59. Nightmare

9 1 0
                                    

   Suasana di sekitar sini sangatlah gelap. Aku terbangun dengan pikiran bertanya-tanya melihat sekeliling yang dominan gelap, tidak ada apapun. Bagaimana bisa aku sampai sini dan sebenarnya aku ada di mana? Semua pikiran dengan beraneka ragam pertanyaan muncul di dalam benakku.

"Bukannya aku tadi di dalam kamar ya? Kok bisa ke sini?" gumamku mencoba untuk bangun.

Saat aku berdiri, aku ragu untuk melangkah maju. Pikiran negatif tiba-tiba muncul di dalam kepalaku dan berusaha untuk mengusir pikiran negatif. Kepalaku menggeleng dan berusaha memantapkan hatiku untuk melangkah maju. Kakiku melangkah ke depan membuatku menghela nafas lega karena tidak terjadi apapun jadi aku memutuskan terus melangkah dan mencari jalan keluar dari sini.

  Hening dan hanya ada suara derap kaki ku. Suara langkah ini menggema dalam seluruh ruangan gelap. Seiring perjalanan waktu langkah ku begitu cepat sampai akhirnya ujung kakiku ada yang menghalangi jadi keseimbangan tubuhku berkurang membuat terhuyung ke depan.

Kedebuk!

   Aku mengerang kesakitan karena tersandung sesuatu yang aku sendiri tidak tahu, benda apa yang sudah menghalangi ku? Mataku yang terpejam perlahan terbuka dengan terkejut. Bahwa aku berpindah tempat dari yang gelap gulita menjadi di dalam gedung besar nan tua. Melihat dari gaya bangunan yang kini aku pijak adalah dalam castle.

"Kok bisa aku datang ke sini?" tanyaku dengan tubuh berputar kebingungan mencari tau sebab akibat.

Bagaimana bisa aku sampai di sini?

Hanya pertanyaan itu saja yang ada di dalam pikiranku. Tempat ini juga bisa dibilang sangat lama. Begitu banyak dinding-dinding yang di tumbuhi oleh tumbuhan rayap. Walau begitu tidak menutupi kesan sedikit kemewahan dalam castle ini.

  Aku mencoba untuk berjalan dan berhenti menatap ada peti mati di dalam castle. Mulutku terangkat sedikit,"perasaan tadi tuh peti gak ada di sini deh?"

  Memang benar tadi tidak ada apapun yang ada di dalam castle ini, hanya tempat kosong dan bagaimana bisa ada peti mati di sana. Saat aku mendekat peti mati itu. Bulu kudukku berdiri sempurna, rasa takutku seketika menjalar masuk ke dalam tubuhku. Rasa merinding menyerang. Terlihat peti mati ini sudah lama banget dan terbuat dari tanah lihat sedangkan pintunya terbuat dari kayu jati.

"Apa aku harus membukanya? Apa mayatnya nanti gak bangun saat aku membukanya?"

"Serem banget kalau bangun pas aku buka nih peti!" monologku dengan tubuh masih bergetar karena takut.

  Sebelum membuka peti mati ini. Aku mengambil banyak nafas untuk merilekskan tubuhku biar tidak terlalu tegang tetapi rasanya kakiku tidak bisa berbohong. Kaki ini masih bergoyang ketakutan. Namun, aku berusaha untuk rileks dan tanganku sudah mendekat ke arah pintu itu.

Perlahan aku membukanya berharap kejadian buruk tidak terjadi padaku. Pintu pun terbuka lebar, mataku terpejam saat itu lalu membukanya sedikit, mengintip. Ternyata dalam peti tersebut hanya ada bunga-bunga mawar berserakan di dalam sana. Tidak ada apapun.

"Huh, syukurlah tidak ada apapun di sini." ucapku lega tersenyum lebar.

Sebuah tangan menepuk bahuku membuatku terpenjat kaget, mataku terbelalak dan keringat dingin keluar dari pelipis. Jantungku berdebar-debar tidak karuan. Menoleh ke belakang.

"Aksara!" pekikku terkejut tidak percaya.

  Mata Aksara merah dan tersenyum menunjukkan gigi taringnya. Aku melangkah mundur, berusaha menjauh darinya. Ia mengerutkan kening padaku.

"Kenapa kamu malah mundur Atma?" katanya masih tersenyum seringai menunjukkan gigi taringnya yang tajam.

"Aksara! Kau!" kataku tidak bisa mengatakan apapun. Merasa tersudut dengan situasi ini.

Penggila Cinta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang