Lembar ke 12- Lembah Air Mata

265 31 6
                                    

Tokoh-tokoh:
Dewi/Nenek Lembah Air Mata
Pangeran Bangkai
Candrika Dewi
Kandito
***

Perjalanan kembali ke Lembah Air Mata menghabiskan waktu hampir tujuh hari berjalan kaki. Pangeran Bangkai, Kandito dan Candrika sengaja mengambil jalan pintas agar lebih cepat sampai, Lembah Air Mata terletak di kaki Bukit Mega Biru, disana merupakan tempat kediaman Dewi Lembah Air Mata.

Mungkin kalian heran, mengapa Dewi Lembah Air Mata bisa lebih dulu tiba disana, sebenarnya Dewi Lembah Air Mata tidak pernah kemana-mana, yang berkeliaran di dunia luar adalah pecahan bayangannya, dia memiliki ilmu yang bernama Delapan Raga Delapan Sukma, dimana dia bisa membuat delapan pecahan raganya yang memiliki separuh dari kesaktiannya, nah yang menemui Pangeran Bangkai beberapa waktu yang lalu adalah salah satu dari delapan bayangannya.

"Kira-kira apa yang membuat guru meminta kita kembali ke lembah?" Tanya Candrika. Di banding kedua kakaknya memang Candrika yang paling sedikit pengalamannya, tentunya berbanding jauh dengan Pangeran Bangkai yang telah berkecimpung 7 tahun di dunia persilatan.

"Pasti ada hal penting yang akan beliau sampaikan" ucap Kandito. Mereka tiba di depan sebuah pohon kayu yang besar.

"Eyang kami datang" ucap Kandito seraya memberi hormat, Kandito yang tak lain adalah cucu dari sang Dewi segera berlutut di depan pohon itu.

Tiba-tiba pohon bergetar dan bergerak aneh, terasa rerumput dan semak di depan pohon itu bergerak menyibak ke kiri dan kanan, benar saja di bawah tanah di mana semak itu tumbuh terdapat satu lorong.

Ketiganya pun memasuki lorong itu. Suasana gelap, hanya diterangi beberapa batu kecil aneh yang menyalakan warna kuning redup.

Lorong itu cukup panjang hingga akhirnya di ujung sana ada berkas cahaya matahari, begitu sampai ternyata di ujung lorong terdapat satu lapangan cukup luas, di sana ada satu pondok kayu kecil, di pendopo pondok itu telah berdiri seorang nenek berpakaian serba kuning, meski telah keriputan namun masih membiaskan kecantikannya di masa muda. Rambutnya yang digelung dihiasi empat buah tusuk konde terbuat dari emas. Dia lah Dewi Lembah Air Mata, seorang nenek berkesaktian tinggi namun memiliki keanehan pada sepasang matanya.

Sepasang mata si nenek terkadang sering meneteskan air mata dengan sendirinya, meski si nenek tidak dalam keadaan sedih maupun diliputi rasa haru, biasanya jika air mata itu menetes maka si nenek akan mendapatkan gambaran mengenai suatu peristiwa. Beberapa hari yang lalu hal itu terjadi, si nenek melihat gambaran satu kejadian yang berhubungan dengan salah seorang muridnya tatkala air matanya keluar tiba-tiba, hal itulah yang membuat si nenek mengirim bayangannya untuk meminta ketiga muridnya pulang.

Dewi Lembah Air Mata menyambut ketiga muridnya, setelah mengajak mereka makan siang si nenek segera mengumpulkan ketiga muridnya di pendopo. Dewi Lembah Air Mata duduk di sebuah kursi kayu yang berukir indah. Sedangkan ketiga muridnya duduk bersila dengan hormat di lantai.

"Pradipto, siapa lawan yang kalian hadapi kemarin hari itu?" Tanya Nenek Lembah Air Mata tanpa basa-basi setelah ketiga muridnya hadir dan selesai memberi penghormatan.

"Terus terang saya belum begitu mengenal mereka guru, yang paling saya kenal itupun cuma sebatas nama dan pembicaraan orang-orang adalah Raja Merak, lalu perempuan berpakaian serba merah yang aku belum tau namanya, namun melihat dari jurus-jurus nya sepertinya dia murid dari Timur Agung" belum selesai Pradipto alias Pangeran Bangkai menjelaskan, sang guru sudah menyela.

"Dia bukan murid, tetapi cucu dari Timur Agung, aku pernah bertemu dengannya sewaktu ada pertemuan tokoh-tokoh golongan putih di Bukit Matahari beberapa bulan lalu. Itulah sebabnya aku melarang kau menjatuhkan tangan kasar terhadap perempuan itu, bagaimanapun juga aku bersahabat dengan kakeknya di masa lalu. Lantas bagaimana dengan pemuda satu lagi?"

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang