Lembar ke 43 - Buah Pelangi Surgawi (Pengorbanan Wisnu)

261 30 17
                                    

Di kamar besar dimana Pradipto di rawat, tokoh-tokoh silat secara bergantian menyalurkan tenaga dalam mereka dengan tujuan menambah kekuatan raga Pradipto sekaligus mencegah teratai salju mencair. Raja Merak telah mencoba pula dengan meminumkan Pil Embun Dewi yang biasanya ampun tapi tak berpengaruh apa-apa.

"Wisnu apa kau tak tau cara lain menyelamatkan Pradipto?" Tanya Candrika lirih, sebagai adik dia memang sangat menyayangi sang kakak seperguruannya, Sang Ratu Permani juga memandang Wisnu penuh harap, begitu juga Nenek Lembah Air Mata. Tatkala Wisnu memperhatikan sekeliling, ternyata semua orang unjukkan harapan yang sama.

Wisnu terdiam berpikir keras.

"Pradipto, kasihan kau nak. Hidupmu selalu penuh cobaan berat, belum lagi penyakit kulitmu sembuh kau telah dapatkan penyakit yang lain. Oh Dewata? Apa salah anakku hingga Kau beri cobaan yang sebegitu berat" Suara Ratu Permani sang ibu dari Pradipto terdengar mengiba-iba, menyayat hati siapapun yang mendengar.

Wisnu gigit bibirnya.
"Ada Candri, yaitu Buah Pelangi Surgawi, buah itu adalah pusaka Hutan Kayu Wangi  Buah yang hanya muncul seratus tahun sekali. Buah itu bisa menambah kekuatan berlipat-lipat ganda, menguatkan raga dan tenaga dalam juga menyembuhkan penyakit akibat luka pertarungan yang teramat parah, namun buah itu penuh resiko, jika tubuh pemakan buah tidak kuat dia akan mati keracunan" jawab Wisnu.

Semua orang terdiam.

"Kita coba saja! Bagaimanapun berusaha jauh lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali" ucap Prabu Panduka.

Yang lain pun setuju, Wisnu mengangguk.

Dia segera ingin pergi ke wilayah dimana pohon Buah Pelangi Surgawi berada.

"Kiani, Laruni dan kau Sariti, jaga keadaan di rumah ini, jangan biarkan orang-orang tak berkepentingan masuk ke kamar ini"

Lalu Wisnu, ditemani Candrika Dewi, Kandito, Satra Dirgantara, Rangga, Empu Mayat Suci juga Nenek Lembah Air Mata serta Iblis Pantun berangkat menuju wilayah hutan di mana pohon Buah Pelangi Surgawi berada, namun sesampainya di sana mereka kaget sekali, ternyata mereka keduluan oleh Gilang dan Mayang.

"Jangan petik!" Teriak Wisnu tatkala melihat Mayang ingin memetik buah Pelangi surgawi.

Wisnu segera cabut Pedang Semesta Batin, pedang berwarna hijau itu segera menderu ingin membabat putus tangan Mayang, namun Gilang cepat bertindak. Dia palangkan Pedang Naga Merah miliknya melindungi Mayang.

Pedang Semesta Batin bentrokan dengan Pedang Naga Merah. Pedang Semesta Batin terlempar mental, Wisnu cepat melompat menyambuti pedang sakti itu, sedangkan Gilang yang menangkis merasakan tangannya yang memegang Pedang Naga Merah bergetar kesemutan.

Candrika yang sadar betapa pentingnya buah itu demi kesembuhan Pradipto tak tinggal diam. Dia mencegah Mayang untuk memetik buah mustika itu, ternyata dia tidak bergerak sendirian karena semua orang segera memburu Mayang si gadis tengil itu hingga Mayang jadi kewalahan. Begitupun Gilang, dia dikeroyok oleh Wisnu, Satra Kandito dan Raja Merak.

Sedangkan Mayang Bestari diramaikan oleh Nenek Lembah Air Mata, Empu Mayat Suci, Iblis Pantun dan Candrika Dewi.

Duel dahsyat pun terjadi. Suara beradunya senjata terdengar riuh bertubi-tubi. Wisnu melengak kaget, jurus Enam Belas Denting Pedang Penghancur Bintang miliknya tak mampu menghancurkan Pedang Naga Merah, sebegitu dahsyat ternyata pamor Pedang Naga Merah, senjata itu benar-benar mengerikan.

Sementara di pertarungan yang dihadapi Mayang,
"Licik! Beraninya main keroyokan!" Gusar Mayang yang terpojok, ikat rambutnya telah tersambar putus bersama beberapa helai rambutnya hingga rambutnya yang panjang itu tergerai lepas.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang