Lembar ke 42 - Menolong Pradipto

220 33 8
                                    

Tokoh-tokoh:
Pokoknya tokoh penting golongan putih 😂
***

Hutan Kayu Wangi, sebuah hutan yang aman dan damai di penuhi pohon-pohon tinggi menjulang dan bunga-bunga yang indah menebarkan harum semerbak yang melegakan nafas.

Pagi menjelang siang itu Wisnu tengah berduduk santai di pendopo rumah sembari menikmati wedang jahe buatan Sariti, salah satu murid barunya yang sudah dua bulan tinggal bersamanya, selain Sariti ada juga Laruni dan Kiani. Saat ini Laruni dan Sariti tengah berkutat di dapur untuk memasak.

Saat sedang bersantai itu datanglah Kiani, dari ketiga murid perempuannya yang masih baru itu, Kiani lah yang paling berani, paling pintar dan paling gigih belajar silat, tak heran kalau kemampuannya sudah jauh diatas kedua temannya.

Kiani berlutut di hadapan Wisnu.
"Guru, saya ingin melaporkan sesuatu"

"Ada apa Kiani? Tak usah ragu-ragu" tanya Wisnu sekaligus meminta Kiani bangkit berdiri dan duduk di sebelahnya.

"Sudah beberapa hari ini saya melihat ada dua orang yang bergerak aneh di seberang jurang, seperti tengah mencari jalan menuju ke mari" tutur Kiani setelah duduk di dekat gurunya.

"Apa kau sudah memutus jembatan akar gantung penghubung?" Tanya Wisnu.

"Sudah guru"

"Bagus, tindakanmu sudah tepat, kita tidak boleh membiarkan orang-orang asing masuk ke hutan ini. Apa kau tau siapa kedua orang yang ada diseberang itu?" Tanya Wisnu lagi.

"Siapa nama mereka saya tidak tahu, seorang lelaki dan seorang perempuan, yang lelaki tampan berbaju Merah, sedangkan yang perempuan cantik berbaju Biru" Jelas Kiani.

Wisnu terdiam merenung, sejak dia pulang ke Hutan Kayu Wangi dia juga telah berlatih meningkatkan ilmu silat juga mempelajari ilmu-ilmu yang selama ini belum dia kuasai dari kitab-kitab peninggalan kedua orang tuanya. Dia penasaran juga akan kedua tamu itu. Wisnu pun pejamkan matanya, dia menggunakan salah satu ilmu barunya yang bernama "Menyatu Indera Dengan Semesta" salah satu kemampuan untuk mengetahui keadaan di luaran hanya dengan menyalurkan kemampuan panca indra ke pepohonan, dia kini bisa mendengar dan melihat keadaan diluar selama di dekat target tujuannya ada pepohonan dalam jarak jangkauan kuasa ilmunya.

"Gilang dan juga Mayang" gumam Wisnu begitu dia tahu kalau dua orang itu ternyata Gilang dan Mayang.

"Kiani, ajak Laruni dan Sariti. Perkuat segel Mantra Hutan Penolak Bala. Kita harus membentengi hutan ini agar tak ada yang bisa menembus masuk. Aku tak mau kedua orang itu berhasil menyelinap ke hutan ini" perintah Wisnu pada Kiani.

"Siap guru, akan saya laksanakan" Kiani pun berlalu.

Segel Mantra Hutan Penolak Bala adalah suatu ilmu yang bisa membuat seluruh pepohonan di Hutan Kayu Wangi mengeluarkan hawa kekuatan, membentuk satu tabir tak terlihat yang melindungi kawasan Hutan Kayu Wangi. Inilah keistimewaan hutan ini, bersama Wisnu hutan ini seolah sudah menyatu jiwa raga. Wisnu bertugas melindungi hutan, sedangkan hutan juga membalas dengan melindungi Wisnu.

Di seberang jurang, di mana Gilang dan Mayang berada, keduanya telah putus asa. Sudah dari beberapa hari yang lalu mereka tiba di sana, tetapi tak bisa menyebrang ke ujung jurang. Jembatan gantung yang dibuat Gilang sebelumnya telah diputus oleh Kiani. Mereka juga pernah menggunakan roh naga dari Pedang Naga Merah dan Biru untuk ditunggangi menuju ke seberang namun gagal, kedua naga itu tak mampu menembus dinding pelindung dari Segel Mantra Hutan Penolak Bala.
Keduanya kini terduduk pasrah karena merasa usaha mereka sia-sia.

Namun Gilang masih ingin berusaha, dari duduknya dia kerahkan tenaga dalam lalu berteriak.
"Guru Wisnu, ini aku Gilang Kusuma. Aku mohon, terimalah aku kembali, izinkan aku masuk ke hutan kediamanmu. Aku datang untuk memenuhi janjiku padamu dulu. Aku akan hidup bersamamu di sana selamanya!" Suara Gilang menggema dan menggaung di sana.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang