Bab 3 : Mimpi dan Ekspektasi

2.7K 295 9
                                    

Malam sudah semakin larut tapi seseorang belum juga bisa tertidur, gadis itu terus berputar ke kanan dan ke kiri, dia mencoba melihat jam di dinding dan waktu sudah menunjukan pukul satu malam, seharusnya dia sudah tidur jam begini.

"Kenapa sulit sekali memejamkan mata?", keluh Becca, dia merasa kesal karena tidak bisa tidur, akhirnya gadis itu memutuskan keluar dari kamarnya.

Di mansion yang besar itu terdapat empat bagunan, satu bangunan utama dan tiganya lagi adalah bangunan pendamping yang di khususkan sebagai rumah tamu, ruang perpustakaan dan rumah ART di bagian belakan mansion yang semuanya terpisah dari bangunan utama tempat Tuan dan Nyonya berada, hanya Nona Nam saja yang ikut tinggal di bangunan utama bersama Tuan dan Nyonya.

Becca berjalan menuju ke rumah bunga yang ada di samping mansion, kata para ART rumah bunga itu di buat khusus untuk Nyonya dan Nyonya sendiri yang merawat bunga-bunga disitu. Becca kemudian masuk ke dalam rumah bunga, gadis itu kemudian duduk di salah satu tempat duduk yang ada di dalam rumah bunga tersebut.

"Hiks...hiks...hiks".

"__"

"Hiks...hiks..hiks"

Becca langsung merinding saat mendengar suara tangisan di dalam rumah bunga itu, "Ya Tuhan, kenapa hantu bisa tahu aku ada di dalam sini", ucapnya dengan ketakutan.

Suara tangisan itu kembali terdengar, dia merasa takut tapi juga penasaran, dengan segala keberanian yang ia miliki Becca akhirnya mencari suara itu yang ternyata berasal dari samping rak bunga yang tak jauh dari tempat duduknya. Gadis itu terus berjalan mendekati sumber suara, sampai dia melihat seorang wanita bergaun tidur warna putih tengah duduk di lantai dengan wajah tertumpu pada lututnya.

"He...hei kau hantu yah?", tanya Becca dengan gugup.

Wanita tersebut lalu mengangkat wajahnya dan melihat Becca, "Aaaaaaaaaaaa", teriak Becca saat melihat wajah wanita yang sudah basah dengan air mata itu, seketika semua menjadi gelap.

Skip...

Becca mulai sadar dari pingsannya, gadis itu mencoba melihat sekelilingnya, "kenapa banyak bunga disini?", tanyanya.

"kau sudah sadar?",

"__"

"Hei...",

Becca menatap ke sumber suara, "siapa kau?", tanyanya.

"mau ku pecat?", jawab wanita itu dengan dingin.

Mendengar kalimat PECAT seketika membuat Becca sadar dan bangun, "Nyonya?, apa yang Nyonya lakukan disini?", tanya Becca saat melihat ternyata Nyonya Sarocha lah yang berada di dekatnya sekarang.

Wanita itu menatap Becca dengan penuh tanya, "harusnya aku yang bertanya, kau sedang apa disini?", jawabnya Nyonya.

Becca belum menjawab pertanyaan Nyonya tapi dia sedang berusaha mengingat hal yang membuatnya pingsan, "Nyonya, ayo kita keluar dari tempat ini, disini ada hantu tadi dia menangis disini dan dia memakai pakaian persis seperti Nyonya sekarang", ucap Becca sambil menarik tangan Nyonya Sarocha.

"__"

"Nyonya, ayo kita pergi aku serius",

Nyonya tidak bergeming dari tempat duduknya, dia malah terus menatap heran pelayannya itu, "sudah puas mengatai diriku dengan hantu?", tanya Nyonya.

Becca merasa heran dengan pertanyaan majikannya itu, "apa maksud nyonya?"

"__"

Becca kemudian membulatkan matanya sambil menutup mulut dengan kedua tangan, "jadi wanita yang menangis itu bukan hantu tapi nyonya?", tanyanya lagi. Nyonya hanya melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Becca dengan tajam.

"Huaaaa...maafkan saya Nyonya, saya khilaf, saya salah, saya ketakutan, saya tidak tahu kalau itu Nyonya, tolong jangan pecat saya, saya baru tiga hari bekerja disini", ucap Becca sambil bersujud dan menangis di depan Nyonya.

Melihat sikap pelayannya itu membuat Nyonya Sarocha tersenyum, entahlah tapi pelayannya yang satu ini terlihat sangat lucu sekali, "bangunlah", jawabnya.

"__"

"hei..aku bilang bangun",

"Janji dulu, Nyonya tidak akan memecat saya",

Nyonya membuang nafasnya dengan kasar, "baiklah, kalau kau tidak bangun aku akan memecatmu", jawabnya.

Seketika Becca bangun dari sujud dan menatap Nyonya dengan mata dipenuhi air mata, "dasar cengeng", ejek Nyonya.

"Nyonya juga",

"__"

"suara tangisan nyonya bahkan lebih kuat",

"Berani bicara lagi, aku akan memecatmu",

"Iya...iya...kenapa suka sekali mengancam", ucap Becca dengan pelan.

"aku masih mendengarmu", jawab Nyonya.

Malam semakin larut tapi kedua wanita itu belum juga keluar dari rumah bunga tersebut, mereka malah asik mengobrol bahkan sesekali tertawa bersama layaknya dua orang yang telah saling mengenal lama.

"Kau punya mimpi Becca?", tanya Nyonya.

Gadis itu mengangguk, "Yah...aku bermimpi suatu hari aku bisa memiliki banyak hal agar aku bisa membahagiakan orang tua, pergi keliling dunia, membeli semua yang aku sukai, dikenal banyak orang dan melakukan banyak yang menantang", jawabnya, "apa Nyonya juga punya mimpi?", tanyanya kembali.

Nyonya tersenyum dengan sangat indah, membuat Becca terpaku dengan senyuman itu, "dulu aku punya mimpi, jika besar nanti aku ingin menjadi seorang model yang terkenal, tidak hanya di nasional tapi juga internasional, seiring berjalan waktu mimpi itu terwujud dengan sangat sempurna, tapi semakin lama aku semakin kehilangan diriku sendiri, aku tidak bisa menikmati hidup sesuai keinginanku, jika pun aku menjalaninya maka itu hanya sebagian kecil dari keinginanku saja", Nyonya mulai mengingat tentang dirinya yang dulu.

"Aku memiliki banyak penggemar dan mereka menginginkan banyak hal dari diriku, semakin tinggi harapan mereka semakin membuatku harus menjauh dari keinginanku sendiri, orang melihat aku bahagia tapi nyatanya tidak seperti itu, hingga aku menyadari mimpi itu tidak sesuai ekspektasi ku, aku bahkan takut jika keinginanku malah bertolak belakang dengan keinginan penggemarku, saat itulah aku tidak lagi iri pada orang yang kehidupan karirnya lebih baik dariku tapi justru aku lebih iri pada orang yang bisa menjalani hidup mereka dengan normal dan tanpa rasa khawatir dengan apa pun", tambah Nyonya.

"Becca, jika kau memiliki mimpi kejarlah itu selagi kau bisa, tapi tetap beri ruang untuk dirimu sendiri dan sayangi dirimu lebih banyak, hiduplah di atas kemauanmu dan bukan atas kemauan orang lain, jangan terlalu berekspektasi pada hari esok, intinya jika kau masih terbangun pagi ini maka jalani hari ini dengan sebaik mungkin seolah tidak ada lagi hari esok untukmu, kebahagiaan diri sendiri lebih utama", ucap Nyonya lagi.

Untuk pertama kalinya Nyonya Sarocha menasehati orang lain dengan menceritakan kisahnya secara langsung, menurutnya Becca adalah seseorang yang bagus di ajak bicara.

"Apa nyonya bahagia?",

"Kadang aku bahagia, kadang aku kecewa, kadang aku sedih, seperti tadi", jawabnya.

Entah keberanian dari mana atau mungkin karena terbawa suasana, Becca tiba-tiba menggenggam tangan Nyonya, "Kau akan selalu bahagia, percayalah langit tidak selamanya mendung, ada saat matahari akan bercahaya dengan indah di saat fajar dan senja", ucap Becca dengan lembut.

Nyonya merasa terharu, hatinya menghangat mendengar perkataan Becca sehingga membuat air mata kembali membasahi pipinya,

Melihat sang Nyonya menangis, gadis itu menghapus air mata Nyonya dan menarik wanita itu kedalam pelukannya, sebuah pelukan hangat penuh keperdulian yang tidak pernah di rasakan Nyonya sebelumnya dan tidak pernah pulan dilakukan Becca pada siapa pun selama ini, keduanya terus berpelukan dengan Becca yang terus membelai punggung sang Nyonya.

Mereka kemudian mengurai pelukan itu, Becca lalu membuka mantelnya dan dipakaikan pada Nyonya yang hanya memakai gaun tidur tipis, "ayo masuk ke dalam, disini sangat dingin", ucap Becca.

Keduanya lalu masuk ke dalam mansion, "Nyonya, saya akan kembali ke rumah ART", ucap Becca saat mereka berada di depan tangga.

Nyonya menatap gadis itu, "tidurlah di kamarku, aku tidak ingin tidur sendiri malam ini".

I Love You NyonyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang