Berkali-kali Sara berusaha mencuci muka, berkali-kali pula rasa panas enggan menghilang. Sengaja banget laki satu itu membawa Sara ke unit dan membuatnya salah tingkah dengan bebas! Supaya apa? Agar Sara tergoda dan berdebar-debar?
Oke, saatnya ucapkan selamat pada Sadam. Selamat sudah berhasil membuat Sara berdebar dan salah tingkah. Jika dalam film-film romantis, mukanya pasti semerah tomat. Malu banget, Coy!
Bisa-bisanya Sadam membuat dunia Sara terombang-ambing. Di dapur pula. Kencan romantis dan lebih intimate menurut Sadam yang memang berkepribadian agak tertutup. Wow! Sadam sekali, bukan? Kencan mereka bahkan di unit apartemen. Di ruangan tertutup. Untung saja Sara tidak khilaf nyosor duluan.
"Amit-amit," gumam Sara segera menyeka tetesan air di wajah dengan selembar tisu. "Tenang, Sara. Dia cuma anak mama. Cuma Sadam. Oke? Rileks!"
Setelah mendapatkan ketenangan dengan menguasai diri sendiri, Sara keluar dari kamar mandi. Hal pertama yang menyambut pemandangannya adalah senyum Sadam. Lelaki itu sudah selesai menyiapkan dua piring spaghetti. Tadi Sara berpamitan saat Sadam tengah menyelesaikan masakannya.
Iya, benar! Kejadian menegangkan di antara dirinya dan Sadam memang sudah berlalu beberapa menit. Bahkan celemek saja sudah ditanggalkan dari tubuh. Namun, rasa gugup dan berdebar dalam rongga dada Sara masih betah bertahan hingga detik itu. Sehingga Sara hanya mampu membalas dengan senyum kaku.
"Yuk, makan! Setelah makan, aku antar pulang," tukas Sadam, "tapi, kalau mau lama-lama di unitku juga boleh. Kebetulan Barry lagi di luar, ketemu pacarnya."
"Nggak usah, makasih. Aku tetap ingin pulang."
Yang bener aja, dong! Sara mana mau berlama-lama di sana. Kalau terlalu lama berdua, nanti terjadi hal tidak-tidak. Mereka belum menikah. Jadi, seseorang tolong ingatkan Sara untuk segera angkat kaki dari unit Sadam.
Sara, lo gila? Pikiran lo kenapa jadi ke mana-mana, sih? Belum tentu juga Sadam mikir ke sana, astaga. Untuk saat itu Sara benci pikirannya sendiri. Kendati demikian, ia tak bisa menolak masakan Sadam karena sudah terlanjur lapar juga. Ia duduk menyusul Sadam tepat di hadapan sang calon suami.
"Tenang aja. Aku nggak bakal macam-macam kalau kamu di sini. Kalau nggak salah, aku udah bilang aku ini tipe yang nggak suka maksa. Harus dapat izin dulu," cetus Sadam dengan nada penuh canda untuk menggoda Sara.
"Diam dan makanlah! Aku harus cepat pulang. Jangan ngoceh terus."
"Oke, oke, Calon Istriku Tersayang."
Sara nyaris memuntahkan air mineral yang terlanjur masuk ke tenggorokan. Panggilan norak macam apa itu? Muka jengkel Sara justru membuat Sadam tergelak puas. Menyebalkan dan Sara harus hidup di bawah atap yang sama dengan lelaki itu sebentar lagi.
Padahal dahulu Sadam tidak terlalu menyebalkan. Tak banyak bicara pula. Lantas, mengapa sekarang malah jadi sebaliknya? Baik, lebih baik Sara tidak harus heran. Nyatanya, ada perang yang bisa menjadi pendiam dalam kondisi tertentu, seperti saat bertemu orang baru atau orang banyak atau di depan orang yang baru dikenal. Akan tetapi, mereka bisa menjadi sangat banyak bicara di depan orang yang sudah benar-benar sangat mengenal dirinya dengan akrab. Sadam adalah salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pasutri√
Любовные романы[Finished only on KaryaKarsa] Kata mereka hidup Sadam terlalu kaku. Sejak mendapat luka dari kekasih masa lalu, rasa-rasanya ia enggak ingin menjatuhkan hati lagi pada wanita manapun. Berangkat dari hal itulah akhirnya Sadam menerima tawaran sang pa...