31. Dua Kalimat Teka-Teki

5 3 0
                                    

   Pemuda itu terus menjelaskan bagaimana strategi dalam permainan. Aku berusaha mencerna beberapa kalimatnya dan pikiranku juga bermain, membayangkan jika aku bertemu dengan musuh nanti. Haku menatap ke depan, sebelah matanya berubah menjadi hitam dengan garis kuning. Radar, kekuatan radar yang bisa mengecek dari kejauhan, kekuatan yang bisa dibilang kuat. Ia menelan saliva-nya. Mematikan kekuatan radarnya, menoleh melihatku yang sedari tadi hanya diam memerhatikannya.

"Di kota mati ini, ada zombie." katanya membuatku terkejut.

"A-apa! Zombie?" kataku sedikit terkejut.

"Aku rasa permainan ini menggunakan level. Kita harus mencari pahlawan lainnya." kata Haku yang masih belum bisa ku pahami. Maksud level dalam permainan.

   Aku mengikuti pemuda berambut abu-abu tersebut. Berkata kalau di dalam gedung-gedung ini atau sekitar wilayah ini terdapat petunjuk. Mas Bima membangun bangunan kota mati menggunakan kekuatan milik Judy. Tentu saja, aku terkejut mendengarnya. Ketika Haku menggunakan kekuatan radar miliknya, sebagian teman kami—kekuatanya di manfaatkan oleh Mas Bima. Aku penasaran, kekuatan milik Mas Bima itu kekuatan apa?

"Mas Bima, keberadaannya tidak bisa ku lacak di sini?" kata Haku seolah tau, apa yang ada di dalam pikiranku.

"Bagaimana bisa itu terjadi? Kenapa keberadaannya Mas Bima tidak bisa di lacak? Apa dia kabur dalam permainannya sendiri?!" ucapku tidak terima menata ke depan, kesal.

  Haku terdiam sejenak, berkata,"sepertinya ia memiliki rencana yang matang buat mencelakai murid 2-E atau...mencoba cari tahu, keahlian kekuatan murid 2-E sehebat apakah kita!"

"Kenapa kamu berpikir begitu?" tanya ku penuh rasa penasaran. Melirik sisi samping wajah Haku yang manis.

  Haku memandang langit malam yang hanya ada cahaya dari bulan purnama, tidak ada tanda-tanda bintang di atas sana. Angin semilir datang, membuat beberapa helaian rambut kami menari sesuai arah mata angin. Kami berdua, dalam posisi rasa hening hanya ada suara angin malam yang mungkin mengusir rasa keheningan sedikit. Haku menoleh ke arahku, tatapan datar yang khas.

"Karena dia tipe orang yang membenci kekalahan. Maka dari itu, yang di ambil olehnya adalah kekuatan yang dahsyat." ucapnya begitu santai.

Aku terdiam sejenak, menatap lekat Haku. Langkah kaki kami masih berjalan menelusuri kota mati ini. Cahaya cahaya dari lentera di sini untuk penerangan jalan. Mendengar ucapan Haku barusan itu membuat ku terheran-heran sebab jika Mas Bima membenci kekalahan, mengapa yang menjadi Pahlawan adalah Haku. Pemuda yang di anugrahi kekuatan 1001—kekuatan paling hebat dari kekuatan kepalan tinju kuat diriku. Seharusnya Haku di taruh posisi Musuh, mengapa Haku berada di posisi Pahlawan? Apa Mas Bima tidak tahu kelebihan dari Irish Haku yang sebenarnya di balik kekuatan es serut.

"Mengapa alasan Mas Bima menaruh mu di Pahlawan? Bukannya kalau kamu menjadi Musuh, Mas Bima bakal mendapatkan keuntungan besar mencapai kemenangan." ucapku dibalas senyuman tipis dari Haku.

  Ia menghentikan langkahnya. Berpikir sejenak. Ku rasa, Haku memiliki banyak rahasia dengan kekuatannya. Kalau Dewa, ia adalah pribadi yang misterius dan juga tertutup apalagi kekuatannya berada di kelas Dark Power sama halnya diriku yang memiliki kekuatan hitam dalam diriku. Untuk membangkitkan kekuatan itu dalam tubuhku harus mengundang banyak kekuatan negatif yang sangat kuat sehingga kekuatan gelap tersebut bisa muncul dan merasuk dalam jiwa seseorang.

  Kekuatan kegelapan itu sangatlah kuat dan juga berbahaya. Orang yang ingin mengalahkan kekuatan itu harus pandai dan juga licik untuk menjatuhkan lawan. Haku menghela nafas panjang, dahinya berkerut melihatku.

"Kamu tidak perlu tahu, Atma. Alasan mengapa aku di taruh sebagai Pahlawan. Kamu tahu, yang di taruh orang posisi Pahlawan adalah orang yang memiliki kekuatan lemah." kata Haku yang jelas aku tidak percaya, apa yang di ucapkan oleh Haku.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang