Harap-harap cemas bersemayam dalam perasaan Sadam. Sudah lumayan effort datang menyusul Sara ke Kimberly, masa iya wanita itu bakal tetap merajuk? Sebenarnya Sadam agak malas mengurus wanita yang sedang merajuk macam Sara. Namun, ia sadar kali ini dirinya memang agak keterlaluan.
"Aku janji, besok-besok nggak akan lupa lagi. Aku bakal catat apa pun kegiatan kita, biar aku nggak bikin kamu menunggu lagi," kata Sadam sebisa mungkin mendapatkan perhatian Sara lagi. Sepasang matanya tanpa henti menatap kedua bola mata Sara yang sesekali berotasi malas. "Sayang? Ayolah! Aku minta maaf. Aku serius ingin menikah denganmu. Kalau kamu membatalkan, aku jamin akan jadi masalah buat kita berdua."
"Salah kamu, lah!" Akhirnya Sara bersuara. "Siapa suruh jadi orang lalai? Kamu nggak on time juga tau nggak? Nggak heran, sih, kenapa kamu kayak gini ...."
Sadam tahu Sara sebenarnya ingin menyinggung tentang pekerjaan. Wanita itu pasti berpikir, jika Sadam tidak tahu tentang tepat waktu karena tidak bekerja. Ya, Indonesia pride sekali.
"Oke, aku salah. Hari ini semua yang membuatmu kesal memang salahku. Jadi, aku minta maaf sama kamu," kata Sadam tidak mau menyinggung topik lain. Bisa saja memicu pertengkaran lagi.
Helaan napas wanita dengan tatapan tajam itu pun mengudara. Ia bangkit dari kursi seraya berdiri memunggungi Sadam. Dalam detik-detik menunggu, Sadam dibuat deg-degan. Sampai akhirnya Sara membalik badan. Senyum lebar Sadam langsung terlukis. Matanya nyaris saja menghilang ditelan kelopak mata.
Sadam ikut berdiri dan berdiri cukup dekat dengan calon istrinya. Meskipun tahu Sara agak galak, tetapi Sadam memberanikan diri meraih jari-jari kanan sang calon istri dan menggenggam dengan erat. Uh! Sialan, detak jantung Sadam malah berisik. Padahal dia sendiri yang bersikap sok manis begitu.
Jangan tanyakan muka Sara. Ada kekagetan di sana, tetapi Sadam langsung mendapatkan sedikit rona merah di pipinya. Bukan karena blush on, pasti. Sara tidak menolak, tetapi tatapannya sengaja dialihkan ke arah lain.
"Sorry, Babe. Kita mulai lagi, ya?" Suara Sadam terdengar jauh lebih tulus dan serius dengan nada pelan.
"Aku masih punya hati, ya. Jadi, kumaafkan kali ini." Wanita itu berdeham sesat, lalu menarik tangannya dari genggaman Sadam hingga terlepas. Tanpa pernah Sadam tahu, tindakan tiba-tiba itu bikin dunia Sara terguncang. "Lain kali kalau kamu mengulanginya lagi, menikah saja dengan Mbak-Mbak WO itu!"
"Nggak masalah kalau mbaknya mau," cetus Sadam sambil cengengesan.
"Sadam!"
Gelak tawa Sadam terdengar sekilas saat wajah kesal Sara terlihat. Ekspresi calon istrinya masih sama; menahan kekesalan terhadap calon suaminya yang makin ngelunjak saja.
"Jadi, aku dimaafin, 'kan? Yuk, pulang! Nggak enak di rumah orang ngomongnya. Kita omongin rencana besok pagi di ...." Sadam memberikan jeda sesaat. Mereka belum menikah dan belum ada rumah. Hampir saja Sadam mengatakan; di rumah kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pasutri√
Romance[Finished only on KaryaKarsa] Kata mereka hidup Sadam terlalu kaku. Sejak mendapat luka dari kekasih masa lalu, rasa-rasanya ia enggak ingin menjatuhkan hati lagi pada wanita manapun. Berangkat dari hal itulah akhirnya Sadam menerima tawaran sang pa...