Lembar 67 - Gandari Hilang?

211 25 2
                                    

Putri Gandari meninggalkan istana Talawi dengan menunggangi seekor kuda, dia menuju ke selatan Kotaraja di mana beberapa hari sebelumnya dia bertemu dengan Dewi Ular di tepi sebuah telaga.

Begitu tiba di sana, Putri Gandari langsung turun dari kuda dan jatuhkan diri lalu menangis tersedu-sedu.

"Kenapa semua orang begitu melindungi Wisnu. Aku adalah cinta pertamanya Pradipto, aku yang paling berhak memilikinya. Tapi ayahku juga kakakku malah tidak mau mendukung niat suciku untuk mengembalikan takdir Pradipto sebagai lelaki sejati. Apa-apaan itu menikahi sesama lelaki? Mengotori dunia saja. Bahkan ayahku malah tega menamparku dan mempermalukanku di depan keluarga Prabu Panduka" Putri Gandari menangis pilu meratapi nasib.

Namun saat tengah berduka lara itu tiba-tiba dari belakangnya menyahuti satu suara perempuan.
"Mengapa kau menangis? Dasar perempuan bodoh! Buat apa menangisi seorang laki-laki sampai meratap-ratap seperti itu?"

Putri Gandari cepat menoleh, begitu melihat siapa yang bicara maka diapun langsung jatuhkan diri bersimpuh.

"Dewi Ular junjunganku. Tolonglah aku, bukankah Dewi telah berjanji akan membantumu buat mendapatkan Pradipto" Putri Gandari memohon dengan sangat.

Dewi Ular tersenyum menyeringai, "Memang itu tujuanku datang kemari, aku ingin membantumu mendapatkan Pradipto"

Putri Gandari terkejut sekaligus senang "Hah benarkah itu? Tolong aku Dewi! Apa yang harus aku lakukan?"

Dewi Ular tertawa cekikikan, lalu dari balik pakaiannya, dia mengeluarkan sebuah botol berbentuk kendi kecil sebesar dua jari.
"Lihat ini!" Dewi Ular menimang-nimang kendi mungil itu.
"Didalam kendi kecil ini ada Air Iblis Sorga Neraka, kau tahu kehebatan air ini?"

Putri Gandari menggeleng, dia benar-benar lupa, padahal dia jadi penurut terhadap Dewi Ular juga karena telah menelan cairan itu.

"Air ini kalau diminum setetes saja, maka akan membuat si peminum menjadi hilang akal dan hanya akan patuh terhadapmu, seumur-umur dia akan menjadi boneka dan budakmu" jelas Dewi Ular.

Kedua bola mata Putri Gandari berbinar cerah seketika, air matanya yang sebelumnya tumpah berhenti tiba-tiba, dia takjub dan maklum. Jika dia berhasil membuat Pradipto meneguk air itu maka Pradipto akan menjadi budaknya dan bersedia menikahinya. Senyum lebar terkembang dengan sempurna.
"Dewi, aku mohon berikan padaku air itu!"

Dewi Ular kembali tertawa cekikikan, "Tidak segampang itu perempuan bodoh. Cairan ini tidak akan mempan buat mempengaruhi otak orang yang telah memakan Buah Pelangi Surgawi. Kau tahu sendirikan kalau Pradipto telah menelan buah itu? Mungkin dia memang bisa terpengaruh, namun hanya setengah-setengah, kadang dia lupa diri menurut padamu namun kadang juga ingat dan sadar"

"Kalau begitu aku akan memberikannya kepada Wisnu hingga dia mematuhi segala perintahku, aku akan memintanya bunuh diri" sahut Putri Gandari tak kehabisan akal.

"Dasar bodoh, kekuatan Buah Pelangi Surgawi juga telah terbagi kedalam diri Wisnu, karena dia adalah orang pertama yang digagahi oleh Pradipto sesaat setelah Pradipto memakan buah sakti itu. Wisnu juga tidak mempan! Selain itu aku melarangmu buat memberinya air sakti itu!" Bentak Dewi Ular, dia benar-benar jengkel akan ketololan Putri satu ini, padahal sebagai seorang pendekar, Dewi Ular senantiasa dituntut panjang akal, jika cara yang pertama gagal dia harus segera sigap mencari akal yang lain.

"Kalau begitu sia-sia saja, air itu tak berguna buat membantuku dari masalah ini!" Keluh Putri Gandari.

"Tolol! Dungu! Beraninya kau bilang air saktiku ini tidak berguna?" Dengan kesal Dewi Ular menampar perempuan itu.

"Dengar bodoh! Air Iblis Sorga Neraka ini memang tidak mempan terhadap Wisnu dan Pradipto, tapi kau bisa menggunakannya buat menaklukan hati Prabu Panduka dan Ratu Permani, kedua orang tua Wisnu, juga ayah dan kakakmu. Kau tahu artinya itu? Jika Pradipto didesak dan dipaksa oleh kedua orang tuanya maka akan sulit baginya buat menolak"

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang