20. Dewa Burung Phoenix Penakluk Musuh

4 2 0
                                    

   Kami berempat melihat dari atas rumah warga. Bagiku ini seperti ninja yaitu berjalan diatas atap rumah ke atap rumah lainnya. Hanya tempat tinggi seperti ini lah untuk mencari keberadaan musuh. April mengeluarkan kertas dan juga pena membuatku melirik ke gadis itu.

"Kamu mau gambar apa? Pril?" tanyaku padanya.

"Aku mau menggambar burung pelacak dan gelang sebagai GPS," katanya menoleh ke arahku dengan tangan yang masih bergerak menggambar apa yang dimaksud olehnya,"nanti kita saling berpencar lagi. Aku dengan Niall dan kamu dengan Fian Xian Lu."

   Tidak lama kemudian, gambar yang dibuat April muncul dari kertas tersebut seekor burung elang. Di atas kepalanya terdapat antena untuk mengirim sinyal ke April dan aku. Gadis itu mengelus kepala elang lalu memberikan tugas untuk melacak musuh. Kemudian, elang tersebut mengepakkan sayapnya lebar-lebar dan terbang bebas di kegelapan malam.

  Gelang dipergelangan tangan ku dan juga April berkedip-kedip tanda saling terhubung, satu sama lainnya. Ini seperti alat komunikasi bagai teknologi arloji. Ya, gelang yang kami berdua pakai ini sama seperti benda tersebut hanya saja ini jenisnya gelang. Aku dan April saling beradu tatap mengirim kode mata. Kemudian, kami memutuskan untuk berpencar lagi mencari keberadaan orang misterius tersebut.

   Aku dan Fian Xian Lu berlari menelusuri jalanan kampung mencari keberadaan musuh sekaligus ketiga pemuda yang masih berpencar. Menurut instingku mereka bertiga sudah menemukan musuh yang selama ini kita incar. Suara derap kaki terdengar khas di tempat sunyi, kami tidak henti-hentinya melihat sekeliling mencari sosok itu. Lalu, kami melihat rumah yang dipenuhi oleh kepolisian serta garis polisi.

Rumah yang aku dan Mas Fajar datangi. Rumah Aulia. Fian Xian Lu sempat bertanya padaku apa yang terjadi di sana dan aku mengatakan kalau itu ada masalah rumah tangga. Entah, alasan yang sama sekali tidak sepenuhnya yakin tetapi Fian Xian Lu mengangguk mengiyakan ucapanku.

Ternyata ia percaya bicaraku padahal aku bilangnya dalam keadaan ragu, tidak yakin—batinku bersyukur.

  Gelang yang ku kenakan muncul suara pertarungan di sana. Ini membuat langkahku dan Fian Xian Lu, terhenti. Mendengar seksama dari gelang tersebut. Apa benar itu suara pertarungan sengit antara ketiga pemuda dan orang misterius tersebut.

"Pasti jarak kita dengan mereka sudah dekat." ucap Fian Xian Lu melihat gelang ku.

Mataku melihat Fian Xian Lu yang tertuju ke arah gelang. Kemudian, tersadar oleh tatapan ku. "Ku rasa begitu. Kita harus menangkap wanita yang membuat orang-orang tidak bersalah masuk ke dalam penjara khusus." kataku dibalas anggukkan mantap Fian Xian Lu.

Sebelum menyusul dalam pertarungan sengit yang terkirim dari elang milik April. Aku mengeluarkan ponsel mencoba menghubungi Mas Fajar bahwa kalau aku membutuhkan  bantuan setelah menangkap wanita biadab tersebut. Terdengar Mas Fajar begitu antusias, namun, ia berusaha bersikap profesional sebagai seorang polisi yang tegas. Sebab misi dalam kepolisan Mas Fajar, tanggung jawabnya besar dan Pak Santoso yakin kalau Mas Fajar bisa melakukannya dengan baik.

"Baik, Mas Fajar." kataku menutup ponsel. Lalu pergi ke tempat tujuan.

    Langkah kaki kami berdua melangkah begitu cepat bagai atlet lari. Namun, pinggang ku rada sakit sebab kurang minum air putih. Ini sudah tidak ada waktunya buat mampir ke super market terdekat hanya membeli satu botol air mineral.
Setelah sampai ke tujuan dan dugaanku benar adanya bahwa Haku, Dewa dan Jesse sudah melawan orang misterius tersebut.

    Ketiganya sudah mendapatkan luka lebam terutama di wajah. Mimik wajah Fian Xian Lu seketika berubah drastis setelah melihat beberapa teman-temannya terluka. Kalau bagiku, itu sudah wajar dalam hal pertengkaran atau perkelahian seperti ini yang pasti bakal mendapatkan luka karena pukulan dan juga kekuatan yang berjumlah sedikit besar.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang