Bab 31 : Rempong

1.4K 192 13
                                    


Pagi ini mansion mewah dengan pemandangan halaman yang begitu indah terlihat cukup kacau disana sini, terlihat beberapa tukang kebun sedang memangkas jejeran bunga bonsai membentuk bulatan bak permen lolipop. Di bagian kolam juga terdapat beberapa orang yang tengah membersihkan kolam, author melihat ikan mas dan keluarganya seperti sedang bertanya-tanya, mereka nampak kebingungan pagi ini. Di dalam mansion tidak jauh berbeda, beberapa ART sedang sibuk membersihkan perabotan, mengganti gorden dan menata bunga baru di vas bunga yang juga terlihat masih baru.

"Dimana Becca dan Sarocha?, apa mereka sudah pergi ke butik untuk fitting baju pengantin?", tanya Nya. Davika kepada Yha yang sedang membawa keranjang baju kotor di tangannya. Ah apa kalian tahu, sekarang Yha sdah kembali bekerja di Mansion itu.

Yha menghela nafas panjangnya, dia menatap Nya. Davika dengan lelah, "para gadis itu sejak tadi mengunci diri di kamar, entahlah mungkin mereka akan keluar setelah hari pernikahan nanti", jawab Yha.

Kening Nya. Davika mengkerut, wanita paru baya itu tahu maksud Yha, tepatnya terhitung dari hari ini pernikahan Becca dan Sarocha hanya tinggal empat hari lagi, tapi kedua wanita bucin itu seperti terlalu santai dan lebih suka mengurung diri di kamar mereka.

"Saya akan pastikan kedua gadis gila itu pergi ke butik hari ini juga", ucap Nya. Davika sambil berlalu menaiki tangga menuju kamar Sarocha.

Skip

Di jalanan yang lenggang, mobil sport ferari melaju dengan cukup lambat menyusuri jalanan yang entah itu ada dimana. Irin dengan kacamata gentle monster yang bertengker di hidungnya tampak mulai kesal karena sejak tadi dia dan Juan hanya berputar di jalanan yang entah Juan mengajaknya kemana, gadis dengan rambut blonde tersebut sesekali mendengus kesal dan melipat tangan di dadanya.

"Sebenarnya kita mau kemana?, aku rasa kita berada di jalanan sudah hampir 2 jam lebih", keluh Irin.

Juan masih tetap fokus ke jalanan, di dalam pikiran pria itu, dia masih menebak apakah jalan yang di telusuri saat ini sudah benar, sebenarnya Juan ingin bertemu kolega lama Daddynya, tapi pria itu seperti sudah lupa dengan alamat rumah kolega Daddynya itu.

"Apa kita mau ke kebun?, aku rasa kau ingin mengajak ku ke kebun, benarkan?", tanya Irin

"__"

"Apa kita mau ke villa milikmu?".

"__"

"Juan...?"

"__"

"Juan?", Irin menatap pria yang ada disampingnya itu dengan heran, Juan tampak diam saja dan tidak menggubrisnya sama sekali.

Plaaakkkk...

Sebuah tamparan mendarat di kepala Juan, cukup keras sampai membuat pria itu hampir kehilangan konsentrasi. Juan menatap wanita berkacamata di sampingnya dengan mata melotot.

"Apa kau sudah gila?, kalau mobil ini tertabrak bagaimana??, kesal Juan pada Irin.

"Aku pikir kau kerasukan, makanya aku memukulmu", jawab Irin polos.

Juan mengusap kepalanya yang terasa sakit itu, dia mencoba menetralisir pikirannya, saat ini dia dan Irin sudah dipastikan nyasar di jalanan yang entah di mana mereka saat ini.

Skip...

"Kau sudah siap?", Becca berjalan pelan menuju Sarocha yang sedang mematung di depan kaca besar di dalam kamar itu.

Sarocha masih tetap berdiri menatap kaca, dia tidak fokus pada pertanyaan Becca yang sejak tadi menatapnya. "Kau sudah siap?", tanya Becca lagi.

"Ha?, kenapa?", Sarocha nampak terkejut saat mendengar pertanyaan Becca yang sudah berdiri di sampingnya.

I Love You NyonyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang