aja."

"Yang dikatakan Aksara memang benar. Kalau kalian mengatakan kalimat menyerah, membosankan sekali yang artinya kalian benar-benar payah dalam permainan ku." katanya meledek.

"Kami sudah menjalankan permainan konyol mu ini dan sekarang kami menyerah. Apa kau tidak mau menerima kemenangan dengan mudah?" kataku dibalas gelengan Bima.

"Aku gak mau menerima kemenangan dengan mudah seperti ini. Membosankan." katanya menghela nafas kasar lalu menoleh ke arah Rudy yang masih dalam hipnotis.

"Mulai Rudy! Buatlah semua orang tertidur!" titah Bima tertawa jahat.

  Kami semua yang mendengar itu tercengang mendengarnya. Lalu tiba-tiba kami mendengar suara yang khas, suara tawa anak gadis kecil dan merasakan air semilir membuat beberapa helaian rambut kami bergoyang.

"Tidak semudah itu!" ucapnya terkekeh. Angin semakin kuat dan semua mata tertuju ke atas melihat Winda bersama dengan murid lainnya.

  Bima membelalakkan mata melihat murid 2-E yang lain sudah bebas dan tidak terpengaruh "hipnotis". Bima terlihat sangat kesal penuh amarah, bagaimana ini bisa terjadi dan itu membuat Winda tersenyum ke arah pemuda itu. Senyuman smirk Winda terlihat jelas dan mengatakan bahwa hukuman untuk Bima semakin dekat.

   Bola mata Bima terbelalak mendengarnya dan menyuruh Aksara untuk melawan gadis kecil itu. Yuli tersenyum sumringah mengatakan bahwa Bima sudah kalah telak dalam permainan ini. Bima tercengang dan kebingungan. Ia tidak terima, tetap menintah Aksara untuk melawan gadis kecil merusak permainan di akhir.

"AKSARA! APA KAU TIDAK MENDENGARKAN PERINTAHKU!" teriak Bima di hadapan Aksara.

Mata Aksara yang masih berwarna merah menyunggingkan senyuman smirk ke arah Bima, memperlihatkan gigi taring putih yang memanjang. Membuat sosok Aksara berubah menjadi menyeramkan saat mode vampirnya muncul. Aku yang melihat itu merinding. Pergelangan tanganku di genggam erat oleh Dewa, meremas sedikit pergelangan tanganku.

"AKSARA!" teriaknya lagi penuh penegasan.

"Apa kau tuli! Serang gadis perusak permainan ini! Dia telah membebaskan  budak-budak ku dengan mudah. Jika seperti ini, Hero yang tak berguna akan menjadi menang. Kau tahu, aku menginginkan Villaint yang menang!" lanjutnya panjang lebar.

  Dewa angkat bicara,"apa kau melupakan sesuatu?" ucapnya tersenyum miring.

"Melupakan apa!?"

"Karakter paling kuat dan paling pintar. Dia begitu santai dan sangat to the point. Orang yang bersembunyi di balik selimut penuh dan  dengan pilihan sulit. Hero dan Villaint bukan apa-apa tanpa Anti Hero, Bima." ucap Dewa tersenyum.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang