Lembar ke 7 - Latihan

307 29 4
                                    

Tokoh yang terlibat:
Gilang Kusuma
Timur Agung
Mayang Bestari
Garda
Ardana
***

Pagi di Padepokan Timur Raya kali ini terasa berbeda, dilapangan seluruh murid duduk melingkar, di tengah-tengah lingkaran berdiri dengan gagah Gilang Kesuma, sedangkan dihadapannya berdiri salah seorang senior di padepokan itu bernama Garda, usianya hampir 27 tahun. Keduanya diminta oleh Timur Agung untuk unjuk kebolehan.

"Mohon kakang bersedia memberikan bimbingan kepada saya" Ucap Gilang memberi hormat.

"Jangan sungkan-sungkan adik, mari kita bertarung layaknya saling belajar dan berlatih" ucap Garda lalu tersenyum. Gong pun berbunyi.

Maka kedua pemuda berusia hampir selisih 10 tahun itu pun mulai bertarung.

Garda membuka serangan dengan jurus Menggenggam bintang menendang bulan" kedua tangannya menangkap kedua lengan Gilang sedangkan kakinya di gunakan untuk menendang tulang kering Gilang.

Gilang segera kerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang bernama Selaksa Angin, serta merta tubuhnya terangkat membuat tendangan Garda lewat dua jengkal dibawah kakinya, bahkan dengan gerakkan kakinya di udara, Gilang berhasil mendorong tubuh Garda lima langkah meski tangannya masih tercekal. Saat itu pula Gilang keluarkan jurus Air Memutar Kincir kehidupan. Tubuhnya yang mengapung diudara memutar laksana mata bor, karuan saja Garda berseru karena kedua tangannya yang mencekal tangan Gilang ikut berputar dan saling terbentur sakit, mau tak mau dia lepaskan pegangan tangannya, saat itu pula Gilang dorongkan kedua telapak tangannya. Satu angin deras menderu membuat sosok Garda tak mampu bertahan, sosoknya jatuh berlutut. Ikatan pakaiannya putus membuat bahu dan dadanya terbuka lebar.

Gilang jejakkan kakinya diatas tanah. Murid-murid perguruan yang lain bertepuk tangan menyambut kemenangannya, apalagi Mayang, dia menjadi sosok yang paling bahagia.

Timur Agung mengangguk puas, "Ternyata ilmu meringankan tubuhnya luar biasa, tenaga dalamnya juga cukup mumpuni, ternyata pendekar muda yang menjadi gurunya tak bisa dipandang sebelah mata. Aku jadi penasaran, seberapa hebat jurus-jurus yang dikuasai oleh Gilang."

Tiba-tiba Timur Agung bentangkan tangannya kearah pajangan barisan  tombak besi, tiga buah tombak secara aneh melesat laksana tersedot dan kejap kemudian telah berada di genggaman kedua tangannya. Timur Agung merapal satu aji kesaktian. Satu buah tombak ditudingkan kepada Gilang, lalu mulutnya pun meniup ke seluruh badan tombak.

"Ilmu Raja Timur Mencari Roh" ucap Mayang kaget. Ilmu ini adalah salah satu kesaktian andalan padepokan, dengan menggunakan ilmu ini maka senjata yang ada ditangan akan meluncur dengan sendirinya  mencari lawan yang dituju, kemanapun lawan menyingkir dan bersembunyi senjata itu akan terus mengejar dan mengincarnya.

"Wusss" baru saja Mayang membatin, tombak itu telah melesat menyerbu Gilang. Gilang berseru kaget, segera saja dia melakukan gerakan kayang untuk mengelak, tombak lewat sejengkal diatas dadanya, namun dia terkesiap tatkala dilain kejap tombak itu telah berbalik menyerangnya, Gilang hentakkan kaki membuat tubuhnya berjungkir balik. Tombak kembali lolos, namun dalam jarak tertentu tombak kembali putar arah mengincarnya kembali.

"Agaknya tombak ini telah diisi satu aji kesaktian yang tak dapat dibuat main-main" Gilang tak mau lagi anggap remeh, serta merta dia cabut Pedang Semesta Batin miliknya, satu sinar redup kehijauan nan menyejukkan membungkus badan  pedang, segera saja pedang di babatkan ke tombak.

"Trang" tombak berdesing dan bergetar hebat, tombak itu terpental. Namun kemudian tombak itu kembali menderu ke arahnya.

"Baiklah aku akan keluarkan jurus 16 denting pedang penghancur bintang" gumam Gilang. Dia segera gerakkan pedangnya, tenaga dalam disalurkan ke sana. Tubuhnya pun bergerak cepat dan lincah lalu terdengarlah suara denting pedang beradu dengan tombak berulang kali.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang