Lembar ke 33 - Pertarungan Dua Dara

241 34 11
                                    

Tokoh-tokoh:
Gilang Kusuma
Mayang Bestari
Wisnu Dhanapala
Pradipto
Candrika Dewi
Kandito
Raja Merak
Satra Dirgantara
***

"Mayang, kau terluka?" Tanya Gilang pada sang istri yang ada di papahan tangan kanannya, keduanya tengah melesat dari satu pohon ke pohon yang lain, telah cukup jauh mereka meninggalkan Bukit Kilat Hijau.

"Kaki ku tadi sempat kena libas ekor ular kobra mengerikan itu kang" jawab Mayang.

Gilang membawa Mayang melompat turun dari pohon. Segera lelaki itu mendudukkan sang istri bersandar di batang pohon. Dia memeriksa kaki Mayang.

"Kaki mu tergores" ucap Gilang yang melihat ada luka di kaki Mayang. Gilang memeijat sekitar luka itu.

Mayang meringis menahan sakit.
"Nyeri kakang, rasanya panas"

"Mungkin ada racunnya, biar kakang keluarkan racun itu dari sana"
Gilang pergunakan ujung runcing Pedang Naga Merah, tiba-tiba saja dia mendapat gambaran bahwa Pedang Naga Merah bisa menyembuhkan luka itu.

"Crasss" laksana besi panas dicelupkan ke air, terdengar suara mendesis begitu ujung Pedang Naga Merah menyentuh luka Mayang.

Mayang terpekik menahan sakit, kulit yang luka itu seakan ditetesi minyak panas, dari dalam luka itu tampak keluar sisik-sisik ular berwarna hitam, ternyata ada beberapa sisik yang masuk ke sana. Asap hitam berbau amis mengepul dari luka-luka itu, kemudian serrrr, darah hitam yang kotor tercampur racun tersedot keluar, pamor Pedang Naga Merah yang melakukannya. Tatkala darah yang keluar kembali berwarna merah segar Gilang tarik pedangnya dan menyarungkannya lagi.

"Luar biasa pedang ini, bisa menyembuhkan segala racun. Aku rasa Pedang Naga Birumu juga memiliki kemampuan yang sama" ucap Gilang, ternyata ilmu dari kitab-kitab ayahnya yang telah melebur mulai menyatu dengan otak dan hatinya. Tak heran jika Gilang lebih cepat dirasuki ilmu-ilmu itu dibanding Mayang karena dia pewaris langsung dan darah daging dari Pendekar Dua Naga. Sekarang tinggal mencari waktu untuk melatih dan mengasah jurus-jurus dari kitab pusaka Dua Naga.

Gilang keluarkan bubuk obat agar luka Mayang lekas mengering.

"Kita kembali ke bukit itu kakang, kita harus menyelamatkan kakek" ucap Mayang cemas.

"Terlalu berbahaya Mayang, aku tak menyangka Dewi Ular berilmu tinggi sekali" jawab Gilang.

"Tapi kita punya sepasang Pedang Sakti ini" ucap Mayang sambil pentangkan Pedang Naga Biru.

"Kita harus berlatih dulu guna mengasah dan mematangkan jurus-jurus yang ada di dalam kitab yang telah kita serap, ada baiknya kita kembali ke Padepokan Timur Raya, mempelajari jurus-jurus itu lalu datang kembali ke sini, bersama Empu Barata. Kita akan lebih kuat dan kakang yakin akan mampu mengalahkan Dewi Ular" usul Gilang, baik Gilang maupun Mayang tidak tahu kalau padepokan mereka telah hancur lebur diserang oleh anak buah Dewa Iblis, bahkan Empu Barata berhasil kena cuci otaknya.

"Bagaimana kalau kakek keburu mati?" Mayang masih mengkhawtirkan sang kakek.

"Ku rasa tidak. Bukankah kita tahu bahwa orang-orang Dewa Iblis tengah mencari-cari tokoh sakti untuk dijadikan pengikut, nyawa kakek sebagai tokoh paling sakti di kawasan Tinur pasti lebih berharga bagi mereka"

Gilang mencoba meyakinkan Mayang akhirnya setelah berpikir itu masuk akal, Mayang menurut. Keduanya bergerak pulang menuju Padepokan Timur Raya.

"Kakang, apakah tidak ada jalan lain? Aku malas kalau harus melewati Lembah Air Mata lagi" ucap Mayang ditengah perjalanan.

"Kakang tidak tahu, bukankah kau lebih berpengalaman dari kakang?" Ucap Gilang, begitu mendengar Lembah Air Mata, dada Gilang menjadi bergemuruh, disana ada Wisnu Dhanapala, mantan kekasihnya yang masih dicintainya.
"Ini yang aku tunggu! Pedang Naga Merah telah kudapatkan, dengan pedang itu aku akan membunuh si bangkai itu lalu merebut kembali guru Wisnu darinya" batin Gilang.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang