Lembar ke 11- Huru Hara

259 27 3
                                    

Tokoh-tokoh:
Gilang Kusuma
Raja Merak
Pangeran Bangkai
Candrika Dewi
Mayang Bestari
Kandito
Ki Gambir
***

Tak terasa, seminggu sudah Gilang, Mayang dan Rangga ada di desa Batu Api, ketiganya cepat membaur dengan penduduk, para lelaki banyak yang mengagumi kecantikan Mayang, namun mereka tak berani karena mereka tau Mayang adalah cucu dari seorang tokoh silat ternama. Begitupun para gadis, mereka tiada henti membicarakan dua pria gagah itu, Gilang dan Rangga.

"Aku tak menolak dijadikan istri siapapun diantara mereka berdua" begitulah yang sering diucapkan para gadis.

Namun sejak beberapa hari terakhir, kabar kalau perempuan berbaju ungu yang tinggal di hutan adalah putri dari Raja Bandit mulai tersebar luas, kabar itu menyebar cukup cepat, di mulai dari pasar hingga ke warung-warung. Orang-orang pun mulai membicarakannya, hingga sebagian besar penduduk mulai terhasut ingin melenyapkan gadis itu.
Ternyata semua cerita itu berasal dari Mayang yang kelepasan bicara karena merasa cemburu, dia dan Gilang pernah kepergok di pasar bertemu dengan Candrika dan Kandito, meski masih tunjukkan sikap tak bersahabat, namun mereka hanya saling diam dan acuh.

Mayang merasa terkejut tak menyangka kalau Candrika itu cantik sekali, meski dari sikapnya terlihat galak, namun justru itu yang banyak membuat lelaki penasaran. Apalagi berkali-kali dilihatnya Gilang melirik pada gadis itu. Hingga akhirnya dia pun kelepasan bicara kepada tukang sayur mengatakan kalau Candrika itu adalah putri dari Raja Bandit.
***

Pagi hari Aki Gambir lari tergopoh-gopoh memasuki pondok kediamannya.
"Gawat Den, gawat!" Ucapnya begitu tiba. Gilang dan Rangga yang tengah memotong kayu segera hentikan pekerjaannya.

"Gawat kenapa Ki?" Tanya Rangga.

"Anu Den, para penduduk berbondong-bondong ke hutan, ke rumah Nini Candrika, mereka mau membakar rumah itu. Para penduduk sudah tahu kalau dia putri dari Raja Bandit" ucap Ki Gambir.

"Ah biarkan sajalah Ki, itu hak mereka" ucap Gilang malas.

"Masalahnya bagaimana kalau justru terbalik, bukannya berhasil membakar, malah penduduk yang kena hajar, kebanyakan para penduduk cuma modal marah dan nekat, tidak punya keahlian Kanuragan" ujar Ki Gambir lagi.

Rangga alias Raja Merak segera berlari ke dalam pondok, mengambil mantel meraknya yang tergantung di dinding kamar. Setelah itu dia keluar dan mengajak Ki Gambir ke hutan, Gilang sendiri akhirnya mengikut, lalu disusul Mayang yang datang dari arah dapur.

Di satu pondok dekat hutan, seorang gadis cantik berpakaian ungu tengah meniup api dapurnya yang padam, dia tengah menanak nasi sebelum akhirnya terdengar suara hiruk pikuk.

"Hai gadis setan! Keluar kau!" Satu suara berteriak kasar disertai suara-suara yang lain.

"Kami hitung sampai sepuluh kalau kau tak kunjung keluar maka akan kami bakar pondok kalian!"

Kandito yang lagi ngopi menikmati sarapan pisang rebusnya segera saja keluar, sesampainya di depan pintu pria gagah ini terkejut rumah itu telah dikelilingi puluhan penduduk.

"Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan disini?" Tanyanya sedikit kesal.

"Hei Dito, suruh keluar wanita iblis itu!" Seorang penduduk berujar galak.

"Iblis? Disini tidak ada iblis!" Galak Kandito.

Beberapa penduduk mulai menggeram, namun semua kemarahan mereka teredem untuk sementara karena saat itu pula mereka mencium bau bangkai luar biasa.

"Huekkk, bangkai apa ini? Lebih busuk dari bangkai tikus!" Seorang penduduk meludah. Bersamaan dengan itu dari arah halaman samping muncul Pangeran Bangkai dengan membawa beberapa ekor ikan.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang