Prolog

1.7K 73 12
                                    

Selama tiga kali dalam satu minggu Sadam mendengar papanya mengatakan hal yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama tiga kali dalam satu minggu Sadam mendengar papanya mengatakan hal yang sama. Sudah seperti aturan minum obat yang diresepkan dokter. Sayangnya, perkataan sang papa lebih mengerikan dari penyakit.

“Mas dan adikkmu udah menikah dan kamu kapan? Bentar lagi kamu dua puluh tujuh tahun, Dam. Mau Papa carikan calon kalau kamu belum punya?”

Enggak pengertian sekali. Anaknya baru sebulan lalu patah hati gara-gara akan ditinggal kawin Si Najla. Sekarang malah ngebet pengin melihat Sadam buru-buru menikah. Memangnya mencari jodoh segampang mencari kesalahan orang lain?

“S3 batal, menikah batal, kerja pun milih-milih. Mau sampai kapan?”

Berisik banget nggak, sih? Telinga Sadam gatal-gatal, kayaknya terkena alergi mendadak karena omongan papa. Sementara Ayudia—mamanya—hanya tersenyum kalem. Kalau Sadam pulang setiap akhir pekan, topik tidak pernah berubah. Dahulu selalu tentang pendidikan dan pekerjaan, tetapi pasca Raja dan Kiara berhasil membina rumah tangga, ia jadi ikut terseret-seret.

“Kiara dan Deka sudah punya Kaka. Masmu udah punya Aya. Kamu kapan?”

Pertanyaan Malik lebih menyeramkan dari pertanyaan yang diajukan oleh HRD. Hanya senyum tipis yang mampu Sadam perlihatkan. Memangnya salah kalau belum menikah?  Dunia enggak bakal hancur dalam sekejap hanya karena status di KTP -nya belum berubah menjadi kawin.

“Sebelum meninggal, setidaknya Papa udah bisa gendong cucu-cucu dari kalian.”

“Ma, ayolah! Tolong kasih tahu suami Mama, nih.” Omongan Malik yang makin melunjak membuat Sadam menoleh pada sang mama yang lagi-lagi hanya tersenyum.

Paling enggak sekarang keluarga mereka sudah jauh lebih membaik. Malik tidak memaksakan masalah pendidikan atau pekerjaan. Ayudia juga lebih banyak tersenyum dan tidak khawatir lagi dengan sikap sang suami seperti bulan yang telah lalu. Di mana Malik sering tidak di rumah karena bersitegang kecil dengan Kiara.

Demi mencegah papanya berisik lagi, Sadam harus membuat satu tindakan. Bosan mendengarnya menuturkan topik yang sama setiap akhir pekan dan tiga kali selama satu minggu.

“Kalau Papa segitu pengin punya menantu lagi, ya udah aku serahkan ke Papa. Cari aja yang menurut Papa baik buatku. Toh, bisa dicoba.”

“Coba apa maksudmu, heh?” Ayudia langsung nyeletuk.

“Mama jangan berpikir yang nggak-nggak. Maksudku coba untuk menjalaninya. Mana tahu jadi suka.”

Malik mengangguk-angguk takzim. “Baiklah. Kebetulan Papa juga udah punya calonnya. Anak Pak Halim, rekan kerja Papa.”

“Ha, secepat itu? Papa udah menyiapkan semuanya, ya? Bentar ... kalau dia anak Om Halim, berarti ....”

“Ya, betul.” Papa mengulas senyum dan mengeluarkan selembar foto yang langsung diangsurkan pada anak tengahnya. “Sara.”

Hallo, Hai~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hallo, Hai~

Ada yang masih ingat dengan cerita Kiara dan Deka? Ya, kali ini aku bawa kisah abangnya Kiara, nih. Kalau ngikutin cerita mereka, Sadam beberapa kali muncul di ceritanya Deka dan Kiara.

Sekarang aku bakal ngajak kalian ngikutin kisah perjodohan Sadam dan Sara, nih~ aku udah beberapa kali ngasih spoiler di Twitter dan TikTok hehe.

Selamat mengikuti kisah Sadam dan Sara❤

Info selengkapnya untuk cerita-cerita aku, bisa dilihat di akun sosial media-ku yang aktif:

TikTok: onederfulonly
Instagram: onederfulstory_
Twitter: onederfulonly

🖤❤

Calon Pasutri√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang