Lembar ke 72- Sepasang Kekasih Dari Rahuning

258 31 5
                                    

Rombongan yang tengah melewati jalan itu terkejut mendengar suara ledakan yang riuh. Kuda-kuda meringkik ketakutan apalagi terasa tanah bergoncang meski tidak keras, ditambah lagi dengan angin yang bertiup membawa aroma darah dan bau amis. Seorang kusir mencoba menenangkan sepasang kuda yang menjadi penarik satu kereta kencana yang tertutup. Agaknya bukan kereta kencana biasa, karena selain indah dan megah, beberapa bagian kencana juga di penuhi ukiran-ukiran yang rumit dan ada umbul-umbul bendera lambang suatu negera.

Sepasang lelaki tampan yang ada di dalam kuda terkejut karena terasa lantai kereta bergoyang dan berderit, ditambah lagi dengan suara kuda-kuda yang meringkik bersahut-sahutan.

Seorang pria tampan berusia tiga puluhan dengan pakaian agung dilengkapi mahkota yang indah menyibak tirai jendela kereta, lalu bertanya kepada  sang kusir.

"Ada apa Ki?"

"Ampun beribu ampun Gusti prabu. Hamba sendiri belum mengetahuinya, seorang prajurit telah diutus oleh Panglima Sondaka buat memeriksa hutan di sekitar sini"

Lelaki yang ternyata seorang raja suatu negeri itu mengangguk paham seraya memandang berkeliling, mencari-cari sosok hulubalangnya yang bernama Sondaka.

"Ada apa kanda?" Tanya lelaki yang satunya lagi, wajahnya tampan dan bersih, matanya yang teduh menentramkan, ada kumis tipis di atas bibirnya yang membuatnya semakin manis. Sama seperti pria sebelumnya, dia juga mengenakan pakaian kebesaran suatu kerajaan.

"Dinda Danum, kanda juga belum mengetahuinya. Orang-orang paman Sondaka sedang memeriksanya" jawab pria yang bermahkota itu bertepatan dengan munculnya sang hulubalang. Saat itu kembali terdengar suara bentakan dan ledakan keras.

"Ampun Gusti prabu, sepertinya ada pertarungan yang terjadi disekitar sini" Sondaka menghadap sang prabu dengan hormat.

"Sehebat apa pertarungan itu hingga menyebabkan alam begitu kacaunya" raja muda itu menggumam sendiri.

Dua orang prajurit yang tadi disuruh buat memeriksa datang menghadap dengan berlari, nafas keduanya ngos-ngosan.

"Ampun Gusti prabu, ampun patik hulubalang, ada pertarungan dahsyat yang terjadi di dekat sini. Pertarungan antar tiga orang yang sakti sekali, salah satunya seorang pemuda berwujud aneh!"

"Wujud aneh bagaimana prajurit?" Tanya lelaki yang tadi dipanggil Dinda Danum oleh sang raja.

"Mohon maaf Gusti, aneh karena tubuhnya bersisik ular" jawab prajurit itu.

Wajah Sang Prabu bersitkan rasa kejut penasaran, dia melompat turun dari kereta dan sekali sentak tubuhnya telah melayang-layang melesat menuju ke arah asal suara. Ternyata pria satunya lagi turut menyusulnya. Keduanya berlari dengan ilmu meringankan tubuh masing-masing. Panglima Sondaka akhirnya mau tak mau ikut mengejar kedua junjungannya itu.

Ketiga orang itu tiba hampir bersamaan, mereka terkejut tatkala melihat dari balik belukar, di satu lapangan cukup terbuka terjadi perkelahian hebat tiga manusia. Dua lelaki dan satu perempuan.

Yang perempuan memiliki ilmu aneh, setiap serangannya selalu disertai dengan melesatnya patukan ular-ular berbisa. Lalu Lelaki pertama seorang pemuda tampan namun berpakaian kain asal-asalan hingga sekujur tubuhnya tersingkap dimana-mana, dialah Datuk Segala Sesat. Dan lelaki kedua yang paling membuat ketiga orang yang mengintai terkejut, wajahnya tampan namun di selipi sisik-sisik ular.

"Dinda Danum, kau mengenal mereka?" Tanya Sang Prabu.

"Kanda Dygta, aku hanya mengenal salah seorang dari mereka, yaitu perempuan berpakaian hijau tipis itu,  Dewi Ular, jurus-jurus miliknya selalu berbau ular"

"Dewi Ular, perempuan jahat yang menjadi pengikut Dewa Iblis. Ternyata dia masih hidup, agaknya para pendekar tak berhasil meringkusnya sewaktu terjadi pertempuran hebat melawan Dewa Iblis" sahut sang Prabu yang ternyata bernama Dygta.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang