Lembar ke 46 - Bisikan Rahasia

249 36 16
                                    

Kita tinggalkan dulu suasana bahagia di Hutan Kayu Wangi, karena kita akan mengikuti perjalanan Gilang Kusuma dan Mayang Bestari yang membawa beberapa tokoh pendekar sakti berkepandaian tinggi untuk menghadapi Dewa Iblis.

Berkat kemampuan bisa berpindah tempat yang didapatnya dari memakan Buah Pelangi Surgawi, dalam waktu singkat rombongan kecil mereka tiba di Negeri Nusa Mutiara.
Mereka tengah bersembunyi di sebuah hutan perbatasan negeri untuk mengatur strategi apa yang akan mereka lakukan guna menghadapi orang-orang Dewa Iblis.

Gilang menghitung-hitung kekuatan orang-orang yang ada bersamanya. Ada sang istri Mayang Bestari yang memiliki sebilah pedang sakti mandraguna, yaitu Pedang Naga Biru, lalu seorang kakek sakti berjuluk Cermin Dewa, Pertapa Putih, Nyai Tanjung Kemuning, Eyang Merak Jingga, Prabu Gumintang, Pangeran Wilantara, Ratu Banjaratih dan juga Putri Gandari, bersama mereka ada juga tokoh-tokoh silat lainnya yang tak dikenali oleh Gilang.

"Gilang, kita terlalu terburu-buru, harusnya kita tetap di Hutan Kayu Wangi, bersatu dengan orang-orang di sana. Itu akan membuat kita lebih siap dan kekuatan kita bertambah" ucap Cermin Dewa.

"Aku tau apa yang aku lakukan kakek tua, kau tak usah khawatir" jawab Gilang dengan jumawa, dia terlalu yakin akan dirinya, memang tenaga dan kekuatannya sekarang luar biasa melimpah, meningkatkan rasa percaya dirinya.

"Lagi pula siapa sudi berada lama-lama di kediaman manusia-manusia yang dilaknat dewa. Manusia bangkai yang hampir mati, lalu juga seorang pemuda banci" menimpali Mayang Bestari.

"Tapi..." Cermin Dewa ingin menyela, namun Gilang angkat tangannya memberi isyarat untuk diam. Pendengarannya yang sekarang sangat tajam, menangkap desis-desis halus dari semak dan pepohonan.

"Ada apa?" Tanya Nyai Tanjung Kemuning.

Gilang tak menjawab, dia gerakkan tangan mencabut Pedang Naga Merah dari sarungnya, setelah alirkan kekuatannya ke dalam pedang, pedang itu seketika keluarkan sinar merah. Dan sreettt pedang terbang melesat dan separuh jalan pedang itu  menjadi diselimuti api. Pedang itu bergerak cepat sekali mengincar makhluk-makhluk tak terlihat yang sembunyi, tak heran karena Gilang telah gunakan ilmu Raja Timur Mencari Roh.

Terdengar suara riuh semak belukar dan ranting tertebas disusul-susul suara pekik kematian. Dari semak-semak berkeluaran ular-ular teramat banyaknya, begitu ular itu tampakkan diri, langsung saja ular itu berubah menjadi wujud perempuan-perempuan cantik bersenjatakan tombak berbentuk ular. Bersama mereka terlihat juga kutungan-kutungan bangkai ular yang terpotong-potong, pertanda telah sempat tertebas Pedang Naga Merah. Pedang itu sendiri kini sudah kembali ke tangan Gilang.

"Hahahaha ternyata anak buah Dewi Ular" Tawa Gilang menatap remeh pada barisan perempuan jelmaan ular itu yang sebenarnya cantik semua dan berpakaian asal-asalan, malah ada yang tak mengenakan penutup payudara.

"Kalau sudah tahu mengapa kalian tidak segera berlutut? Tidak tahukah kalian sekarang wilayah ini kekuasaan Dewa Iblis, siapa saja yang memasuki wilayah ini harus takluk dan menjadi budak Dewa Iblis" ucap seorang perempuan ular yang tengah tudingkan tombaknya.

"Oh begitu?" Seringai Gilang sambil meniup-niup pedangnya. Lalu pemuda itu melirik tajam pada perempuan di depannya.

Seringai di bibir Gilang lenyap, berganti dengan tatapan mata yang tajam menggidikkan. Lalu klik, Gilang menjentikkan jarinya ke arah perempuan yang tadi bicara.
"Ular tak tahu diri"

Satu sinar berwarna merah sepanas lahar gunung berapi menderu cepat sekali ke arah perempuan ular.

Wanita ular itu terpekik, begitu juga kawan-kawannya yang ada di dekatnya. Semuanya ingin larikan diri namun terlambat, jeritan-jeritan maut terdengar menggidikkan bulu roma, bau daging terbakar tercium menyengat. Tiga belas wanita ular berubah jadi daging-daging gosong.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang