Lembar ke 45 - Kejutan Indah

321 40 15
                                    

Di kamar yang luas dan dihasi dengan  aneka bunga itu, dua sosok telanjang masih terlelap, awalnya dua tubuh itu tidur tumpang tindih dengan tubuh masih menyatu, namun yang namanya tidur manusia pasti ada lasak bergeraknya yang terjadi diluar sadar, pun begitu dengan dua sosok terlelap itu, kini posisi mereka berubah menjadi saling berbaring berdampingan.

Sementara diluar sana matahari mulai meninggi. Kedua manusia yang sesama lelaki itu benar-benar telah kesiangan akibat ganasnya permainan cinta di malam pertama mereka tadi malam.

Sinar matahari mulai menerobos dari celah-celah jendela dan lubang masuknya udara. Satu sosok pria tampan yang tertidur menggeliat-geliat kecil siap untuk terjaga.

"Arhhhh" gumamnya pula berbarengan dengan terbukanya sepasang mata berwarna hijau. Dia adalah Wisnu Dhanapala. Dia tersenyum manis karena teringat mimpi indahnya tadi malam bersama Pradipto.

Saat sosok Pradipto melintas di benaknya, cepat-cepat Wisnu melihat ke sisi ranjang di sebelahnya. Blammm...

"Aaaaa! Siapa kau?" Teriak Wisnu kaget. Dan bukk karena terkejut dia menendang sosok bugil yang tidur di sebelahnya hingga terjatuh dari ranjang.

Karuan saja sosok telanjang yang ditendang itu terkaget-kaget bangun dengan muka kebingungan karena dibangunkan secara kasar, mendadak dan paksa. Wujudnya ternyata? Hmmm sepasang matanya jernih namun memiliki sorotan tajam, seperti mata elang. Sepasang mata itu beralis tebal yang menambah kesan jantan berwibawa, rambutnya sepundak dengan dada bidang dan perut berotot, tubuh yang nyaris sempurna tanpa cacat. Apalagi kulit yang membungkus rupa yang bagus itu berwarna putih cerah kekuningan. Tampan, benar-benar ketampanan yang sempurna. Apalagi sosok itu dalam keadaan telanjang bulat total, hingga kesan jantan dan gagah itu begitu kentara.

"Wisnu... apa-apaan ini? Kenapa kau menendangku?" Tanya orang itu dengan keras karena kaget dan heran.
***

Diluar rumah dari balik dinding disamping kamar, Wisnu tak sadar kalau ada empat pasang telinga yang menguping. Yaitu Candrika Dewi, Nenek Lembah Air Mata, Raja Merak dan Satra.

"Hah? Sampai ditendang?" Gumam Candrika dengan kening berkerut.

"Mungkin Dipto terlalu keras mencoblos hingga Wisnu menendangnya" sahut suara Nenek Lembah Air Mata.
***

Kembali ke dalam kamar

"Siapa kau? Katakan siapa kau?' tanya Wisnu dengan memasang kuda-kuda, siap menyerang melepas jurus.

"Aku? Tentu saja aku suamimu!" Seru lelaki tampan yang mengaku suami Wisnu itu.

"Bohong! Memang suamiku buruk rupa, tapi hatinya berbudi mulia. Tidak sepertimu, berwajah tampan tapi berani masuk ke kamar orang tanpa izin, dimana suamikua" bentak  Wisnu marah.

Ucapan Wisnu tadi membuat lelaki itu terperangah, kini dia melihat ke pada sekujur kulit tubuhnya, luka-luka busuk di kulitnya benar-benar hilang, lelaki itu sampai rabai wajahnya, terasa mulus.
Seakan tidak puas dia berlari menuju satu dinding dimana ada cermin kecil, terkejutlah dia melihat wajahnya. Seketika kebahagiaan menyeruak di relung hatinya. Kini pemuda itu telah yakin, penyakit kutukannya telah hilang, dia telah sembuh.

Namun kegembiraannya segara berganti tatkala dia mendengar tantangan dari Wisnu.

"Kau gila, sempat-sempatnya berkaca, sekarang terima seranganku" lalu Wisnu pun siap menerjang.
***

Diluar kamar di balik dinding rumah..

"Hah? Wisnu minta gantian melakukan serangan?" Seru Candrika pula

"Apa Pradipto mau? Kan dia yang jadi suami? Masa mau dicoblos juga" kali ini Rangga yang menyeletuk.
***

Kembali ke kamar.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang