CP 26: WEDDING PARTY

384 51 4
                                    

Katakan pada Sadam, siapa pria di dunia yang tidak gugup menjelang hari pernikahan? Jika ada, maka pria itu sangat hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Katakan pada Sadam, siapa pria di dunia yang tidak gugup menjelang hari pernikahan? Jika ada, maka pria itu sangat hebat. Sadam ingin menjadikannya guru walaupun hanya dalam semalam. Lima hari menjelang pernikahan, Sadam dibuat berdebar-debar. Tak cukup hanya bertanya pada papanya, bahkan Raja dan Deka juga dimintakan tolong oleh Sadam. Tentu saja untuk diajarkan menghadapi kegugupan, hingga lancar menghadapi prosesi ijab-qabul.

Menikah sekali seumur hidup, tentu saja semua orang sangat menginginkan hal tersebut. Termasuk Sadam. Walaupun belum ada cinta di antara dirinya dan Sara, tetapi paling tidak, merela sama-sama menginginkan pernikahan langgeng sampai maut memisahkan. Cinta bisa hadir seiring berjalan waktu, begitulah kata para orang tua. Kini Sadam mengerti dan memang kedekatannya dengan Sara belakangan ini kerap memicu perasaan yang luar biasa. Barangkali Sadam memang telah tertarik dengan calon istrinya tersebut.

Sadam sudah gugup bahkan dari lima hari lalu. Tepat di malam ketiga sebelum akad, Sadam dilanda demam. Sampai-sampai mamanya khawatir.

"Dam, kamu istirahat yang cukup," kata Ayudia tiga hari lalu setelah mengantar Sadam ke rumah sakit untuk diberikan penangan secepat mungkin oleh dokter.

Untung saja demam Sadam tidak berkelanjutan hingga keesokan hari. Dua hari menjelang pernikahan, rasa gugup makin memburu. Di sisi lain, komunikasinya dengan Sara makin terbatas. Mendengar suara Sara hanya akan membuat Sadam makin tidak tahan menahan rindu.

"Nggak bisa, ya, dipercepat aja, Ma?" tanya Sadam dua hari lalu saat tengah berbicara dengan Malik dan Ayudia.

"Kamu nggak sabar banget, sih, Dam? Dulu aja nggak mau dijodohkan dengan Sara." Ayudia menyindir dengan terang-terangan.

"Bukan begitu, Mama. Biar rasa gugupku ini segera hilang."

Malik kala itu menyeletuk, "Santai aja, Dam. Rileks. Nanti kalau sudah sah, pasti lega."

Komentar-komentar kedua orang tuanya selama dua hari tidak membantu Sadam. Bukannya rileks, ia makin diburu rasa cemas. Apalagi saat hari H, yaitu akad. Acara tersebut digelar sekitar pukul sembilan pagi. Tamu-tamu berdatangan. Pihak KUA dan beberapa keluarga pun turut serta.

Hari ini, tepat di mana Sadam duduk di depan wali nikah alias papanya Sara, Halim. Juga disaksikan oleh para petugas KUA dan tamu yang datang. Sejak pembawa acara mulai bersuara hingga pembacaan khutbah nikah, Sadam benar-benar diburu gugup luar biasa. Adrenalinnya benar-benar dipacu kuat, hingga degup jantungnya terus bertambah kuat.

Namun, saat Sara dibawa masuk untuk bergabung dengannya, Sadam terpana sesaat. Siapa pun akan terpesona dengan penampilan perempuan itu. Sara mengenakan kebaya kutubaru berwarna putih berpotongan simpel, ditambah aksen renda di bagian kerah, sehingga Sara tampak menawan. Sadam sampai tidak bisa berkedip, jika saja suara pembaca acara tidak terdengar.

Biasanya Sadam tidak terlalu gugup berada di samping Sara. Namun, sudah beda cerita. Hari itu, dengan ucapan ijab-kabul dan perkataan 'sah' dari para saksi, Sadam akan resmi menjadi seorang suami. Mengikuti jejak kakaknya, Raja.

Calon Pasutri√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang