Bab 27 : Patricia

2.1K 249 21
                                    

Setelah semua yang terjadi, akhirnya Juan mengajak Sarocha dan Becca kembali ke mansion milik mereka, jujur saja Sarocha sebenarnya sudah tidak ingin kembali ke sana tapi Juan lah yang memaksa, biar bagaimana pun Sarocha masih istri sah ayahnya walau pun di satu sisi Juan tahu kalau Sarocha dan Becca memiliki hubungan. Tak lupa pula Juan mengajak Nya. Davika ikut bersama mereka, wanita itu harus tinggal sementara waktu di Thailand untuk menghadiri proses hukum suaminya Mr. Apo.

Setibanya di mansion, Sarocha dan Becca langsung menuju ke kamar Sarocha, tidak ada lagi yang perlu mereka sembunyikan termasuk hubungan mereka.

"Mandilah dan kau bisa memakai baju yang ada di dalam lemari itu, aku akan meminta pelayan menyiapkan makanan untuk kita, kau pasti sangat lapar kan?", tanya Sarocha.

Becca tersenyum, dia bahkan menitihkan air matanya, Becca lalu mengambil tangan Sarocha dan mengecupnya dengan lembut, "terima kasih karena kau telah memilihku, aku tidak akan bisa sejauh ini jika kau tidak meyakinkan aku sayang", jawab Becca.

Sarocha mengusap lembut rambut Becca, "aku sangat mencintaimu dan itulah satu-satunya alasan kenapa aku bertahan dan memilihmu", ucapnya lagi.

Sarocha lalu mengambilkan handuk dan memilihkan pakaian untuk Becca, setelah itu dia keluar kamar untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk mereka.

Skip...

"Bisa kita bicara?", tanya Juan saat melihat Sarocha sedang menata makanan di meja makan.

Sarocha mengangguk dan mengikuti Juan yang masuk ke ruang kerja ayahnya. Juan dan Sarocha lalu duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Ada apa?".

"Ini untukmu".

Sarocha menatap sebuah map di atas meja yang di berikan oleh Juan, wanita itu lalu mengambil map tersebut dan melihat apa isi di dalam map itu.

"Apa ini Juan?", tanya Sarocha.

"itu surat gugatan cerai atas nama ayahku untukmu, beserta warisan yang berhak kau terima termasuk mansion ini, aku akan membawa daddy ke Paris dan aku harap kau bisa hidup bahagia dengan Becca disini" jawab Juan.

Sarocha merasa hatinya menghangat tapi pemberian Juan sangat banyak, "tapi apa ini tidak berlebihan?, aku rasa ini terlalu banyak untukku", tanya Sarocha.

"Tidak, itu bahkan terlalu sedikit jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan daddy padamu", jawab Juan.

Saat Sarocha dan Juan sedang bicara di ruang kerja, Becca sudah selesai membersihkan dirinya, akhirnya gadis itu terlihat sangat segar sekarang, dia juga baru saja menghubungi Irin dan mengundang sahabatnya itu datang ke mansion.

"Kau sangat wangi", tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Becca yang sedang berdiri di tangga. Becca lalu menatap ke belakang, Nya. Davika sedang berdiri disana sambil tersenyum padanya.

"__"

"Apa saya menganggetkan mu?".

"Ah tidak Nyonya, saya hanya sedikit terkejut".

Nya. Davika menatap Becca, "sepertinya makanannya belum siap, apa kau bisa menemani saya berkeliling mansion indah ini?", tanya Nya. Davika.

Becca sedikit terkejut dengan permintaan wanita itu, masalahnya dia bukanlah pemilik mansion tapi wanita itu sepertinya sangat ingin Becca menemaninya, akhirnya Becca mengajak Nya. Davika berkeliling mansion.

Becca dan Nya. Davika berjalan berkeliling mansion, hingga keduanya memutuskan duduk di bangku taman depan mansion, Becca sangat canggung duduk di dekat Nya. Davika.

"Kau mengingatkan aku dengan Patricia, dia pasti seumuran denganmu sekarang", ucap Nya. Davika tiba-tiba.

"Patricia?".

"Hemm...dia adalah putriku".

"__"

"Saat melihatmu, aku langsung teringat padanya".

"Dia pasti sangat cantik seperti anda Nyonya", jawab Becca.

Nya. Davika tersenyum menatap Becca, "Dia masih kecil saat terpisah dariku", ucap Nya. Davika.

"__"

"Patricia adalah putri semata wayangku dengan suami pertamaku, dia anak yang cantik, lincah dan cerdas, dia terpisah dariku saat kami berada di taman bermain, saya terlalu ceroboh meninggalkan dia di dalam mobil sendirian dan saat saya kembali dia tidak ada lagi disatu. Dia hilang saat berumur lima tahun dan sampai hari ini aku tidak pernah menemukannya, kehilangan Patricia membuat suamiku stres hingga membuat penyakit jantungnya kambuh dan dia meninggal dunia", ucap Nya. Davika, mata wanita itu mulai berkaca-kaca.

"__"

"Saya senang melihat Sarocha sangat mencintaimu, wanita itu begitu tulus padamu". ucap Nya. Davika, dia mencoba mengalihkan pembicaraan.

Becca tersenyum, namun cerita Nya. Davika tadi membuatnya sangat sedih.

"Sarocha adalah satu-satunya orang yang menerima aku apa adanya, aku tidak memiliki siapa pun selain dirinya", jawab Becca.

Nya. Davika menatap gadis di sampingnya itu, "Dimana kedua orang tuamu?", tanyanya.

Becca menunduk, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia lalu mengangkat wajahnya dan menatap ke hamparan bunga tulip di depan matanya.

"Sejak kecil aku hanya hidup berdua dengan bibiku, dia yang mengasuhku sampai aku dewasa, aku tidak tahu siapa kedua orang tuaku mungkin mereka tidak menginginkan ku itulah sebabnya aku dibuang oleh kedua orang tuaku", jawab Becca dengan senyuman yang diliputi kesedihan.

Nya. Davika menggenggam tangan Becca dengan erat, "tidak ada orang tua yang membenci anaknya", ucap wanita itu.

Kedua wanita itu masih berbicara di bangku taman, sampai seorang pelayan datang memanggil Becca dan Nya. Davika untuk makan, Becca bangkit duluan lalu disusul oleh Nya. Davika. Tapi tatapan wanita itu tertuju di belakang telingan Becca, ada tanda bulat berwana hitam di belakang telinganya, seketika Nya. Davika mematung dia terus menatap Becca yang berjalan di hadapannya.

"Nyonya ayo", panggil Becca.

Nya. Davika masih mematung di tempat ia berdiri, jantungnya berdetak kencang, rasanya seluruh tubuhnya menjadi dingin, dia bahkan tidak mampu untuk bicara lagi.

Becca mendekati Nya. Davika, "Nyonya apa anda baik-baik saja?", tanya Becca.

Nya. Davika memegang kedua tangan Becca dengan erat, matanya sudah memanas dan mulai mengeluarkan air mata.

"Boleh saya bertanya padamu nak?".

"__"

"Apa di paha sebelah kirimu, ada bekas luka?".

Becca menatap Nya. Davika dengan heran, "bagaimana anda tahu saya punya bekas luka, di paha sebelah kiri?", tanyanya lagi.

Nyonya Davika langsung memeluk Becca dengan erat, dia menangis dengan histeris bahkan tangisannya membuat pengawal dan pelayan di sekitar mansion itu heran, Becca masih tidak tahu apa yang terjadi dengan Nyonya Davika.

"Ada apa Nyonya?", tanyanya lagi.

Davika menyentuh wajah Becca dengan lembut, "Aku pikir, aku tidak akan pernah bisa melihatmu lagi, aku selalu memiliki firasat bahwa kedatanganku ke Thailand pasti bukan hanya karena Apo tapi ada hal lain yang tidak aku ketahui dan ternyata benar, aku akhirnya bertemu denganmu".

"__"

"Kau adalah Patriciaku".

I Love You NyonyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang