Lembar 87 - Nostalgia

196 21 0
                                    

"Ah disana rupanya" Pradipto lega karena menemukan Ashkar yang sedang duduk menjelepok di bawah sebuah pohon kayu di tepi jalan.

"Ashkar, kenapa kau lari meninggalkanku tadi?" Tegurnya begitu tiba di pohon dimana Ashkar duduk termenung.

Sepasang mata hijau Ashkar melirik sebentar lalu menghela nafas.
"Entahlah kakang, kepala ku pusing. Tadi di benakku melintas bayang-bayang aneh"

"Bayang-bayang aneh apa?" Penasaran Pradipto, dia kini duduk di sebelah Ashkar, sama-sama menjelepok diatas tanah.

"Bayang-bayang peristiwa yang sepertinya pernah terjadi tapi aku sendiri merasa tak pernah melalui perisitiwa itu. Ini benar-benar membingungkan" Ashkar secara reflek memijat kepalanya tatkala merasakan pusing kembali.

Secara naluriah, Pradipto ikut mengelus kepala itu, memijat-mijat kecil ubun-ubun pria itu.

"Sudah jangan dipikirkan jika malah membuatmu bingung" nasihatnya. Ashkar mengangguk.

Saat itu tiba-tiba mereka mendengar satu suara aneh, seperti suara benda diseret disertai suara deru kaki kuda dan juga raung kesakitan, lalu ada juga suara jerit tangis perempuan.

Serta merta Pradipto dan Ashkar menoleh ke ujung jalan dimana suara itu berasal. Tampak sebuah kereta ditarik dua ekor kuda diiringi beberapa pengawal yang mengikuti dengan kuda. Semakin lama kereta dan kuda-kuda itu semakin mendekat. Dan suara jerit tangis dan raung kesakitan itu semakin terdengar mengiris hati.

"Ayah, aku mohon lepaskanlah kakang Jati" terdengar pekik perempuan menghiba-hiba dari dalam kereta.

"Tidak! Ayu, kau sudah ayah jodohkan dengan Tubagus Suryapati, kau akan hidup bahagia? Kenapa malah jadi perempuan bodoh menjalin cinta dengan tukang kayu?" Bentak kasar seorang lelaki paruh baya.

"Hei kusir! Percepat laju kuda!" perintah lelaki itu.

Sang kusir pun langsung memecut kudanya hingga semakin berhambur melaju cepat, bersamaan dengan itu suara benda diseret dan teriak kesakitan pun semakin menggila.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ashkar yang bersama Pradipto menyaksikan kejadian itu. Begitu kereta dan kuda-kuda itu lewat terkejutlah paras keduanya.

Seorang lelaki malang dengan sekujur kulit pecah telah tergerus tanah diseret kereta kuda itu. Diatas kereta kuda itu seorang perempuan menangis menghiba-hiba meminta ayahnya melepaskan lelaki yang diseret itu.

"Lelaki itu? Bukankah dia pemuda miskin yang mencoba meramal jodoh bersama kekasihnya di tanah lapang tadi?" Tanya Pradipto.

Benar, perempuan dan lelaki itu, merekalah yang tadi berdoa semoga berjodoh di bambu kasih sayang milik Pengemis Cinta. Ternyata perbuatan keduanya diketahui oleh ayah si gadis sehingga membuat ayahnya berang dan langsung menghukum lelaki malang itu dengan keji. Diseret kereta kuda sepanjang jalan.

"Biadap!" Geram Ashkar. Sekali melenting saja, sosoknya laksana burung Garuda telah melompat terbang memotong laju kuda. Ashkar mendarat menghadang jalan di depan kereta kuda.

"Pemuda gila! Minggir! Kau ingin mampuskah?" Bentak kusir kereta.

"Kalian yang bakalan mampus!" Garang Ashkar, lelaki ini hentakkan kaki dan dorongkan kedua tangan. Dari kedua tangannya menderu gelombang angin yang menahan laju kereta kuda. Sedangkan dari dalam tanah menjalar keluar dengan cepat akar-akaran dan tanaman merambat yang langsung membelit kuda dan kereta hingga benda dan binatang itu berhenti mendadak. Semua orang didalam kereta berseru, untung saja mereka sempat berpegangan hingga tak terpental keluar, hanya si kusir yang terlambat tubuhnya terpental jatuh bergedebuk diatas tanah.

Pradipto sendiri dengan ilmu meringankan tubuh segera melesat menyambar sosok pemuda diseret yang telah mandi darah, Pedang Semesta Batin memutus tali pengikat pemuda itu.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang