07. Tusukkan

7 3 5
                                    

  Posisiku masih berada di pelukan Aksara. Aku benar-benar tidak menyukai hal ini bisa-bisanya disaat waktu genting. Ia muncul di hadapanku dan juga memelukku erat seperti ini. Angin malam terasa begitu dingin. Aksara menggendong ku dan menurunkan ku dari atas pohon. Tanganku segera mendorongnya agar ada jarak diantara kami berdua.

   Sorotan mataku menatap tajam Aksara, sorotan mata kebencian atas tindakannya yang lancang. Pikiranku terus menerus mencari cara untuk mengusir Aksara dari kehidupan ku. Namun, pemuda berkekuatan vampir ini tidak akan pernah bisa melepaskan ku dengan tangan kosong. Judy mengatakan kalau Aksara terobsesi denganku dan juga memiliki maksud lain yaitu tergoda dengan sisi buruk ku yang ada di dalam tubuhku.

Kekuatan kegelapan yang berbahaya.

"Kenapa kau datang kesini? Jangan-jangan kau ingin mengambil darah di batu itu kan?" ucapku menudingnya bahwa semua ini ulah Aksara.

Aksara menyunggingkan senyuman miring menunjukkan gigi taringnya. Lalu ia tertawa terbahak-bahak mendengar tudingan ku barusan. Menghela nafas panjang, menyipitkan sebelah mata mengatakan kalau untuk apa ia melakukan hal itu.

"Aku vampir. Mana mungkin aku melakukan hal bodoh seperti itu. Jika aku melakukannya maka," ucapnya langsung memelukku lagi dengan kecepatan kilat menuju ke arahku,"aku langsung menangkap mangsaku begitu cepat dan menghisap darahnya." bisik-nya membuatku terdiam membeku.

  Aku berusaha mendorong Aksara sekali lagi dan pemuda itu tertawa terbahak-bahak membuat diri ini bergidik ngeri. Ia gila—pikirku.

"Jika kau tidak ada tugas selain ini, Aksara. Lebih baik kau pergi dari sini! Dan jangan coba-coba menghalangiku serta mendekatiku!" tegas ku pada Aksara.

Mata merah Aksara menyala, menatapku penuh hasrat. Insting ku berkata bahwa ia akan menyerangku. Manusia vampir tersebut bergerak bak kilat jadi aku tidak bisa melihat bacaan gerakkannya sama sekali. Ini membuatku sulit untuk menyerangnya balik. Aksara muncul dari belakangku dan aku bisa merasakannya sehingga aku bisa menghindar. Seorang vampir menyerang mangsanya dengan gigitan.

  Ya, lebih tepatnya seorang vampir menyerang secara fisik jadi aku tetap berhati-hati dan jangan sampai Aksara menghisap darahku. Ucapan Judy ku rasa memang benar bahwa ada dua kemungkinan Aksara mengejar ku. Ia juga, tidak sebegitu suka kalau aku bersama Dewa. Raut wajah waktu itu bisa terlihat jelas begitu juga dengan Dewa.

   Aku rasa, mereka berdua sudah mengenal satu sama lain. Menurutku mereka sudah saling kenal ketika masih menjadi manusia uji coba Black Hawk dan mereka berdua masih bertahan, tidak masuk ke dalam "Kaburnya Sebagian Besar Manusia Uji Coba". Aku pun selama datang ke markas besar Black Hawk tidak pernah melihat Aksara berada disana.

Apa mungkin ia sengaja tidak terlibat kejadian besar itu? Atau mungkin masuk golongan Uji Coba yang kabur dari Black Hawk?—batinku.

  Aksara berusaha menyerangku sekuat tenaga tetapi aku selalu menghindarinya. Sebab aku harus melakukan hal penting daripada meladeni Aksara. Pukulan berhasil mendarat ke perut Aksara membuat ia terpental menatap pohon di belakangnya.

Bugh!

"Sampai disini saja pertarungan ini. Maaf, aku tidak bisa meladeni mu lebih dari ini. Aku harus pergi!" ucapku datar melihat Aksara masih kuat berdiri dari pukulan maut ku barusan.

Aksara benar-benar kuat, batinku.

"Your strong woman! Pantas saja, aku menyukaimu, Atma." ucapnya menatapku.

Aku merasa kalimatnya barusan sangat menggelikan untuk diucapkan. Dan tentu saja itu membuatku ilfeel mendengarnya. Ia benar-benar vampir gila.

"Tak apa-apa. Aku akan kembali di lain waktu. Berharap, kau akan menjadi milikku secepatnya." katanya. Kemudian pergi dari hadapanku.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang