Lembar ke 35 - Pertolongan

246 35 20
                                    

Wisnu pejamkan mata pasrah, jurang itu dalam juga, membuat tubuhnya melayang-layang sebelum jatuh terbanting. Darah masih mengucur dari sekujur tubuhnya. Di benaknya terbayang melintas wajah kedua orang tuanya.
"Ayah! Ibu! Akhirnya aku akan menyusul kalian" hati pemuda ini berkata lirih. Lalu bayangan kedua orang tuanya pupus berganti dengan bayangan sosok seseorang

"Pradipto..." Ucapnya lemah, lalu tik air matanya menitik.
"Maafkan aku Pradipto, persahabatan kita begitu singkat. Semoga kau lekas sembuh" Wisnu cepat pejamkan matanya, siap menghadapi kematian, namun terjadilah keajaiban, payung hijau dipunggungnya pancarkan sinar hijau terang, lalu wusss, payung itu melesat keluar dengan sendirinya lalu mengembang, disusul dengan kemunculan sepuluh payung lainnya.

Terjadilah pemandangan mengagumkan, sebelas payung mengembang melingkar bersamaan di bawah tubuh Wisnu, menampung tubuh tuannya agar tidak terhempas ke dasar jurang dengan dahsyat. Sosok Wisnu kini seolah-olah tidur diatas hamparan payung-payungnya. Nyata sudah sebelas payung itu telah menyelamatkannya.

Bagaimanapun payung itu adalah peninggalan sang ibu, payung dan Wisnu telah disatukan dalam hubungan batin oleh sang ibu. Ada kekuatan cinta sang ibunda yang tersimpan di dalam payung itu, kekuatan seorang ibu yang ingin terus menerus melindungi anaknya.

Tubuh Wisnu jatuh ke jurang dengan lembut karena payung-payung yang menahannya, tubuh itu jatuh di atas sebuah batu di dekat sebuah telaga kecil. Sepuluh payungnya telah kembali masuk ke dalam payung hijau inti. Payung inti itu kini teronggok di sebelahnya. Pedang Semesta Batin masih tergenggam di tangan kanannya.

Wisnu pandangi langit dengan tatapan nanar, sinar matahari menyilaukannya, sekali lagi dia terbatuk dan semburkan darah lalu pingsan.

Terasa ada langkah yang mendekati Wisnu. Seorang pemuda berpakaian serba hitam kini berdiri di sampingnya yang tengah pingsan itu.

"Jadi ini pemuda incaran ayah itu? Hebat, bisa menghadapi tiga iblis keparat itu" Ucap pemuda itu.

Dia berjongkok dan membuka kelopak mata Wisnu yang menutup, dia segera berdecak kagum
"Ternyata benar, dia memang bermata hijau"
Orang itu periksa denyut nadi Wisnu.
"Masih hidup, meski denyutnya lemah sekali"

Setelah membatin, orang ini yang tak lain adalah Satra Dirgantara segera mengangkat tubuh Wisnu, membopongnya menuju tempat yang lebih aman.

Dia berhasil menemukan satu goa kecil di dekat telaga kecil itu.
"Lukanya sangat parah, tubuhnya harus di selamatkan, kabut racun milik Iblis Kabut telah mencemari darah di dalam tubuhnya, aku harus cepat, bisa-bisa darahnya menjadi beku berhenti mengalir"

Orang itu yang tak lain adalah Satra segera bergerak, dia mengumpulkan kayu-kayu teramat sangat banyak. Kayu-kayu itu disusun menjadi lingkaran yang besar, sosok Wisnu di letakkan di bagian tengah, tak lupa Satra melucuti pakaian Wisnu sampai telanjang bulat.

Sosok telanjangWisnu kini dikelilingi kayu-kayu, lalu cepat sekali dengan menggunakan pukulan sakti berhawa panas Satra membakar kayu-kayu itu. Sekejap kemudian sosok Wisnu telah terpanggang di kelilingi api.

"Ayo api-api sahabatku, selamatkan dia, hangatkan tubuhnya, jangan biarkan darahnya membeku"

Cukup lama dia menunggu hingga api itu pupus berganti tumpukan bara, Satra melompati barisan bara, mendekati Wisnu yang ada di tengah. Dia meraba kulit Wisnu, terasa hangat dan basah oleh keringat yang banyak, keringat itu aneh, berwarna keruh.

"Syukurlah, darahnya telah lancar, racunnya juga sebahagian telah keluar, sekarang tinggal menunaikan sisanya" Satra keluarkan sebutir obat sebesar kuku kelingking, lalu dengan mengigit ujung jari telunjuk dia merobek kulit jarinya membiarkan darahnya menetes, dan darah itu dioleskan ke butir obat, setelah cukup dia masukkan obat itu ke dalam mulut Wisnu. Setelah berhasil menekan obat, dari seluruh rongga tubuh Wisnu keluar asap berwarna kelabu, asap dari racun yang menguap. Dari lubang hidung, mata, telinga, mulut bahkan dari kemaluan dan juga dubur. Pertanda sebelumnya racun itu telah hampir menjalar ke sekujur tubuh itu.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang