Lembar ke 2. Bocah Itu Bernama Gilang

630 44 2
                                    

Pemuda berpayung hijau melihat sekilas pada tiga mayat yang dipenuhi jarum tadi, lalu dia hentakkan kaki tiga kali ke tanah, terasa ada getaran yang menjalar menuju tiga mayat itu, begitu getaran menyentuh tiga mayat, maka tiga bangkai manusia itu mendadak masuk kedalam tanah laksana dihisap lumpur dan dilahap oleh bumi.

"Dari tanah kembali ke tanah" ucapnya dingin, sepasang mata hijau bak zamrud miliknya menatap pada gugusan payung-payung yang masih melayang di udara, lalu pemuda itu arahkan payung yang ada ditangannya ke arah gugusan payung itu, kembali payung ditangan berputar, ajaib, gugusan payung-payung di langit berubah menjadi cahaya-cahaya hijau dan melesat masuk tersedot ke dalam payung hijau miliknya. Pemuda itu kuncupkan payung hijau, lalu gantungkan benda itu ke punggungnya. Dia kini melangkah menuju sosok bocah yang tadi dianiaya dan ingin dinodai oleh Bancilang.

Sepasang mata hijaunya menatap bocah dua belas tahun itu dengan iba. Yang dipandangi balas memandang dengan tatapan memelas, namun hatinya tetap mengagumi betapa indah sepasang bola mata pemuda di hadapannya itu, seumur-umur dia belum pernah melihat ada orang memiliki mata selain berwarna hitam seperti dirinya.

"Kakang, matamu indah sekali. Seperti mata malaikat" polos sekali, bocah itu memuji, padahal tangan kanannya yang patah sakitnya bukan main.

Yang dipuji cuma diam sambil pandangi lengan bocah yang patah. Tanpa banyak bicara dia segera berjongkok di sebelah si bocah, mengambil tanah hingga sebelas genggam, lalu tanah hitam itu di tutupkan ke lengan anak dibagian yang patah.

"Manusia berasal dari tanah, manusia hidup bersama alam, alam bisa tumbuh tanpa manusia, namun manusia tak bisa hidup tanpa alam. Penyakit berasal dari manusia, penyembuhan datang dari alam" selesai berucap mulut pemuda bermata hijau itu meniup kearah tangan bocah yang ditutupi tanah itu, pendar-pendar cahaya hijau bergemerlap menyembur dan membungkus tanah yang menutupi lengan cedera. Tanah itu berubah menjadi hijau dan keras menjadi penyangga dan penyambung lengan yang patah.

"Tanganmu akan segera sembuh!" Ucap si pemuda sambil melepas sabuk pakaiannya yang berupa kain panjang, lalu kain itu digunakan sebagai gendongan bagi tangan patah si bocah.

"Kakang, kau hebat sekali" bocah dua belas tahun itu masih terus memuji.

"Kau boleh pergi!" Ucap pemuda itu lalu tanpa tunggu balasan dia mulai melangkah meninggalkan anak itu.

Tapi ternyata bocah dua belas tahun itu malah mengikutinya.

"Kenapa kau mengikuti? Kan sudah ku bilang, kau boleh pergi!"

"Anu kang, aku.. aku tidak tau harus pergi kemana?"

"Tentu saja pulang ke rumahnu!"

"Tapi rumahku sudah musnah, ayah dan ibuku juga keluarga yang lain sudah tiada dibantai Raja Bandit yang kejam. Aku tak punya siapa-siapa lagi, bolehkah aku ikut bersama kakak"

"Hah? Apa-apaan ini? Tidak! Kau tidak boleh ikut bersamaku!" Tolak si pemuda baju hijau.

Tiba-tiba saja bocah dua belas itu jatuhkan diri berlutut. " Kakang, terimalah aku menjadi muridmu! Aku berjanji akan menjadi murid yang setia dan berbakti!" Lalu bocah itu tak henti-hentinya bersujud berulang kali hingga keningnya membentur tanah berulang kali juga.

"Tidak, tidak! Usiaku masih muda, dan aku tidak tertarik menjadi gurumu!" Tolak si pemuda itu tegas. Lalu tanpa peduli lagi dia berjalan pergi, sedangkan si bocah masih terus bersujud.

"Pokoknya aku tak akan bangkit sebelum kakang mau menjadi guruku" teriak si bocah.

"Terserah! Bodoh amat, biar kau dimakan harimau di hutan ini" terdengar jawaban orang dikejauhan.
***

Pemuda berbaju hijau itu telah jauh berjalan, dia sampai di satu tepi hutan dimana ada sungai mengalir jernih.

"Jernih sekali, aku akan membersihkan diri sambil mencari ikan. Perutku mulai lapar" setelah memastikan tempat itu aman tanpa orang, pemuda baju hijau ini pun melepaskan pakaian. Sungguh pemandangan lepasnya satu persatu kain yang menempel di tubuhnya itu begitu indah dan mendebarkan, apalagi suara arus air dan juga gemerisik angin dan daun semakin menambah betapa naturalnya lukisan tubuh pemuda itu bersanding dengan alam. Tubuhnya bersih dengan lekuk dan garis-garis otot yang gagah. Dada bidang, perut kokoh, paha kekar dan gumpalan bokong yang menggoyahkan benar-benar lukisan pria yang indah.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang